Sabtu, 24 September 2011

Mitos yang Diyakini Kaum Yahudi

Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
Sebuah acara makan di hari suci Yahudi, selalu ditutup dengan kalimat “Next Year in Jerusalem.” Satu kalimat yang mengungkapkan cita-cita mereka untuk menduduki Yerusalem.
Kaum Yahudi di Israel terus menerus meneror warga Pa-lestina. Apa yang membuat Yahudi berkeras ingin mengu-asai tanah Palestina secara keseluruhan walau fakta sejarah membuk-tikan bahwa tanah tersebut adalah milik Muslim?
Yerusalem dalam Taurat
Hubungan antara Yahudi dan Yeru-salem bisa dilihat di Bibel Perjanjian Lama. Menurut pandangan Yahudi, daerah yang paling suci adalah Mount Moriah (Gunung Moriah), yang kemudian dikenal dengan Temple Mount (Kuil Gunung). Area ini yang mereka klaim sekarang terletak di bawah bangunan milik Muslim, the Dome Of the Rock atau Kubbah As-Sakhra.
Dalam Perjanjian Lama (Taurat), Yerusalem mempunyai banyak nama, Salem (Shalem), Moriah, Jebuse (Yevuse), Jerusalem (Yerushalayim), and Zion (Tzi-yon). Dan terbanyak yang disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah Yerushala-yim, yang disebutkan sebanyak 349 kali, sementara Tziyon disebutkan sebanyak 108 kali.
Menurut kepercayaan Kabbalah, suatu tradisi mistis Yahudi, batu dari Gunung Moriah yang kenal sebagai “Even Shtiyah”- the Drinking Stone (batu yang sedang minum), adalah pusat dari alam semesta, tempat di mana dunia terairi secara spiritual.
Kisah-kisah dalam Bibel yang ber-hubungan dengan Gunung Moriah sangat banyak, antara lain adalah: Ketika Ishak pergi ke sebuah lapangan ia bertemu Ribka untuk pertama kalinya (Kitab Kejadian 24:63-67), dia berdiri di gunung Moriah (Yerusalem). Mimpi Jakub naik ke surga melihat para malaikat turun tangga (Kejadian 28:10-22), juga terjadi di tempat ini, gunung Moriah (Yerusalem).

Mitos Yerusalem Dipegang Kuat
Keyakinan ini masih hidup, sangat dipercayai oleh orang Yahudi sekarang. Ini tampak dalam ritual-ritual mereka. Contoh: Ketika seorang Yahudi berdoa 3 kali sehari, mereka selalu menghadap Yerusalem. Jika sedang berada di Yerusalem, maka mereka berdoa menghadap Temple Mount. Yerusalem disebutkan berkali-kali dalam doa keseharian Yahudi dan dalam doa terima kasih setelah makan.
Orang Yahudi menutup Passover Seder, yakni acara makan dalam hari suci Yahudi, selalu dengan kalimat “Next Year in Jerusalem.” Satu kalimat yang mengung-kapkan cita-cita mereka untuk menduduki Yerusalem. Hari berduka cita/berkabung Yahudi, Tisha B’Av, memperingati peru-sakan Kuil yang pertama dan kedua.
Ketika dalam acara pernikahan Yahudi, pengantin memecahkan sebuah gelas sebagai tanda mengingat kedukaan terhadap perusakan kedua kuil yang berdiri di Gunung Moriah.
Menyambut kedatangan Mesiah
Dan orang Yahudi yang beriman selalu menyisakan tempat kecil pada dinding rumah mereka tanpa diplester tanpa dicat. Ini sebagai tanda kedukaan perusakan Kuil. Dalam keyakinan Yudais-me, yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa as, bangsa Yahudi yakin bahwa kelak seorang Messiah akan datang mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia. Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina.
Bagi zionis Yahudi, mereka meng-anggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Ada satu syarat lagi menjelang hadir-nya Messiah, yakni mereka harus mene-mukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun. Masalahnya saat ini bukit Zaitun masih berada di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.
Membangun Haikal Sulaiman
Para ahli arkeologi sepakat,  ibukota Kanaan dan ibukota kerajaan Daud as berlokasi di tempat yang sekarang ini adalah kampung Arab, Silwan, beberapa kilometer sebelah selatan  tembok ”baru” dari Kota Tua.
Kuil Sulaiman (Haikal Sulaiman) juga dikenal sebagai Beit HaMikdash (Kuil yang Suci). Pemilihan lokasi kuil ini dahulu dilakukan oleh Nabi Daud as yang saat itu beliau menunjuk puncak gunung Moriah (II Samuel 24:18-25). Kitab 1 Raja-raja 6-8 menggambarkan dengan detail bagaima-na anak Daud as, Raja Sulaiman, memba-ngun dan meresmikan Kuil. Walaupun hingga kini belum ada kejelasan pasti di mana lokasi Haikal Sulaiman berada, tapi sementara semua pakar arkeologi setuju bahwa bangunan itu berdiri di atas Gunung Moriah. Yahudi mengklaim di Al-Aqsa. Padahal tidak ada yang tahu pasti.
Itulah beberapa mitos yang dipegang kuat oleh Yahudi. Zionisme bukan sekadar gerakan ‘religion’, tapi sebuah gerakan makar besar untuk menguasai dunia dalam satu tatanan, The New World Order, Novus Ordo Seclorum. Sebuah sistem dunia yang menghamba pada Lucifer (setan).[]
sumber : http://www.mediaumat.com/

