Sabtu, 13 Agustus 2011

" Perjanjian Lama dan Sains "


Hanya sedikit hal-hal yang tersebut dalam Perjanjian Lama, dan juga dalam Perjanjian Baru yang menimbulkan konfrontasi dengan pengetahuan modern. Tetapi jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai antara teks Bibel dengan Sains, maka soalnya menjadi sangat penting.   Dalam bab-bab yang terdahulu, kita telah menemukan dalam Bibel kesalahan-kesalahan sejarah dan kita telah menyebutkan beberapa masalah yang telah dibicarakan oleh ahli tafsir Yahudi dan Kristen.

Ahli-ahli Kristen condong untuk mengecilkan persoalannya. Mereka berpendapat bahwa adalah normal jika seorang pengarang buku agama menyajikan fakta-fakta sejarah dengan menghubungkannya dengan teologi, menulis sejarah untuk keperluan agama. Kita akan melihat dalam Injil Matius, sikap yang bebas terhadap sesuatu kenyataan, dan kita dapatkan tafsiran-tafsiran yang tujuannya untuk menjadikan yang tidak benar menjadi benar; suatu pikiran yang obyektif dan logis tidak akan merasa puas dengan cara yang demikian.

 Dengan memakai logika, orang dapat menunjukkan banyak kontradiksi dan kekeliruan dalam Bibel. Adanya sumber-sumber yang berlainan telah menyebabkan adanya versi yang berlainan mengenai sesuatu hikayat. Tetapi di samping itu kita dapatkan bermacam-macam perubahan, bermacam-macam tambahan. Pada mulanya tambahan itu sebagai tafsiran, tetapi kemudian naskah asli dan tafsiran disalin lagi dan semua isinya dianggap asli. Semua ini sudah diketahui oleh ahli-ahli kritik teks, dan mereka kemukakan secara jujur.   Mengenai Taurah, R.P. de Vaux dalam bukunya: Pengantar Umum (Introduction Generale) yang ditulis sebelum menterjemahkan Taurah telah menunjukkan bermacam-macam kepincangan yang tak perlu lagi saya ulangi di sini karena banyak lagi yang akan saya sebutkan dalam penyelidikan ini.
Kesimpulan dari semua itu adalah bahwa kita tidak boleh memahami teks-teks Taurah secara harafiah.

Di bawah ini adalah suatu oontoh yang menarik:
Dalam Kitab Kejadian (6, 3) Tuhan memutuskan, sebelum Banjir Nabi Nuh, untuk membatasi umur manusia, paling panjang hanya 120 tahun. "Hidupnya tidak akan lebih dari 120 tahun."
Tetapi kemudian, dalam Kitab Kejadian (II, 10-32) kita dapatkan bahwa sepuluh orang keturunan Nabi Nuh hidup sampai umur antara 148 dan 600 tahun (lihatlah tabel mengenai anak turunan Nabi Nuh sampai Abraham).

Kontradiksi antara dua kalimat tersebut adalah menyolok.
Tetapi adalah mudah untuk menerangkan. Kalimat pertama (Kitab Kejadian 6,3) adalah teks Yahwist, yang sebagai kita telah membicarakannya, dibuat pada abad X S.M. Sedangkan kalimat kedua (Kitab Kejadian II, 10-32) merupakan teks yang lebih muda (abad VI S.M.) dari tradisi pendeta-pendeta (Sakerdotal) yang merupakan dasar dari silsilah keturunan (genealogi) yang memberi gambaran tentang lamanya hidup seseorang secara tepat tetapi ternyata tidak benar dalam keseluruhannya.

Kontradiksi dengan Sains modern terdapat dalam Kitab Kejadian, yaitu mengenai tiga persoalan:
1). Penciptaan alam dan tahap-tahapnya.
2). Waktu penciptaan alam dan waktu timbulnya manusia di atas bumi.
3). Riwayat banjir Nuh.


Wassalam,


 "  EG  "