Rabu, 28 September 2011

10 Daftar Anti Virus Terbaik Tahun 2011 ( Download Anti Virus Software )

10 Anti Virus Terbaik 2011
10 Anti Virus Terbaik 2011:
Virus memang menjadi sesuatu yang menakutkan dalam segala hal, termasuk virus komputer yang saat ini sedang merajalela menyerang system komputer di seluruh dunia. Virus komputer sendiri jenisnya bermacam-macam dan diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya, seperti Spyware, Malware,Virus, Trojan, dan masih banyak yang lain. Bagi Anda yang masih menggunakan OS Windows, Antivirus adalah software yang paling penting yang harus Anda miliki. Hal ini untuk menghindari komputer dari serangan berbagai macam virus jahat yang siap menyerang komputer Anda.
Mengingat semakin banyaknya jenis virus yang menyerang system operasi Windows, maka Antivirus pun juga tidak mau kalah, banyak macam antivirus, baik itu buatan dalam negeri maupun buatan luar negeri yang siap mencegah dan membasmi virus-virus jahat yang akan merusak komputer kita. Dan berikut ini adalah Top 10 Antivirus 2011.

10 Antivirus Terbaik 2011
1.Bitdefender Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, p2p/file sharing, registry startup protection, dialers, backdoors, hackers, phising, identity theft protection, adware, activex, vulnerabilities, cookies, scripts, full web protection, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, whitelisting, heuristic, real time.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 29.95
2.Kaspersky Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, p2p/file sharing, registry startup protection, dialers, backdoors, hackers, phising, identity theft protection, adware, activex, vulnerabilities, cookies, scripts, full web protection, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 59.95
3.Webroot Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, p2p/file sharing, registry startup protection, dialers, hackers, identity theft protection, adware, activex, cookies, scripts, spam.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 29.95
4.Norton Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, registry startup protection, dialers, backdoors, hackers, identity theft protection, adware, activex, vulnerabilities, scripts, full web protection, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 39.99
5.ESET Nod32 Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, registry startup protection, dialers, backdoors, adware, activex, vulnerabilities, scripts, full web protection, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
•Price: $ 39.99
6.AVG Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, p2p/ file sharing protection, registry startup protection, dialers, backdoors, hackers, phising, identity theft protection, adware, activex, vulnerabilities, cookies, scripts, full web protection, spam, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 34.99
7.G Data Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, registry startup protection, dialers, backdoors, hackers, phising, identity theft protection, adware, scripts, full web protection,.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, security network.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 29.95
8.Avira Antivir
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, inbound email protection, outbond email protection, registry startup protection, dialers, backdoors, phising, adware, activex, scripts, full web protection.
Protection Technology: Virus signatures, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 26.95
9.Vipre Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: Browser exploit, OS exploit, Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protectionp2p/file sharing, registry startup protection, dialers, backdoors, hackers, phising, adware, activex, vulnerabilities, cookies, scripts, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, heuristic, real time, security network.
Supported OS: XP (32 & 64 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 29.95
10.Trend Micro Titanium Antivirus
Threat Detection: Virus, Worm, Trojan, Spyware, Malware, Rootkit.
Additional Protection: OS exploit, Keyloggers, inbound email protection, outbond email protection, instant messaging protection, registry startup protection, dialers, hackers, identity theft protection, adware, activex, vulnerabilities, cookies, scripts, auto usb detect.
Protection Technology: Virus signatures, blacklisting, whitelisting, real time, security network.
Supported OS: XP (32 bit), Vista (32 & 64 bit), Windows 7 (32 & 64 bit)
Price: $ 39.95
Kunjungi link kami :http://mediadeveloper.blogspot.com/ atau http://daivasoft-corp.com/
 

Sumber : tulisan Har Tono

Selasa, 27 September 2011

Manasik Haji Upacara Paganisme ?

Manasik haji, sebagai salah satu rangkaian ibadah dalam Islam, terkadang dianggap sebagai suatu upacara paganisme oleh sebagian orang, terutama dari kalangan atheis. Dialog berikut, akan meluruskan pandangan atheisme terhadap ibadah haji.