Pasang Surut Kenabian dan Ketuhanan Yesus

SEPANDAI-PANDAI para pendeta dan penginjil mengemas doktrin Trinitas dan Ketuhanan Yesus, akan ketahuan juga belangnya. Dengan cara apapun, doktrin batil pasti terbukti kesesatannya, meski dikemas dengan cara apapun untuk menipu umat.
Begitulah misi kristenisasi dalam buku “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” karya Abd Yadi (nama alias) ini. Tipuan dalam buku ini sangat halus. Sampulnya berwarna putih terkesan suci, bagian atas dicantumkan khat kaligrafi Arab dari ayat Al-Qur’an surat Az Zukhruf 61: “Wattabi’uuni haadzaa shiraatum mustaqiim” (ikutilah aku, inilah jalan yang lurus).
Seluruh pembahasan yang dibagi dalam 15 sub judulnya selalu diberi kutipan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, lengkap dengan idiom-ideom islami. Lalu di bagian akhir buku tersebut diberi lampiran nas-nas Arab dari hadits yang menjadi rujukan. Sekilas, kemasan buku ini nampak seperti buku bacaan Islam.
Tapi umat Islam bukanlah orang yang mudah ditipu dengan rumus 1+1+1=1.  Logika sehat umat Islam tidak bisa dikacaukan dengan rumusan aneh Trinitas, bahwa ada tiga oknum tuhan yaitu tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan roh.
….selicik apapun jurus yang dipakai penginjil untuk menipu akidah, kaum awam selevel tukang becak pun bisa menyimpulkan bahwa itu adalah ajaran Kristen….
Sehingga selicik apapun jurus yang dipakai penginjil untuk menipu akidah, bila doktrin yang diajarkan adalah aqidah Trinitas dan Ketuhanan Yesus, maka kaum awam selevel tukang becak pun bisa menyimpulkan bahwa itu adalah ajaran Kristen. Kenyataan ini telah disimpulkan sendiri oleh Pendeta Dr R Soedarmo.
Dalam buku “Ikhtisar Dogmatika,” pakar teologi Indonesia yang meraih gelar doctoral di lulusan Vrije Universiteit Belanda ini mengakui bahwa Kristen sulit diterima umat Islam karena doktrin Trinitasnya yang tidak rasionalis:
“Agama Islam bercorak rasionalitis, artinya rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, trinitas ditolak, sebab tidak dapat dimengerti bahwa 3 adalah 1 dan bahwa 1 adalah 3. Kita tentu insaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti” (hal 114).
Nasib buku “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” ini, sesuai dengan pernyataan Pendeta Soedarmo, justru semakin menumbuhkan penolakan umat Islam terhadap ajaran Kristen. Karena kupasannya terbalik, sangat tidak masuk akal.
….Menurutnya, Nabi Isa bermetamorfosa menjadi Allah setelah melalui tiga tahap….
Dalam buku setebal 73 halaman itu, Abd Yadi berakrobat merangkai dalil-dalil untuk membuktikan  bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah pen­jelmaan Allah  SWT. Menurutnya, Nabi Isa bermetamorfosa menjadi Allah setelah melalui tiga tahapan:
Tahap pertama, Nabi Isa dilahirkan dengan proses yang ajaib. Karena dilahirkan dari perawan Maryam yang suci (Qs. Ali Imran 42), dilahirkan dalam keadaan suci (Qs. Maryam 19), dilahirkan dari kalimat Allah dan terkemuka di dunia dan akhirat (Qs. An-Nisa’ 171, Ali Imran 45). Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib: membuat burung dari tanah, menyembuh­kan orang yang buta sejak dari lahir, menyembuhkan penyakit sopak dan menghidup­kan orang mati (Qs. Ali Imran 49).  Tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib (Qs. Maryam 33, Imran 55).
