Sabtu, 13 Agustus 2011

" ROH KUDUS HANYALAH MISTERI "

Dapat dimaklumi bila seseorang mempercayai sesuatu yang tidak sepenuhnya dia pahami karena adanya beberapa bukti yang tidak terbantahkan mengenai hal tersebut. Misalnya, banyak orang tidak mengerti fenomena/kejadian yang secara kolektif memungkinkan terciptanya transmisi radio dan perangkat penerima dan juga transmisi pulsa audio video elektrik yang diubah menjadi gambar-gambar dan suara yang ditayangkan jarak jauh.

Namun, tetap saja hampir seluruh orang yang tidak terpelajar mempercayai realita radio dan televisi. Demikian pula, kebanyakan kita tidak mengerti bagaimana komputer-komputer bekerja, tetapi sangat sedikit orang pada zaman sekarang ini yang berani mengingkari keberadaan komputer-komputer hanya karena alasan ini. Beberapa kasus demikian dapat saja dinyatakan sebagai misteri, tetapi tidak ada alasan untuk mengingkari keberadaan mereka atau mencemoohkan orang-orang yang mempercayai hal-hal tersebut, tentu saja dengan syarat bahwa hal-hal tersebut didukung sepenuhnya oleh bukti bukti yang tidak terbantahkan. Kita juga mengakui bahwa suatu sikap yang lebih lunak dapat dilakukan dan sedang dilakukan terhadap banyak misteri yang tampil dalam bentuk ajaran-ajaran agama.

Sangat banyak manusia yang mempercayai ajaran-ajaran tersebut tanpa mampu memahami ataupun menjelaskannya. Mereka tampaknya menerima doktrin-doktrin semacam itu sebagai warisan dari generasi ke generasi dan menuntut perlakuan yang patut terhadap mereka. Namun, apabila unsur-unsur kontradiksi dan paradoks (hal yang bertentangan secara mendasar) timbul dalam dogma-dogma agama, tidak ada dalih yang dapat diterima untuk mendukung pernyataan bahwa mempercayai misteri-misteri yang membingungkan berarti juga pembenaran bagi paradoks.

Di sinilah masalahnya menjadi rumit. Saya dapat mempercayai sesuatu yang tidak saya pahami, tetapi saya tidak dapat mempercayai sesuatu yang di dalamnya terdapat kontradiksi, dan tidak pula–saya harap orang lain dalam pertimbangan-pertimbangannya. Misalnya, saya tidak dapat memahami bagaimana jam tangan dibuat; ini tidak mengapa, tetapi saya tidak punya hak untuk mempercayai bahwa sebuah jam tangan itu adalah juga seekor anjing hidup yang menyalak dan menendangmenendang. Ini bukanlah suatu dogma/ajaran yang mengandung misteri, tetapi jelas suatu kontradiksi nyata.

Apabila terjadi kontradiksi antara dua sifat Tuhan atau lebih atau bila terdapat ketidak-selarasan antara firman Tuhan dengan perbuatan Tuhan, maka batas-batas misteri telah dilanggar dalam skala besar dan orang akan menemukan dirinya hanyut dari alam misteri masuk ke dalam dunia fantasi/khayal. Apabila telah terbukti demikian, adalah suatu hal yang alami untuk mengharapkan agar orang-orang yang percaya terhadap hal-hal yang bertentangan itu memperbaiki kepercayaan-kepercayaan mereka dan melakukan perbaikan dalam keimanan mereka.

Sayangnya, dalam dialog-dialog kami dengan beberapa pendeta Kristen, kami mendapatkan mereka memegang teguh pemahaman bahwa mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan sekaligus seorang manusia bukanlah suatu hal yang berlawanan. Tidak pula hal ini tampil bertentangan bagi mereka, yakni satu wujud dapat merupakan tiga oknum secara beriringan tanpa perbedaan kecil sedikit pun dalam sifat mereka.

Mereka berkeras bahwa mempercayai tiga oknum tuhan berkepala tiga, yang terdiri dari Tuhan, Ruhul Kudus dan Tuhan Anak, bukanlah suatu paradoks (hal yang bertentangan secara mendasar), melainkan suatu misteri. Mereka menutup mata mereka terhadap kontradiksikontradiksi dalam pengakuan mereka bahwa Tuhan tetap merupakan satu wujud kesatuan tunggal walaupun pada kenyataannya oknum Tuhan, Sang Bapak, benar-benar berbeda dari oknum Yesus, Sang Anak, dan Ruhul Kudus.

Ketika kita menujukkan kepada mereka, dengan terheranheran, yakni ketika kita berbicara tentang tiga oknum, dan bukan tentang aspek-aspek, kehendak-kehendak dan sifatsifat yang berbeda dari satu oknum, dan tentang Tuhan yang merupakan "Satu dalam Tiga" serta "Tiga dalam Satu" bukanlah suatu misteri melainkan sebuah kontradiksi yang nyata, mereka mengangguk-anggukkan kepala mereka sebagai rasa simpati terhadap kita, dan dengan sopan mereka meminta kita beralih dari kontradiksi-kontradiksi tersebut ke masalah-masalah diskusi lainnya.

Mereka meminta kita untuk pertama-tama mempercayai hal-hal yang tidak dapat dipercaya, kemudian dari situ berkembang membangun suatu keimanan dalam kontradiksi-kontradiksi, atau misterimisteri seperti yang lebih suka mereka sebutkan. Seorang yang bukan Kristen, oleh karena itu tidak dapat memahami kontradiksi-kontradiksi dogma-dogma Kristen dan tidak dapat memahami apa-apa yang tidak dapat dia percayai [yakni] dia harus percaya tanpa mengerti. Inilah dunia fantasi/khayal Kristen yang ke dalamnyalah kita warga non-Kristen dimintakan untuk masuk. Namun, karpet-terbang ajaib fantasi ini menolak terbang jika seorang yang tidak percaya (pengingkar) naik di atasnya.  


Wassalam,

"  EG  "