“Apakah Anda tidak seperti saya yang menganggap bahwa bentuk-bentuk manasik haji merupakan bentuk upacara paganisme ? Hanya sebuah bangunan batu berbentuk segi empat yang bernama Ka’bah, yang dikelilingi oleh umat Islam saat thawaf, mengusap bahkan mengecupnya, berlari-lari dari Shafa dan Marwah, melempar jumrah, yang semuanya dilakukan dalam tujuh kali. Padahal semua itu merupakan ajaran-ajaran dan angka-angka peninggalan para dukun dan ahli sihir masa lalu? 
Selain itu, masih memakai dua helai kain tanpa jahitan yang dibungkuskan langsung pada kulit badan. Sebelumnya saya minta maaf jika pertanyaan saya menyinggung perasaan anda. Karena ilmu pengetahuan yang dalam segala hal memerlukan keterbukaan, tanpa harus ditutup-tutupi, tanpa rasa segan dan ragu dalam menyatakan yang sebenarnya,” uajr Dr. X, demikian saya memanggil sahabat saya itu. Dengan santai saya menanggapi persoalan yang ditanyakannya satu persatu:
“Apakah Anda tidak sependapat dengan saya bahwa dalam hukum alam, yang lebih kecil mengelilingi yang lebih besar. Elektron pada atom mengelilingi intinya. Bulan mengelilingi bumi. Bumi mengelilingi matahari. Matahari bersama kelompoknya, galaksi Kabut Susu mengelilingi galaksi yang lebih besar. Galaksi yang lebih besar itu mengelilingi galaksi yang lebih besar lagi. Demikian seterusnya sampai pada sesuatu yang mutlak Maha Besar, yang tiada lagi yang lebih besar dari-Nya, Allah. Apakah Anda tidak pernah mendengar kami umat Islam menyebut Allahu Akbar, artinya Tuhan Maha Besar, lebih dari segalanya. Berdasar ilmu pengetahuan yang anda dapat dari universitas di Prancis itu, ternyata merupakan keniscayaan bahwa segala sesuatu mengelilingi yang Maha Besar tadi. Jadi kita bersama Matahari dan keluarga galaksinya Kabut Susu mengelilingi yang Maha Besar. Di jagad raya ini, tak ada satupun yang tetap pada tempatnya kecuali Dia, Pencipta alam semesta. Hal itu merupakan hukum alam dan sifat segala sesuatu, yang besar dan yang kecil, seperti yang anda pelajari dalam ilmu filsafat.
Kami umat Islam, dengan penuh kesadaran dan berdasar kehendak sendiri mengelilingi Ka’bah, rumah Tuhan, rumah pertama yang dibangun untuk menyembah-Nya. Sejak ia dibangun, ia menjadi lambang sekaligus menjadi Bait-Al Haram. Apakah Anda dan rekan-rekan anda yang atheis tidak mengitari orang mati yang dimummi di Kremlin? Apakah kalian tidak mengagung-agungkan mayat tersebut dan memujanya sebagai pembawa kesejahteraan dan keadilan bagi umat manusia?
Kalau saja kalian tahu di mana William Shakespeare dikuburkan, pasti kalian akan berlomba-lomba untuk mengunjungi dan mengelilingi kuburannya, bahkan lebih besar dari yang dilakukan umat Islam dalam ziarah ke Masjid Nabi Muahammad saw. Apakah kalian tidak pernah meletakkan sebuah karangan bunga pada tumpukan batu yang sering disebut “prasasti”? Prasasti yang melambangkan seorang pahlawan yang tidak dikenal itu ? Lalu mengapa Anda mencela kami yang melempar batu pada sebuah tugu yang merupakan simbol atau lambang syetan yang terkutuk itu ?
Lalu apakah Anda tidak berlari-lari kecil sejak lahir sampai mati ? Juga Anak-anak dan cucu-cucu Anda ? Hal itu sama dengan berlari-lari kecil antara Shafa – sebagai simbol kepapaan dan ketidakberdayaan, dan Marwah – sebagai simbol keberadaan dan kesejahteraan. Hal ini merupakan simbol dari perjalanan hidup manusia dari tidak ada menuju ada dan dari ada menuju tidak ada lagi. Bukankah semua itu merupakan gerak keterikutan semua mahluk ? Apakah Anda tidak melihat Haji sebagai simbol dari hakikat dan rahasia itu ?
Sedangkan angka tujuh yang Anda pandang dengan sinis itu perlu saya jelaskan. Kira-kira mengapa tangga nada dalam dunia musik hanya tujuh ? yaiu do, re, mi, fa, so, la, si. Setelah si kembali lagi pada do, dan sejak dulu kita tidak pernah menjumpai tangga nada yang kedelapan. Lapis sinar juga terdiri dari tujuh lapis, dan ruang elektron yang berputar mengelilingi inti atom juga berjumlah tujuh. Janin dalam kandungan tidak akan mencapai kesempurnaan kecuali setelah mencapai tujuh bulan. Jumlah hari dalam satu minggu juga tujuh, baik menurut Islam atau agama lain sebelumnya, sekalipun tanpa perjanjian dan kesepakatan bersama. Apaka ini tidak menjadi alasan ? Apakah ilmu pengetahuan hanyalah dogma dan angka tujuh merupakan mitos para dukun dan ahli sihir atau merupakan salah satu dalam jimat-jimat dan mantera ?
Mengenai kecupan terhadap Hajar Aswad, saya perlu bertanya dulu, apakah Anda tidak pernah mengecup surat-surat kekasihmu ? Apakah lalu Anda menjadi seorang paganis jika mengecup surat-surat itu ? Lalu mengapa Anda mengejek orang Islam yang mengecup Hajar Aswad ?
Hajar Aswad adalah batu yang pernah dijunjung Nabi Muhammad saw dan pernah dikecupnya. Tentu saja dalam semua itu sama sekali bukan bentuk-bentuk ritus paganisme. Sebab orientasi umat Islam dalam berbagai bentuk ritus dan upacara dalam haji adalah eksistensi yang jauh lebih dalam, bukan sebatas susunan batu itu. Pada dasarnya manasik haji menghidupkan pikiran dan perasaan serta meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan penguasa alam semesta.
Makna dua helai kain tanpa jahitan yang dibungkuskan langsung pada tubuh dalam melaksanakan ibadah haji adalah menunjukkan pelepasan diri dari segala unsur keduniaan dan sebagai tanda kehinaan dan kepapaan manusia dihadapan Tuhan. Seperti saat kita baru dilahirkan dari perut ibu, yang hanya dibungkus dengan sehelai kain dan saat mati serta masuk kubur hanya dengan sehelai kain. Bukankah Anda sendiri memakai pakaian resmi saat menghadap kepala negara atau tamu terhormat dari negara lain ?
Kami umat Islam menilai tidak layak seorang hamba ketika menghadap kepada kebesaran dan keagungan Tuhan, kecuali dengan kehinaan dan kepapaan dari segenap gemerlap kekayaan duniawi. Sebab Tuhan lebih agung dan lebih mulia dari seluruh raja dan orang-orang besar lainnya. Tentu tidak patut menghadap-Nya kecuali dengan sikap tawadhu dan dengan segala kerendahan, lepas dari segala sesuatu. Dan kain ihram itu sama antara yang dipakai oleh orang kaya dengan yang miskin, orang kecil atau orang besar. Hai itu melambangkan persaudaraan dalam kemanusiaan dan persamaan derajat, ditengah perbedaan kedudukan, kekayaan dan jabatan.
Bagi umat Islam, ibadah haji merupakan muktamar atau rapat akbar tahunan. Sedang shalat jum’at merupakan pertemuan mingguan masyarakat setempat. Semuanya memiliki makna yang luhur bagi orang yang menggunakan pikiran sehatnya serta selalu memandang positif segala hal. Manasik haji sama sekali bukan bentuk ritus atau upacara paganisme.
Kalau Anda bersama saya berdiri di Padang Arafah, di tengah ratusan ribu, bahkan jutaan yang sama-sama mengucapkan Allahu Akbar...Alahu Akbar, mengkaji ajaran Al Quran dalam puluhan bahasa serta mengumandangkan Labbaik Allahumma Labbaik dengan isak tangis dan hati penuh keharuan, tentu Anda tidak akan bisa menahan air mata, bahkan ikut dalam ratap bersama jutaan hamba Tuhan Yang Maha Agung pemilik dan penguasa segala sesuatu.


Sumber: Dialog dengan Atheis, Dr. Mustafa Mahmud

Ke-Esaan Tuhan

Jagat raya yang begitu luas, dengan segala isinya, tunduk pada hukum-hukum yang telah Tuhan tetapkan. Dialah Allah....., Tuhan semesta alam, tidak terikat oleh ruang dan waktu yang telah diciptakan-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, tiada yang setara dengan Dia.