Dengan tiga tahapan ini, penginjil Abd. Yadi menegaskan bahwa Yesus benar-benar Tuhan berdasarkan Al-Qur’an: “Dengan kedudukan tertinggi yang disandangnya, siapa­kah yang bisa disetarakan dengannya? Bukankah yang memiliki kedudukan tertinggi itu hanya Allah saja?” (hlm. 5).
Sebetulnya, untuk menyelesaikan polemik apakah Yesus itu Tuhan, kita bisa menjawabnya cukup dengan satu ayat:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” (Qs. Al-Ma’idah 72).
Sayangnya, ayat ini tidak dikutip oleh penginjil Abd Yadi dalam buku putihnya. Ia malah mempraktikkan tafsir akrobatik yang jauh menyimpang dengan logika yang rusak dengan formula “tiga tahapan Tuhan.”
….kalau mau berpikir dengan logika yang sehat, justru tiga tahapan itu semakin menolak doktrin ketuhanan Yesus….
Padahal kalau mau berpikir cermat dan logika yang sehat, justru tiga tahapan itu semakin menolak doktrin ketuhanan Yesus.
Tahap pertama, Nabi Isa (Yesus) bukan tuhan karena dia adalah manusia yang dilahirkan. Seajaib apapun proses kelahirannya, dia tak akan pernah naik takhta menjadi Tuhan. Karena secara aksiomatis Tuhan itu tidak dilahirkan (Qs. Al Ikhlas 3) dan tidak berawal (Qs Al-Hadid 3). Yesus bukan Tuhan karena ia dilahirkan ke dunia oleh seorang manusia (Qs. Maryam 19-33, Injil Matius 1:8-25). Manusia selalu melahirkan manusia, dan setiap yang dilahirkan manusia pastilah manusia. Tidak mungkin manusia melahirkan binatang, apalagi melahirkan Tuhan.
Tahap kedua, Nabi Isa memiliki kuasa dan mukjizat yang ajaib. Meskipun Abd Yadi dan para penginjil yang lain bisa menunjukkan seribu lagi, Nabi Isa tetap manusia biasa. Nabi Isa –maupun para nabi lainnya– mengakui dengan jujur bahwa semua mukjizat itu bukan ciptaannya sendiri, tapi karunia kenabian atas seizin Allah (bi-idznillah). Jadi, mukjizat tersebut adalah bukti kenabian, bukan ketuhanan.
Keunikan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa juga bukan alasan mempertuhankan dia. Karena di sisi lain, Nabi Isa juga tidak bisa bermukjizat seperti yang dimiliki oleh Nabi Musa, antara lain: tongkat Nabi Musa bisa jadi ular (Qs. Al-A’raf 107 dan Bibel kitab Keluaran 7: 9), padahal tongkat Yesus tidak bisa jadi ular.
Tahap ketiga, kematian dan kebangkitan Nabi Isa yang ajaib berdasarkan surat Ali Imran 55. Meskipun seandainya Abd Yadi bisa membuktikan bahwa Yesus pernah mati dan bangkit seribu satu kali, tapi bukti-bukti itu justru semakin menolak doktrin Ketuhanan Yesus.
Sebab Tuhan itu Maha Hidup (Al-Hayyu) yang tidak takluk kepada maut:“Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia…” (Qs Al-Mukmin 65).
“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup Kekal dan Yang tidak mati. Dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya” (Qs Al-Furqan 58).
Aksioma ini juga diajarkan dalam Bibel, bahwa salah satu sifat Tuhan adalah tidak takluk kepada maut (I Timotius 6:16).
….Al-Qur’an surat Ali Imran 55 diperalat untuk membuktikan Ketuhanan Yesus bahwa Allah yang akan mematikan Nabi Isa. Jika Yesus diyakini sebagai Tuhan, berarti tuhan Yesus dimatikan oleh Tuhan Allah. Hanya teologi sesat saja yang meyakini  doktrin “Tuhan membunuh Tuhan.”
