Minggu, 18 Desember 2011

MUHAMMAD SANG BUDHA TERAKHIR

Seperti biasa, untuk melengkapi artikel ini saya posting kembali artikel dari Blog lama Suakahati yang kena Blokir. Dengan merubah sedikit redaksinya. Kali ini mengenai nabi Muhammad dalam Ramalan Budha.
Dalam berbagai Artikel Islam dikatakan bahwa Kemungkinan “Sidharta Gautama” adalah nabi Idris as. Seorang yang mendapat pencerahan akan keagamaan. Dan perlu kita tahu juga bahwa yang sebenarnya kematian seseorang dalam agama Budha itu tidak di bakar untuk diperabukan tetapi dikubur seperti umat Islam. Seperti halnya kematian anak Nabi Adam yang dikubur di dalam tanah. Dasar dari pemikiran ini tidaklah mengherankan jika ternyata, di dalam ajaran Budha ada ramalan akan datangnya Utusan Terakhir, seperti dalam agama-agama besar lainnya yang juga meramalkan datangnya utusan terakhir. Dan ajaran yang dibawa lebih sesuai dengan fitrah sebagai seorang manusia yang mana meluruskan ajaran sebelumnya yang menyeleweng.
Menurut Sacred Books of the East volume 35 pg. 225, dikatakan demikian : “Aku bukanlah Budha satu-satunya yang berkuasa dalam memerintah dan mengatur. Setelahku ada Budha yang lain, bernama “Maitreya” yang penuh kebajikan akan datang. Aku sekarang hanya memimpin ratusan, sedangkan dia akan memimpin ribuan.

Kata Sansekerta ‘Maitreya’ atau ekuivalen dalam bahasa Pali “Metteyya” berarti mencintai, penuh kasih, penuh belas kasihan dan murah hati. Hal ini juga berarti kebaikan dan keramahan, simpati, dll Satu kata Arab yang setara dengan semua kata-kata ini adalah ‘Rahmat’. Dalam Surah Al-Anbiya:

Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk (QS 21:107), Kata ini hampir disebutkan 409 kali di Al-Quran. Huruf “Muhammad” juga dieja sebagai “Mahamet” dan berbagai ejaan lain. Kata “Maho” atau “Maha” dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti Agung dan Mulia, dan “Metta” berarti rahmat. Dan dalam bahasa Arab Sendiri Muhammad berarti “Penuh Kasih”.
Enam kriteria Budha menurut Budha Gautama (the Gospel of Buddha by Carus pg. 214:) “mengenai Tathagata/Budha” :
  1. Seorang Budha mencapai pemahaman tertinggi dan sempurna di waktu malam
  2. Kelihatan cerah setelah pencerahan yang lengkap
  3. Seorang Budha mati dalam kematian yang alami
  4. Meninggal diwaktu malam
  5. Tampak terang sebelum kematiannya
  6. Setelah kematiannya , seorang Budha tidak ada lagi di bumi.
Seperti disebutkan dalam Al-Quran, Nabi Muhammad menerima wahyu disaat malam hari. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan (QS 44:2-3)Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (QS 97:1). Yang mana nabi Muhammad pemahamannya langsung diterangi oleh cahaya Surgawi. Nabi Muhammad meninggal dengan cara alami dan nampak terang di malam kematian beliau (Aisyah/Anas). Setelah pemakaman Nabi Muhammad (SAW) ia tidak pernah terlihat lagi dalam bentuk tubuh-Nya di bumi ini.
Menurut Dhamapada “Sacred Books of East vol 10 pg. 67” Jathagata/Budha hanyalah pemberi peringatan, seperti halnya Nabi Muhammad yang hanya pemberi peringatan. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan (QS 88:21)
Gambar diatas merupakan gambara umum gaya tidur sang Budha. Diamanapun gaya tidurnya hampir bergaya seperti diatas.  Gaya tidur diatas merupakan gaya tidur yang umum dilakukan oleh sang buddha terakhir “Nabi Muhammad”. Banyak sumber hadits mengatakan demikian. Antara lain sebagai berikut :
Menurut Bukhari : Nabi tidurnya menyamping kanan
Aisyah (istri nabi) mengatakan : Nabi tidurnya menyamping kanan