Al Quran dengan sangat jelas, tegas dan rasional, menyampaikan tentang konsep Ke-Tuhanan :

"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa"
"Allah tempat meminta segala sesuatu"
"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan"
"Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia"
QS. Al Ikhlas

Agama dan Pemikiran

Ilmu pengetahuan tanpa agama, lumpuh

Agama tanpa pengetahuan, buta

Maka tidaklah mengherankan apabila ilmuwan mengatakan, bahwa sejarah kita di masa depan bergantung pada keputusan generasi sekarang mengenai hubungan antara akal dan ilmu pengetahuan di satu pihak dan agama di pihak lain, mengingat betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan agama bagi kita.
A. N. Whitehead dalam bukunya Science and the Modern World menulis:

When we consider what religion is for mankind, and what science is, it is no exaggeration to say, that the future course of history depends upon the decision of this generation as to the relations between them.

Bila kita mengingat betapa pentingnya agama bagi umat manusia, begitu pula ilmu pengetahuan, maka tidaklah berlebih-lebihan apabila dikatakan bahwa sejarah kita di masa yang akan datang tergantung pada keputusan generasi sekarang mengenai hubungan antara keduanya.

Selanjutnya dikatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dua tenaga yang mempengaruhi kita, tenaga-tenaga yang terkuat dan dapat saling bertentangan, yaitu tenaga intuisi beragama dan tenaga untuk meneliti dan menarik kesimpulan yang sesuai dengan akal.
Dalam diri kita terdapat dua keinginan, keinginan untuk menyembah Tuhan dan keinginan mengetahui dan mengambil kesimpulan yang sesuai dengan akal. Pertentangan ilmu pengetahuan dan akal di satu pihak dan agama di lain pihak, terjadi sejak zaman purba sampai sekarang. Bukankah tulisan cosmas, berdasarkan Bibel, bahwa dunia ini merupakan jajaran genjang yang panjangnya dua kali lebar, bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan?
Bukankah pendapat Galileo bahwa dunia ini bergerak mengelilingi matahari, dan bukan matahari yang mengelilingi bumi, telah ditentang oleh Paus karena bertentangan dengan Bibel?
Bila kita mengingat kebenaran dalam agama dan ilmu pengetahuan, maka kita tak akan membuat kesalahan intelektual dengan menelan agama bulat-bulat dan meninggalkan ilmu pengetahuan, atau sebaliknya. Atau kita berlaku pengecut dengan menerima kedua-duanya dan menempatkannya pada tempat yang berlainan dalam otak kita dan tidak berani menghubung-hubungkan antara keduanya.
Kita tidak dapat berlaku tidak jujur dengan menerima ilmu pengetahuan bulat-bulat dan menambahkan unsur-unsur agama yang dianggap tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Bukanlah suatu ketidakjujuran seorang intelek yang menerima ilmu pengetahuan, dan menerima Tuhan hanya sebagai pencipta, Prima Causa, akan tetapi meninggalkan ajaran-ajaran-Nya seolah-olah Tuhan hanya dianggap sebagai pembuat arloji yang menyusun mesin-mesin alam dan membiarkan alam itu sendiri mengurus dirinya? Dan agama hanyalah mempunyai arti apabila di dalamnya ada Tuhan. Maka tidaklah mengherankan bila pada Ketuhanan sesuatu agama dapat menjadi sumber pertentangan dengan akal manusia.
Bagaimana kedudukan Tuhan dalam agama Kristen , dalam hubungannya dengan akal manusia, dikatakan oleh Fulton J. Sheen dalam bukunya God and Intelligence:

The modern God was born, the day the “beast intellectualism” was killed. The day the intelligence is reborn the modern God will die. They cannot exist together for one is the annihilation of the other.

Tuhan modern telah dilahirkan pada hari pemikiran yang buas dibunuh. Pada saat pemikiran dilahirkan lagi, Tuhan modern akan mati. Keduanya tak mungkin berada bersama-sama, karena yang satu akan memusnahkan yang lain.

Namun aneh, meskipun pemikiran dapat membunuh ”Tuhan Kristen Modern”, menurut Sheen, akal tidak dapat dibunuh untuk kepentingan agama, dan akal tidak dapat dipisahkan dari Tuhan Yang Maha Esa, seperti dikatakannya pada bagian lain dari bukunya:

The denial of the intelligence is a denial of an infinitely perfect God, as a denial of an infinitely perfect God is a denial of the intelligence. The two problems are inseparable.

Pengingkaran terhadap akal adalah pengingkaran terhadap Tuhan yang sempurna tak terbatas, seperti pengingkaran terhadap Tuhan yang sempurna tak terbatas adalah pengingkaran terhadap akal. Kedua masalah itu tak terpisahkan.

Galileo bukanlah orang yang buas karena mengatakan bahwa dunia ini beredar mengelilingi matahari. Arius bukanlah orang yang buas karena ia tidak mempercayai Ketuhanan-manusia. Dr. Bruno Bauer bukanlah orang buas bila ia menyelidiki Injil Sinoptik secara ilmiah, dan menolak keaslian Injil.
Meskipun orang alim Michael Servetus, Martin Cellaris, George Van Paris dan kawan-kawannya dibakar hidup-hidup dan dihukum sebagaimana Bruno Giardiano, namun karya-karya mereka telah dikembangkan oleh orang-orang lain. Buah pikiran mereka tentang agamanya akan tetap merupakan momok yang mengancam ajaran-ajaran agama yang tidak rasional dalam batas-batas akal.
Roda ilmu pengetahuan yang dibina oleh manusia akal melanda segala sesuatu yang bertentangan dengan akal. Dia akan melanda agama yang mengajarkan kepercayaan akan banyak Tuhan atau polytheisme, pembagian Tuhan menjadi beberapa oknum atau pengoknuman Tuhan atau personifikasi Tuhan; dia akan melanda penjelmaan Tuhan menjadi manusia atau inkarnasi Tuhan, pengkelaminan Tuhan menjadi laki-laki atau perempuan, Tuhan yang berkeluarga dan sebagainya.
Dan ilmu pengetahuan akan sejalan dengan agama yang sesuai dengannya, yang tidak mengajarkan unsur-unsur polytheisme. Memang manusia tidak akan sampai pada Tuhan bila langsung memikirkan “zat”-Nya. Namun manusia akan sampai kepada-Nya dengan dengan melihat ciptaan berupa benda, ruang, hukum dan waktu (atoms, space, law, and time), di mana berpangkal hukum sebab-akibat.
Lepasnya agama dari ilmu pengetahuan akan merebahkan agama itu sendiri. Standar ilmiah adalah standar yang penting untuk mempertahankan keimanan.