Kerusakan logika penginjil Abd Yadi bertambah parah ketika memakai dalil Al-Qur’an surat Ali Imran 55 untuk membuktikan Ketuhanan Yesus. Padahal dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah yang akan mematikan Nabi Isa. Jika dengan ayat ini Nabi Isa (Yesus) diyakini sebagai Tuhan, berarti tuhan Yesus dimatikan oleh Tuhan Allah. Hanya teologi sesat saja yang meyakini  doktrin “Tuhan membunuh Tuhan.”
PASANG SURUT KETUHANAN YESUS
Dalam pandangan Islam yang sangat menekankan tauhid, status para nabi utusan Allah tetap murni sesuai dengan misinya. Nabi tetap nabi, tak satu pun yang bermetamorfose menjadi Tuhan. Berbeda dengan ajaran Kristen, oknum “kenabian” dan “ketuhanan” dalam sejarah Gereja mengalami pasang surut.
1. Selama 22 tahun sepeninggal Yesus, para murid setia Yesus masih konsisten mengamalkan ajaran Taurat. Namun setelah lewat tahun 55 M, mereka mulai melakukan perombakan terhadap ajaran Yesus. Sekitar tahun 300 M, timbul perselisihan hebat di kalangan Kristen yang tidak dapat dikompromikan, antara golongan yang meyakini Yesus sebagai nabi utusan Tuhan dengan golongan yang meyakini Yesus sebagai Tuhan.
2. Untuk menyelesaikan pertentangan ini, maka Kaisar Konstantin mengadakan konsili di Nicea tahun 325 M yang dihadiri oleh sekitar 2.048 uskup dan patriarch yang membawa bermacam-macam doktrin dan keyakinan. Kelompok yang dipelopori oleh Arius dan Lucianus mengajarkan bahwa Yesus hanyalah rasul Allah.
Kaisar  yang condong pada pendapat uskup pemuja Ketuhanan Yesus, mengadakan pertemuan khusus dengan 318 uskup yang sepaham dengannya. Maka diputuskan bahwa Yesus adalah Tuhan, lalu memaksakan keputusannya kepada 1.700 uskup yang tidak sepaham dengannya. Tak hanya itu, mereka juga membakar ratusan versi kitab Injil yang bertentangan dengan keputusan konsili.
….terjadi metamorfosis ketuhanan dalam teologi Kristen. Yesus baru dinobatkan sebagai Tuhan dalam kurun 325 tahun sepeninggal Yesus. Roh Kudus baru dilantik sebagai oknum ketiga Tuhan dalam kurun 381 tahun sepeninggal Yesus. Berarti, doktrin Trinitas kristiani baru lengkap tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh Kudus) empat abad sepeninggal Yesus….
3. Karena muncul berbagai kelompok penentang Konsili Nicea yang mempertahankan keesaan Tuhan, maka diadakanlah Konsili Konstantinopel tahun 381 M. Salah satu pemicu konsili ini adalah ajaran Macedonius bahwa Roh Kudus bukan Tuhan tapi makhluk. Dalam konsili ini diputuskan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan bersama Tuhan Bapak dan Tuhan Yesus. Keputusan ini didukung penuh oleh Kaisar Teodosius I Agung (379-395 M).
Dengan demikian, jelaslah bahwa terjadi metamorfosis ketuhanan dalam teologi Kristen. Berarti Yesus baru dinobatkan sebagai Tuhan dalam kurun 325 tahun sepeninggal Yesus. Selanjutnya, Roh Kudus baru dilantik sebagai oknum ketiga Tuhan dalam kurun 381 tahun sepeninggal Yesus.
Berarti, doktrin Trinitas kristiani baru lengkap tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh Kudus) empat abad sepeninggal Yesus. [A. AHMAD HIZBULLAH MAG/Suara-Islam.com]

Jika Kisah Bintang Betleham dalam Bibel Benar, Maka Yesus Lahir 17 Juni

LOS ANGELES (voa-islam.com) – Jika legenda tiga orang majus dan bintang Betlehem dalam kisah kelahiran Yesus yang diceritakan dalam Alkitab itu benar, bisa diprediksikan bahwa Yesus tidak lahir tanggal 25 Desember, melainkan 17 Juni.
Legenda mengenai bintang yang muncul di langit tepatnya di kota Betlehem yang memimpin tiga orang majus ke palungan, tempat di mana bayi Yesus terbaring telah diperdebatkan selama beberapa waktu, demikian dirilisTelegraph, Senin (13/2).
Pertanyaannya apakah bintang terang tersebut benar-benar nyata? Penjelasan yang mungkin adalah bintang tersebut merupakan konjungsi antara planet Jupiter dan Venus yang tampak seperti bintang terang. Bintang tersebut muncul sekitar abad kedua Sebelum Masehi.
….dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi….
Jika hipotesis tersebut benar, maka dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi.
Umat Kristen yang merayakan Natal, tak pernah luput membaca kisah kelahiran Yesus dalam Matius 2:1-12. Dalam perikop “Orang Majus Dari Timur” ini dikisahkan bahwa pada waktu kelahiran Yesus Kristus di kota kecil Betlehem, dikatakan dari sebelah timur datanglah beberapa orang Majus untuk mencari Bayi Yesus yang baru lahir. [taz/lip6]