Prof. Herbert J. Muller berkata dalam The Uses of The Past:

Scientific standards of truth are not the only possible standards of course, but they are the necessary standards for claims to literal, factual, historical truth.

Standar-standar ilmiah dari suatu kebenaran tentu bukan merupakan satu-satunya standar yang mungkin, tetapi merupakan standar yang perlu untuk menuntut pengakuan kebenaran literer, factual dan histories.

Memang akal manusia tidak akan sanggup menerangkan seluruh kenyataan, tak sanggup mencapai seluruh kebenaran. Ilmu pengetahuan akan menyerah pada pertanyaan “dari mana datangnya seluruh alam ini”?. Hukum kemungkinan (The law of probability) akan kagum dengan pertanyaan kecil “berapa besarkah kemungkinan hingga 1028 (angka satu dengan 28 angka nol) atom menyusun dirinya untuk membentuk seorang manusia?
Ilmu pengetahuan bukan satu-satunya dasar agama, namun ajaran-ajaran agama yang bertentangan dengan akal dalam batas-batasnya akan ditantang oleh akal dan ilmu pengetahuan.

Sumber : Ke-Esaan Tuhan, O. Hashem

Islam Agama Kekerasan, Agama Perang ?

Salah satu prinsip asasi yang tegas dinyatakan dalam al Qur’an menyangkut kebebasan beragama adalah “Tidak ada paksaan dalam beragama”, QS. Al Baqarah : 256. Oleh karenanya, dalam perspektif Islam, persoalan keimanan merupakan persoalan yang menyangkut persoalan kehendak bebas seseorang dan keyakinan yang bersifat pribadi. “Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. QS. Al Kahf : 29.

Al Qur’an juga telah mengajak Nabi Muhammad saw untuk mengimplementasikan prinsip di atas, dan menjelaskan kepadanya bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia. Ia tidak memiliki kekuasaan untuk memaksa manusia memeluk agama yang disampaikannya. Beberapa ayat al Qur’an yang menyatakan hal ini antara lain:

“Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya” QS. Yunus : 99.

“Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” QS. Al Ghasiyyah : 22.

“Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas mereka bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)”. QS. Asy Syura : 48.

Dari penjelasan di atas, jelaslah kiranya bahwa al Qur’an dengan tegas melarang pemaksaan kepada siapa pun untuk memeluk Islam.

Agama Islam telah menggariskan suatu metode yang harus dijadikan acuan dalam dakwah dan penyebaran risalah Islam. Di dalam al Qur’an didapati metode tersebut mencakup dakwah melalui hikmah, nasihat yang baik, dan berdebat secara fair. Allah swt. Berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” QS. An Nahl : 125.
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”. QS. Al Baqarah : 83.

Selain itu, di dalam al Qur’an ditemukan lebih dari 120 ayat yang menyatakan bahwa prinsip dakwah dan penyebaran Islam harus dilakukan berdasarkan penerimaan tanpa agitasi, pengajaran tanpa tendensi, dan menyerahkan kepada komunikan yang menerima dakwah kebebasan menerima atau menolak Islam. Inilah yang dilakukan Rasulullah saw. setelah penaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah) yang sebelumnya dikuasai oleh kaum musyrik Quraisy, dengan mengatakan kepada mereka, “Pergilah kalian semua, karena kalian adalah orang-orang yang bebas”. Meskipun kemenangan mutlak berada di tangan pihak kaum muslimin, tak seorang pun dari orang-orang musyrik Quraisy itu yang dipaksa untuk memeluk Islam.
Kaum muslimin tidak pernah memaksa pemeluk Yahudi atau Nasrani untuk memeluk Islam. Karena itulah kita mendapati khalifah kedua, Uman bin Khattab, memberikan kepada penduduk Baitil Maqdis yang beragama Kristen kebebasan dan rasa aman, “atas kehidupan, gereja-gereja dan salib-salib mereka. Tak seorang pun dari mereka yang akan mendapatakan kesulitan pemaksaan karena keyakinan dan agamanya”.
Sebelumnya, setelah Rasulullah saw. berhijrah, beliau juga telah menetapkan dalam konstitusi Madinah, bahwa pemeluk Yahudi beserta kaum Muslim merupakan satu komunitas umat yang membentuk suatu masyarakat baru di Madinah. Dengan demikian, hak para pemeluk Yahudi dalam menjalankan ajaran agama mereka diakui.

Dalam bukunya Allah ist Ganz Anders, Sigrid Hunke menolak anggapan, bahwa Islam adalah agama yang dibesarkan dengan pedang. Penulis asal Jerman ini mengatakan, “Sikap toleran bangsa Arab benar-benar telah memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan asumsi mereka yang mengatakan, bahwa Islam disebarkan dengan senjata dan pedang. Asumsi seperti ini merupakan salah satu bentuk kesalahan tendensius terhadap Islam”. Di tempat lain, Hunke mengatakan, “Sesungguhnya para penganut agama Kristen, Yahudi, Sabean, dan kaum pagan itulah yang sebenarnya ingin memeluk Islam sebagai hasil dari kesadaran meraka sendiri”.
Sebagaimana diketahui, pasukan perang kaum Muslim, tidak pernah menginjakkan kaki mereka di kawasan Asia Selatan atau Afrika Barat. Islam tersebar di kawasan tersebut melalui pedagang Muslim yang perilaku, akhlak, dan interaksi sosial mereka yang baik telah menarik perhatian penduduk setempat hingga akhirnya meraka menerima dakwah Islam secara sadar dan tanpa paksaan.

Sumber : Prof. Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq

Islam dan Hak-hak Perempuan

Ketika Islam pertama kali datang di Jazirah Arabia, kaum perempuan berada dalam posisi yang sangat rendah dan sangat memprihatinkan. Hak-hak mereka diabaikan, suara mereka pun tak pernah didengar. Islam kemudian datang merombak total kondisi yang tidak menguntungkan perempuan ini. Kedudukan mereka kemudian diakui dan diangkat. Ketidakadilan yang mereka alamipun kemudian dihilangkan, hak-hak mereka mendapat pembelaan dan jaminan dalam Islam. Sejak itu, kaum perempuan menemukan kembali jati diri kemanusiaan mereka yang hilang. Mereka sadar bahwa mereka adalah manusia sebagaimana halnya kaum lelaki.