Kontroversi Natal: Kebohongan Sinterklas, Sosok Pemalas

MELBOURNE (voa-islam.com) – Natal alias Christmas yang dirayakan umat Kristen seluruh dunia, hampir tak bisa dipisahkan dari sosok Sinterklas (Santa Claus). Tokoh ini selalu dinanti oleh anak-anak setiap perayaan Natal di akhir tahun. Namun, di balik penampilannya yang tambun, bermuka merah dan riang gembira, sosok khas Sinterklas itu justru bisa memberi pendidikan buruk bagi anak-anak.
Demikian menurut hasil penelitian seorang akademisi Australia, Dr. Nathan Grills dari Universitas Melbourne. Diterbitkan dalam British Medical Journal, Gills menyatakan bahwa karakter unik Sinterklas kini bisa dipandang sebagai tokoh yang mempromosikan gaya hidup yang tidak sehat.
…Sinterklas dianggap tokoh yang terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk anak-anak…
Menurut Grills, dengan tubuhnya yang selalu digambarkan tambun, Sinterklas dianggap tokoh yang terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk anak-anak, yang selalu senang dengan Sinterklas karena selalu memberi hadiah natal – walau itu berasal dari orang tua mereka.
Seperti dikutip laman stasiun televisi ABC News, dengan penampilan saat ini, Grills meyakini bahwa Sinterklas kemungkinan telah menjadi figur yang paling populer dan kini sering dimanfaatkan menjadi alat pemasaran berbagai produk, termasuk makanan cepat saji hingga minuman keras.
…Sinterklas yang telah menjadi figur paling populer, kini sering dimanfaatkan menjadi alat pemasaran berbagai produk minuman keras…
Di masa lalu, menurut Grills, Sinterklas bahkan digunakan untuk mengiklankan produk-produk rokok. Penampilan itu bisa menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Selalu digambarkan tokoh yang suka makan kue dan minum susu – bahkan bir – maka sulit untuk membantah pandangan bahwa Sinterklas memiliki perut yang tambun.
Mengajarkan kebohongan kepada anak-anak dengan Dongeng Sinterklas
Untuk melacak asal-usul Sinterklas (Santa Claus), kita bisa membaca penelitian ilmuwan Kristen terkemuka di dunia. Setelah melakukan penelitian yang mendalam dari berbagai literatur dunia, Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God dan pendiri Ambassador College membongkar kebohongan tentang Natal dalam buku The Plain Truth About Christmas.Tulisan tentang Sinterklas ditulis secara khusus dalam sub bab “Yes, And Even Santa Clause.” Berikut kutipan yang diterjemahkan oleh Masyhud SM dalam buku Misteri Natal terbitan Pustaka Dai Surabaya:
Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga bukan ajaran Kristen. Sinterklas ini adalah ciptaan (baca: kebohongan) seorang pastur yang bernama “Santo Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Hal ini dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, yang berbunyi sebagai berikut:
“St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greeks and Latins on the 6th of December… A legend of his surreptitious bestowal of dowries on the three daughters of an impoverished citizen…is said to have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve of St. Nicholas [Dec. 6], subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus…”
(St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember… Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin… untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus…).
…Sungguh merupakan kejanggalan! Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas…
Sungguh merupakan kejanggalan! Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Bukankah ini suatu keanehan, ketika anak-anak menginjak dewasa dan mengenal kebenaran, pasti akan beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng belaka?
Dengan cara ini tidak sedikit orang yang merasa tertipu, dan mereka pun mengatakan:
“Ya, saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!”
Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak? Padahal Tuhan sudah mengatakan: “Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia betul, tetapi sebenarnya itu adalah ke jalan kematian dan kesesatan.”
Oleh karena itu, upacara “Si Santa Tua” itu juga merupakan Setan. Di dalam kitab suci telah dijelaskan dalam kitab 2 Korintus 11:14.
…Perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala warisan Babilonia ribuan tahun yang lampau…
Dalam penutup tulisannya tentang Sinterklas, Herbert W Armstrong menyimpulkan bahwa perayaan Natal adalah tradisi penyembah berhala warisan Babilonia ribuan tahun yang lalu:
“And so when we examine the facts, we are astonished to learn that the practices of observing Christmas is not, after all, a true Christian practice, but a pagan custom – one of the ways of Babylon our people have fallen into.”
Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau. [taz/viva]