Salah satu sebab terjadinya perubahan kedudukan kaum perempuan itu adalah karena Islam dengan tegas menolak anggapan, bahwa Hawa -simbol perempuan- adalah sumber malapetaka dunia karena telah menggoda Adam hingga ”terjatuh” dari sorga. Berbeda dengan anggapan itu al-Qur’an menjelaskan, bahwa yang menggoda Adam dan Hawa secara bersamaan adalah setan, bukan Hawa, sebagaimana firman Allah swt.:

”Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula”. QS. Al Baqarah:36

Islam menegaskan bahwa manusia secara keseluruhan, lelaki maupun perempuan, diciptakan dari jiwa yang satu. Allah swt. berfirman:

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri”. QS. An Nisa:1

Laki-laki dan perempuan, dalam pandangan al Qur’an, adalah sama dalam esensi kemanusiaannya. Maka dilihat dari aspek ini, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kedua jenis manusia itu sama mendapatkan kemuliaan yang Allah berikan kepada seluruh umat manusia tanpa pembedaan, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Isra:70 ”Dan sesungguhnya kami telah muliakan anak-anak manusia”
Penting untuk dicatat bahwa ketika al Qur’an menggunakan kata “manusia” (al insan) atau “anak-anak manusia” (bani Adam), kata itu mencakup baik laki-laki maupun perempuan sebagaimana ayat yang disebut terakhir. Jika pembicaraan dimaksudkan untuk membedakan salah satu jenis manusia, al Qur’an menggunakan kata ar rijal untuk laki-laki dan an nisa untuk perempuan.
Dalam sebuah haditsnya, Nabi saw. mengilustrasikan hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai hubungan kesetaraan dan saling melengkapi. “Kaum perempuan adalah ‘saudara kandung’ kaum lelaki yang memiliki hak dan kewajiban dalam kebaikan” demikian sabda Nabi. Penggunaan kata ‘saudara kandung’ (syaqa’iq) dalam hadits ini mempertegas adanya kesetaraan dan kesejajaran antara lelaki dan perampuan. Oleh karenanya, kedua jenis manusia itu memiliki kedudukan dan derajat yang sama di mata Tuhan. Yang membedakan mereka adalah amal saleh yang mereka lakukan, sebagaimana firman Allah swt:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” QS. An Nahl : 97.

Al Qur’an juga menegaskan, bahwa Allah Maha Mengabulkan doa dan permohonan seorang wanita sebagaimana halnya dengan permohonan lelaki:

“Maka Tuhan akan memperkenankan permohonannyan (dengan firman), “Sesungguhnya Aku tidak menyianyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah sebagian yang lain”. QS. Ali Imran : 195.

Frasa ‘sebagian kamu adalah dari sebagian yang lain” yang digunakan dalam ayat di atas menunjukkan, bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan bersifat saling melengkapi, karena kehidupan di dunia ini tidak akan berjalan secara baik tanpa partisipasi dari kedua jenis manusia itu.
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui sikap dan pandangan dasar Islam terhadap perempuan yang begitu gamblang dan jelas, karena diambil dari nash-nash yang bersifat pasti (qath’iy), baik dari al Qur’an maupun hadits. Dari itu, mereka yang objektif tidak akan pernah bisa mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menindas perempuan dan mengabaikan hak-haknya. Suatu pandangan objektif sejatinya dapat memilah antara Islam sebagai agama di satu sisi, dan tindakan penganutnya di sisilain.

Sumber: Prof. Dr. Mahmoud Hamid Zaqzouq

Islam dan Poligami

Sesungguhnya, Islam bukanlah agama pertama yang melegalkan praktik poligami. Islam, dengan demikian tidaklah membawa sesuatu yang baru, dan tidak menjadi pelopor praktik poligami. Justru Islamlah agama pertama yang mengatur kehidupan berkeluarga dan menjadi pelopor dalam hal pembatasan jumlah istri dalam perkawinan poligami, setelah melegalkan perkawinan seperti ini melalui serangkaian persyaratan dan kewajiban yang sangat ketat dan tidak ringan.

Saat Islam datang, poligami sebenarnya telah dipraktikkan secara luas tanpa batasan dan syarat apa pun. Praktik poligami tanpa batas ini bukan saja merebak di kalangan bangsa Arab, tetapi juga pada bangsa dan peradaban non-Arab. Saat Islam datang, syariat atau aturan-aturan hukumnya tentu harus mempertimbangkan prinsip kebertahapan dan gradualitas dalam mengubah tradisi dan adat istiadat yang negatif. Kebertahapan ini merupakan suatu hal yang niscaya dilakukan, terutama bila dicermati, bahwa mengubah total secara all at once suatu tradisi dan kultur yang telah mengakar merupakan suatu hal yang hampir mustahil dan bersifat kontraproduktif. Karena itu, prinsip kebertahapan dan gradualitas seperti ini menjadi sesuatu yang tidak boleh diabaikan bagi siapa pun yang hendak memahami secara proporsional sikap Islam atas poligami.

Seperti disinggung di atas, sebelum kedatangan Islam, model perkawinan poligami telah marak dipraktikkan tanpa pembatasan jumlah istri yang dipoligami. Islam kemudian datang membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi, melalui firman Allah swt:

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat” QS An Nisa :3.

Kendatipun Islam menganggap sah menikahi dengan paling banyak empat orang istri seperti tersurat dalam ayat di atas, tetapi harus diingat, bahwa keabsahan poligami itu hanya dapat dilakukan jika seorang suami memenuhi syarat pokoknya, yakni kemampuan bersikap adil terhadap para istri. Oleh karenanya, Nabi saw mengecam pelaku yang tidak dapat bersikap adil terhadap istri-istrinya “Barangsiapa yang memiliki dua istri (namun) ia lebih cenderung kepada salah satu dari keduanya, niscaya ia datang di Hari Kiamat nanti dengan salah satu kaki yang pincang” HR Ibnu Majah.