Natalan Bukan Milik Yesus, tapi Hari Ulang Tahun Kelahiran Dewa Kafir

Bagi umat Kristen, Natal 25 Desember adalah hari besar yang dirayakan dengan sepenuh suka cita dan kemeriahan. Hari ini diyakini sebagai peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke dunia (Dies Natalis of Jesus Christ). Peringatan ini menjadi penting, karena mereka meyakini Yesus sebagai tuhan dan juru selamat. Dengan kata lain, perayaan Natal bagi umat kristiani adalah memperingati hari ulang tahun kelahiran tuhan.
Mengapa mereka merayakan hari ulang tahun kelahiran Yesus tanggal 25 Desember? Apakah Yesus benar-benar lahir tanggal 25 Desember?
Sebenarnya, semua teologi Kristen sepakat bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Meski demikian, para teologi berselisih pendapat mengenai tanggal lahir Yesus.
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya ‘What Really Happe­ned Charistmas Morning’ menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1 Masehi dengan merujuk kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus (sejarawan Yahudi), Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi. Berdasarkan observasi astro­no­­­mis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja) berpendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.
2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25 Desember. Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau November.
“Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena gereja tidak tahu dengan pasti kapan –pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).
3. Yesus Lahir Bulan September?
Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah (1997), menyatakan bahwa Yesus lahir pada bulan September. Benyamin menulis: “Meskipun menurut Alkitab Yesus dikandung Maria dari karunia Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal selama 40 minggu atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari Raya Tabernakel… Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri menurut kalendar Yahudi. Menurut kalendar internasional (Gregorian), tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan dengan tanggal 25 September. Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember terlambat selama tiga bulan.”
4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6 Januari, lalu Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7 Januari, sedangkan Gereja Armenian memperingati Natal tanggal19 Januari.
Dari berbagai versi tanggal Natalan tersebut, tak satupun yang bisa dipercaya. Tabloid Victorius edisi Natal pernah mengungkapkan keheranannya tentang Natal yang misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih dicermati. Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus Kristus? Hal ini masih misterius”.
Karena kesimpangsiuran tanggal kelahiran Yesus itulah, seorang muallafWencelclaus Insan Mokoginta berani membuat sayembara terbuka berhadiah mobil BMW. “Jika ada yang bisa menunjukkan dalil dalam Alkitab bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan perintah untuk merayakannya, kami sediakan hadiah mobil BMW dan uang tunai 10 juta rupiah,” tulisWencelclaus dalam buku Mustahil Kristen Bisa Menjawab.
Mengapa Natalan tanggal 25 Desember?
Gereja-gereja Barat merayakan Natal tiap tanggal 25 Desember karena mendapat pengaruh dari Roma. Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya sebagian besar gereja di dunia mengikuti tradisi Roma.
Mengapa 25 Desember? Latar belakang perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Tanggal 25 Desember dipilih sebagai hari Natal Yesus semata-mata mengadopsi tradisi pagan, untuk menyesuaikan dengan hari perayaan penyembahan berhala yang populer pada saat itu.
Sebab 25 Desember adalah Natal dua dewa terkemuka pada masa purba, yaitu perayaan kelahiran Dewa Matahari bangsa Roma yang dikenal dengan perayaan Solis Invictus (matahari yang tak terkalahkan) dan Dewa Mithras (dewa matahari kebenaran dan kebijakan). Perayaan ini sangat berpengaruh dalam kebudayaan dan keagamaan di kekaisaran Romawi, sejak abad ke-10 hingga 7 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi).
Perayaan Roman Saturnalia, suatu perayaan untuk menghormati Saturnus, Dewa Pertanian dan Pembaruan Kuasa Matahari, juga berlangsung pada tanggal 25 Desember.
Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai Natal Yesus Kristus untuk menggeser pesta kafir tentang perayaan kelahiran dewa, diganti sebagai natal Yesus sang pembawa terang. Dengan inkulturasi seperti ini, mereka berharap agar para paganis dengan mudah beralih menjadi penganut Kristen. Makanya, beberapa kebiasaan yang terdapat pada perayaan Natal, diperkirakan berakar dari perayaan penyembahan berhala-berhala ini.
Kaisar Constantin Agung berusaha mempersatukan berbagai golongan dan agama guna keseimbangan politis dan agamawi di kekaisarannya. Maka diperkenalkanlah tadisi Natal pertama kali di Roma tanggal 25 Desember 336 yang menggabungkan tradisi penyembahan matahari dalam Mithraisme dengan tradisi perayaan kelahiran Yesus dalam Kristen. Sejak saat itulah 25 Desember diadopsi perlahan-lahan untuk merayakan Natal kelahiran Yesus. Otomatis, latar belakang Mithraisme pada perayaan Sol Invictus masih melekat. Misalnya, matahari yang disembah dalam perayaan Sol Invictus, diganti dengan simbol bahwa Yesus adalah Sang Matahari Kebenaran Penerangi Dunia.
Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para penginjil berkilah, “Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk kepentingan rohani dan setiap orang Kristen dapat bertumbuh dewasa karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama purba itu tentu saja bisa diabaikan” (Majalah KristenRajawali edisi Desember Th. XII no. 12 hlm. 16).
Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat,  telah membantahnya dengan mengutip Catholic Encyclopedia: “Sinners alone, not saints, celebrate their birthday.” Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!! [a. ahmad hizbullah mag/suara islam]

Penampakan Salib Yesus di Tiang Telepon


Tanda-tanda kebesaran Tuhan bisa terlihat di mana saja. Sebuah gambar berwujud Yesus disalib terlihat di sebuah tiang telepon yang tertutup daun anggur di Louisiana, Amerika Serikat.

"Gambar itu tertangkap mata saya. Saya berkata dalam hati, gambar di tiang telepon itu benar-benar mirip gambar Yesus yang lagi disalib," kata Rickey Navarre, pengemudi yang melintas Highway 26 kepada stasiun televisi KPLC.