Al Qur’an sesungguhnya telah memperingatkan, bahwa bersikap adil terhadap para istri merupakan sesuatu yang sulit diwujudkan. Pelaku poligami, betapapun kuat tekad dan usahanya untuk, tidak akan pernah bisa berhasil mengejawantahkan sikap adil itu secara sempurna. Dalam hal ini, al Qur’an secara jelas menyatakan:

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian” QS An Nisa : 129

Jika demikian sulitnya mewujudkan sikap adil terhadap istri-istri dalam perkawinan poligami, maka hendaknya seseorang dalam situasi seperti ini harus merasa cukup dengan satu orang istri saja. Inilah sebenarnya anjuran al Qur’an yang diutarakan secara eksplisit dan gamblang sejak 14 abad silam. Allah swt berfirman :

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja” QS An Nisa : 3

Demikianlah, Islam sesungguhnya tidak bermaksud memerintahkan dan mendorong seorang Muslim untuk kawin dengan lebih dari satu orang, dan tidak lebih dari empat orang. Islam juga bukan agama yang memelopori praktik perkawinan poligami. Sebelum kedatangan Islam, poligami telah menjadi tradisi yang marak dipraktikkan oleh banyak orang. Islam justru datang untuk mengarahkan praktik poligami ini dengan cara yang penuh hikmah, tanpa perlu menimbulkan goncangan sosial yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan di sini, monogami sebenarnya merupakan prinsip dasar perkawinan dalam Islam. Poligami diperbolehkan sebagai bentuk pengecualian, dalam kondisi-kondisi khusus; berdasarkan alasan-alasan yang kuat dan masuk akal.
Untuk menyebut beberapa contoh dari kondisi-kondisi khusus yang dapat dijadikan pengecualian keabsahan berpoligami adalah berkecamuknya peperangan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah laki-laki di satu sisi, sementara sisi lain kuantitas perempuan tetap dan terus berkembang. Dalam kondisi seperti ini, poligami dapat dijadikan alternatif untuk mengantisipadi ketidakseimbangan dan menjadi solusi agar kaum perempuan tidak terpaksa harus melajang sepanjang hayat mereka. Seorang istri yang mengalami sakit tak tersembuhkan sehingga tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, atau seorang istri yang tidak mampu memberi keturunan, kondisi-kondisi seperti ini juga dapat dimasukkan sebagai bentuk pengecualian yang memungkinkan seorang suami berpoligami, namun dengan tetap menjaga asas keadilan terhadap para istri, tanpa pembedaan.
Akan tetapi, kendatipun Islam melegalkan poligami sebagai bentuk pengecualian sebagai dijelaskan di atas, hendaknya harus diingat, bahwa Islam mengecam praktik poligami tanpa dasar yang kuat karena akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.

Sumber: Islam Dihujat Islam Menjawab, Prof. Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Penerbit Lentera Hati

Di Balik Poligami Nabi Muhammad SAW

Pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Khadijah ra berlangsung saat Nabi berusia 25 tahun; sementara Khadijah ra seorang janda yang pernah dua kali mengalami perkawinan saat itu mendekati usia 40 tahun. Nabi tetap mempertahankan perkawinan monogami dan menjadikan Khadijah ra sebagai satu-satunya pendamping hidup beliau sampai sang istri meninggal dunia. Sepeninggal Khadijah ra yang telah menemani hidupnya selama kurang lebih 28 tahun, Nabi saw tetap menampakkan kesetiannya pada sang istri.

Kehidupan Rasulullah saw sebagaimana tercatat dalam perjalanan hidupnya, baik sebelum diutus menjadi Nabi maupun sesudahnya membantah dengan sangat tegas anggapan yang menyatakan, bahwa beliau adalah seorang pengumbar syahwat. Adalah sangat tidak mungkin seorang Muhammad saw yang pada masa remajanya dikenal sebagai pemuda yang sangat menjaga kehormatan diri, ketika mencapai usia lebih dari setengah abad tiba-tiba menjadi seorang pemuja seks. Padahal, seandainya ia mau, kesempatan untuk mengumbar syahwat dapat dilakukannya sewaktu masih muda dan gagah, sebagaimana banyak dilakukan oleh pemuda-pemuda Quraisy seusianya.
Hujatan dan tuduhan bahwa Nabi saw sebagai pemuja seks juga semakin tidak masuk akal jika kita ketahui, bahwa diantara istri-istri yang dinikahinya dalam status gadis hanyalah Aisyah ra seorang. Selebihnya adalah para janda. Selain itu, beliau menikahinya karena alasan kemanusiaan yang luhur atau karena faktor yang berkaitan dengan hukum syariat. Tak seorangpun dari mereka dinikahi karena dorongan nafsu syahwat dan pemuasan seks.
Setelah melewati usia 50 tahun, Rasulullah menikah dengan Saudah binti Zam’ah, seorang janda yang dikenal tidak memiliki paras yang cantik. Ia juga bukan seorang hartawan atau berasal dari kalangan bangsawan. Tetapi Rasulullah tetap menikahinya dengan tujuan membantu meringankan beban kehidupan keluarganya setelah kematian sang suami, seorang sahabat Nabi yang telah mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya demi tegaknya dakwah Islam.
Adapun tujuan perkawinan beliau setelah itu dengan Aisyah binti Abu Bakar ra dan Hafsah binti Umar ra, tak lain adalah untuk lebih mempererat hubungannya dengan dua orang sahabat setia dan kelak menjadi khalifahnya, yaitu Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra.
Sementara Ummu Salamah, istri Nabi yang lain, adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya akibat terluka dalam perang Uhud. Usia Ummu Salamah tidak terbilang muda lagi saat dinikahi Nabi, sehingga ia mulanya agak riskan menerima lamaran Nabi saw mengingat usianya itu. Tetapi karena motif kemanusiaan, Nabi saw dapat menghilangkan rasa risih Ummu Salamah untuk bersedia menerima pinangannya.
Adapun istri beliau yang bernama Ramlah binti Abi Sufyan, ia adalah seorang yang ikut serta dalam hijrah pertama ke negeri Habasyah, menemani suaminya. Tetapi sangat disayangkan, saat berada di negeri Habasyah, sang suami ternyata berpindah menjadi pemeluk agama Nashrani sehingga membuat Ramlah, sang istri, terlantar. Mendengar berita itu, Rasulullah saw pun mengirim duta yang meminta Najasyi, penguasa Habasyah, untuk mengembalikan Ramlah ke Madinah. Diharapkan, dengan kembalinya Ramlah bersama-sama kaum Muslim di Madinah, ia tidak lagi terlantar di negeri orang; terselamatkan dari keluarganya di Mekkah yang masih belum menerima keislaman dan keputusannya untuk berhijrah ke Habasyah kala itu; dan pada waktu yang sama dengan menikahinya, Nabi saw berharap akan dapat menarik hati ayahnya, Abu Sufyan, seorang tokoh Mekkah yang sangat dihormati, untuk memeluk Islam.
Istri Nabi yang lain, Juawairiyyah binti al Harits, adalah seorang budak perempuan hasil tawanan perang Bani Musthaliq. Mengingat ayahnya adalah seorang pemimpin kabilah, Nabi saw bermaksud memuliakannya dengan cara menikahi dan membebaskannya. Nabi juga memerintahkan kaum Muslimin untuk membebaskan budak budak-budak perempuan dari kabilah yang seasal dengan Juwairiyyah.
Adapun Shafiyyah, istri Nabi saw yang berdarah Yahudi, adalah seorang putri pemimpin Bani Quraizhah. Nabi menikahinya setelah mengajukan dua pilihan kepadanya; dikembalikan kepada keluarganya atau menikah dengan Nabi saw dan dibebaskan dari perbudakan. Shafiyyah ternyata lebih memilih tetap berada di Madinah menjadi salah seorang istri Rasulullah saw ketimbang kembali kepada keluarganya di Bani Quraizhah.
Adapun perkawinannya dengan putri bibinya, Zainab binti Jahsy ra adalah karena faktor yang berkaitan dengan penerapan hukum syariat Islam. Sebelumnya, Zainab binti Jahsy ra adalah istri yang diceraikan oleh anak angkat Nabi, Zaid bin Haritsah ra. Tradisi yang berlaku pada bangsa Arab kala itu melarang seorang ayah angkat untuk mengawini mantan istri anak angkatnya. Melalui praktik pernikahan Nabi saw dan Zainab binti Jahsy ra, sebagaimana dinyatakan di dalam al Quran, tradisi jahiliah yang tak beralasan ini akhirnya dihapus oleh Islam.
Allah swt berfirman:

“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluan pada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” QS 33:37.


Sumber: Islam Dihujat Islam Menjawab, Prof. Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Penerbit Lentera Hati

Siapa Santa Claus / Sinterklas itu ?


Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga bukan ajaran Kristen. Sinterklas ini adalah ciptaan seorang pastur yang bernama "Santo Nicolas" yang hidup pada abad ke empat Masehi. Hal ini dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, yang berbunyi sebagai berikut:

"St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December… A Legent of his surreptitious bestowal of dowries on the three daughters of an improverrished citizen… is said to have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec.6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus…"

"St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember…Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin… untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus…"

Sungguh merupakan kejanggalan! Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Bukankah ini suatu keanehan, ketika anak-anak menginjak dewasa dan mengenal kebenaran, pasti akan beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng belaka?

Dengan cara ini tidak sedikit orang yang merasa tertipu, dan mereka pun mengatakan:

"Ya, saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!"
Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak? Padahal Tuhan sudah mengatakan:

"Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia betul, tetapi sebenarnya itu adalah ke jalan kematian dan kesesatan."
Oleh karena itu, upacara "Si Santa Tua" itu juga merupakan Setan.

Di dalam kitab suci telah dijelaskan sebagai berikut:

"Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jadi itu bukanlah hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka." (II Korintus 11:14)

Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau.

Islam dan Kebebasan Beragama

Sesungguhnya, kebebasan beragama dan berkeyakinan mendapat jaminan yang jelas dan pasti dalam Islam. Dalam perspektif Islam, al Quran telah secara jelas dan tegas menyatakan “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” QS 2:56. Di sini, Islam melarang secara tegas bentuk-bentuk pemaksaan untuk menganut agama tertentu. Kebebasan manusia dalam memilih agama dan keimanan merupakan prinsip paling fundamental dari ajaran akidah Islam. Dengan demikian, penegasan al Quran tentang kebebasan manusia untuk beriman atau kufur tanpa paksaan merupakan prinsip yang tidak dapat ditawar lagi. “Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” demikian pernyataan al Quran (QS 18:29).
Jaminan Islam terhadap kebebasan beragama sebenarnya muncul dari pengakuan Islam atas kemajemukan keagamaan. Dalam praktiknya, jaminan ini telah ditegaskan oleh Rasulullah saw sebagaimana tertuang pada Konstitusi Madinah. Dalam konstitusi tersebut, dijelaskan antara lain klausul tentang pengakuan eksistensi kaum Yahudi sebagai bagian dari kesatuan komunitas umat bersama kaum Muslimin di Madinah.
Bertolak dari kebebasan beragama yang dijamin oleh Islam ini pula, Khalifah ke-2, Umar bin Khatthab memberikan jaminan keamanan bagi penduduk Baitul Maqdis yang beragama Kristen. “Bagi mereka jaminan keamanan atas kehidupan, gereja-gereja dan salib-salib mereka. Mereka tidak boleh diganggu dan ditekan karena alasan agama dan keyakinan yang mereka anut”, demikian kebijkan dan jaminan Umar bin Khatthab bagi umat non-Islam.
Lebih dari itu, Islam juga sangat terbuka bagi munculnya dialog-dialog cerdas dan positif antarumat beragama. Ia sangat menghargai dialog-dialog yang dilandasi oleh prinsip objektifitas dan tidak bertujuan untuk saling memojokkan atau mendiskreditkan. Dalam hal ini, al Quran menyatakan:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” QS 16:125

Sejatinya, dialog antaragama memang harus berlandaskan pada prinsip yang toleran seperti anjuran ayat al Quran di atas. Demikian memang ajakan dan perintah al Quran kepada kaum Muslim dalam melakukan dialog dengan para kaum Ahlul Kitab, sebagaimana firman Allah swt:

“Katakanlah, “Hai Ahlul Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah “Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, ”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” QS 3:64.

Ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa bilamana suatu dialog antarumat beragama mengalami deadlock dan tidak mencapai titik temu yang diharapkan, maka setiap penganut agama harus kembali kepada ajaran agama masing-masing. Inilah sebenarnya makna dari ayat terakhir surah al kafirun “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku” QS 109:6.
Keimanan, keyakinan, dan keberagaman, agar benar dan dipercayai, haruslah merupakan tindakan yang berdiri di atas, dan didasari oleh, penerimaan yang sadar, tulus dan tanpa paksaan. Keimanan dan keyakinan yang hakiki tidak akan muncul jika landasannya adalah fanatisme buta atau karena keterpaksaan. Dengan kata lain, masalah keimanan adalah urusan dan komitmen individual, karenanya tak seorang pun dapat mencampuri dan memaksa komitmen individual ini. Iman, sebagaimana ditekankan dalam teks dasar Islam dengan kata-kata yang jelas dan tak dapat diragukan, merupakan tindakan sukarela yang lahir dari keyakinan, ketulusan dan kebebasan.
Oleh karenanya, setiap individu sebenarnya memiliki kebebasan dalam memilih keyakinan dan keimanan, sebagaimana ia juga mempunyai kebebasan untuk menganut suatu paham atau aliran pemikiran tertentu. Tak seorangpun dapat melarang seseorang untuk tidak menganut aliran pemikiran tertentu, bahkan pemikiran yang atheis sekalipun. Ia bebas meyakininya selama menjadi komitmen pribadinya dan tidak mengganggu kebebasan orang lain. Tetapi bila ia berusaha memprovokasi dan menyebarkan pemikiran atheistik yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat yang religius, tentu persoalannya menjadi lain. Sebab pada saat itu, ia telah melakukan pelanggaran terhadap ketentraman dan kepentingan publik akibat agitasi dan peraguan yang dilakukan. Sebagaimana dimaklumi, setiap pelanggaran terhadap keamanan dan stabilitas umum, di negara dan komunitas manapun, tentu akan berhadapan dengan sanksi hukum tertentu. Bahkan dibeberapa negara, sanksi pelanggaran terhadap keamanan dan stabilitas umum bisa sampai pada hukuman mati, karena dianggap telah melakukan pengkhianatan besar atau makar terhadap negara.
Pada titik ini, kiranya dapat dipahami, bahwa dalam syariat Islam, hukuman mati bagi orang yang murtad sebenarnya dilakukan bukan semata-mata karena pilihan bebas seseorang untuk ke luar dari Islam (murtad), melainkan karena fitnah dan agitasi yang dilakukannya dianggap telah mengganggu ketentraman dan stabilitas umum dalam sebuah Islam. Dengan demikian, jika seseorang memutuskan ke luar dari Islam (murtad) dan keputusannya itu hanya menjadi komitmen dan keyakinan pribadinya, sementara dia tidak berupaya melakukan agitasi dan provokasi kepada publik, tentu ia bebas memilih dan menganut keyakinannya itu tanpa harus khawatir mendapatkan sanksi hukum dari negara.
Oleh karenanya, beberapa cendikiawan Muslim kontemporer menyatakan bahwa sanksi hukum bagi seorang murtad (sebagai komitmen dan keyakinan pribadi), bukanlah di dunia ini, melainkan di akhirat kelak. Adapun peperangan yang terjadi di masa-masa awal Islam terhadap beberapa kelompok orang yang murtad, peperangan tersebut dilakukan bukan karena faktor ke luarnya seseorang atau sekelompok orang dari Islam (murtad), tetapi lebih disebabkan oleh kekacauan dan pemberontakan yang dilakukan orang-orang murtad itu terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Diposkan

Tidur, Mimpi dan Hari Akhir

Di dalam Al Qur'an tidur diterangkan sebagai berikut :


"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir" (Az Zumar : 42)

"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan" (Al An'am : 60)

Dalam Al Qura'an, istilah 'tidur' dihubungkan sebagai 'kematian'. Tidak ada pembedaan yang tegas antara tidur dan mati. Ini menunjuk dengan jelas bahwa apa yang kita alami saat tidur sangat mirip dengan apa yang dialami seorang yang mati.
Apa yang sama antara tidur dan mati dan signifikansi apa yang ada antara keduanya ?. Ketika tidur, ruh seseorang meninggalkan tubuhnya, atau lebih tepat dikatakan, Allah mengambilnya. Dalam bermimpi, sebaliknya, seseorang mendapatkan tubuh yang lain dan mulai mempersepsikan setting yang sama sekali berbeda. Apa yang dikatakan sebagai 'bangun dari tidur' sebenarnya adalah kembalinya sang jiwa ke tubuh semula dan merasakan kembali 'kehidupan sehari-hari'.
Dengan kata lain, kematian mengakhiri hidup yang kita alami di dunia, yang mana ia memproses sang jiwa mendapatkan tubuh baru dan dengannya menjalani hidup yang sangat berbeda. Sebenarnya ini adalah konsep kunci yang menjelaskan ide dari agama yang tampak sulit dipahami. Contohnya, kematian dan kebangkitan hanyalah sebuah pertukarann imej yang diperlihatkan Allah kepada jiwa kita. Setiap hari, setiap saat, Allah menciptakan kembali dunia untuk kita dan mempresentasikan kepada jiwa kita suatu pertunjukan alam indah yang kontinyu dan konsisten. Hal yang sama juga berlaku bagi fenomena tidur. Imej-imej halus yang diciptakan pada siang hari diciptakan kembali pada malam hari dalam mimpi kita. 
Mirip dengan itu, perpindahan dari dunia ini ke dunia setelah ini mungkin akan semudah pindah fase tidur; imej yang menghasilkan gambaran dunia ini berganti dengan imej dari dunia lain, dan kematian hanya sebagai titik peralihan.
Mimpi juga dipersepsikan jiwa kita persis seperti pengalaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Ayat berikut mengingatkan kita tentang kedekatan Allah kepada manusia kemudian menjelaskan untuk tujuan apa Allah menciptakan mimpi.

"Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: 'Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia. ' Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk di dalam Al Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka" (Al Isra : 60)

Manusia yang mensifatkan mimpi sebagai salah satu fungsi otak, mengatakan bahwa selama seseorang bermimpi ada sinyal-sinyal yang diterima dari otak dan bukti ini memperlihatkan semua yang terjadi di dalam otak. Namun kita harus ingat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu menurut hubungan sebab-akibat. Artinya, tubuh dan jiwa manusia berhubungan sangat erat. Emosi seperti sedih, gembira, cinta dan lain sebagainya, memunyai efek di otak dan ini merupakan konsekuensi yang wajar dalam hubungan antara tubuh dan jiwa. Namun bukan otak yang mengalami emosi-emosi ini, tapi jiwanya.


Seumber : Pernahkan Anda Merenung Tentang Kebenaran, Penulis Harun Yahya, Penerbit Robbani Press