Menurut Navarre, gambar itu adalah sebuah tanda. "Dia mungkin ingin mengatakan kepada kita, saya melihat kamu, saya akan menjawab doa-doamu," kata Navarre.

Setelah berita penampakan ini tersiar, petugas setempat langsung berinisiatif untuk memangkas daun anggur yang menutup tiang telepon tersebut. Pemangkasan ini untuk mencegah sesorang yang nekat naik ke tiang untuk bisa melihat Yesus lebih dekat.

"Kami akan segera memangkas, untuk keamanan kami tidak ingin seseorang memanjat tiang itu," kata manajer perusahaan listrik setempat. Menurut dia, gereja adalah tempat yang tepat untuk mencari Yesus. (Telegraph)

Paku Salib Yesus Ditemukan?


Dua paku yang digunakan untuk menyalib Yesus ditemukan di sebuah makam berusia 2.000 tahun. Hal tersebut terungkap dalam sebuah film baru berjudul "The Nails of the Cross" karya sutradara keturunan Israel-Kanada, Simcha Jacobovici.

Film itu merupakan hasil penelitian tiga tahun yang dilakukan Jacobovici. Kesimpulan itu dibuahkan Jacobovici berdasarkan data-data empiris dan imajinasi serta kepercayaannya.

Jacobovici mengklaim penemuan tersebut sebagai sesuatu yang bersejarah. Namun sebagian ilmuwan menepis klaim Jacobovici. Beberapa ilmuwan bahkan menganggap itu hanya upaya mencari popularitas.

Berbagai benda bersejarah termasuk paku-paku yang diklaim berasal dari penyaliban Yesus muncul dalam beberapa dekade terakhir. Paku-paku tersebut diduga memiliki keterkaitan dengan Yesus. Namun, beberapa dianggap tipuan, sementara sebagian lainnya dianggap sebagai penemuan suci.

Jacobovici adalah juga pembawa acara serial "Naked Archaeologist" dan pernah berkolaborasi dengan sutradara James Cameron membuat sebuah film dokumenter kontroversial, "The Lost Tomb of Jesus". 

Kini, Jacobovici mengatakan penemuan paku yang dipakai untuk menyalib Yesus berbeda dengan paku-paku sebelumnya karena konteks sejarah dan arkeologis yang ada di dalamnya.

“Yang kami ungkapkan ke dunia adalah argumen arkeologi terbaik yang disuguhkan bahwa dua dari paku-paku salib Yesus telah ditemukan,” ujarnya.

Film itu sendiri diawali dengan kisah kunjungan ke sebuah makam purba di Yerusalem pada 1990. Para ilmuwan menilai itu merupakan makam imam besar Kayafas, yang dalam Perjanjian Baru mendahului persidangan Yesus.

Makam itu beserta kotak tulang ditemukan saat sebuah proyek konstruksi di dekat bukit beberapa mil sebelah selatan Kota Lama. Makam itu kini sudah ditutup kembali.

Kayafas adalah yang menyerahkan Yesus ke tentara Romawi, yang berakhir ke penyaliban. Inilah yang jadi dasar argumen Jacobovici. "Ada konsensus umum yang mengatakan, makam di mana paku itu ditemukan adalah milik Kayafas. Kala itu ada lusinan paku yang ada, namun menemukannya di dalam makam adalah hal yang jarang terjadi," kata dia di Kota Lama, di mana Yesus menghabiskan hari-hari terakhirnya, seperti dimuat Huffington Post, Selasa, 12 April 2011. 

Dua paku besi ditemukan di dalam makam itu. Satu paku ditemukan di dasar dan satu lagi di dalam sebuah kuburan yang hilang secara misterius. Jacobovici mengaku melacak paku itu sampai ke sebuah laboratorium di Tel Aviv. 

Jacobovici juga menunjukkan mengapa paku tersebut digunakan dalam salib, yang memang lazim 2.000 tahun lalu. Jacobovici mengajukan teori mengenai penyebab paku-paku itu digunakan di penyaliban Yesus.

“Jika Anda melihat seluruh ceritanya, secara historis, tekstual, arkeologis, semua menunjuk kedua paku ini dipakai dalam penyaliban,” ujar Jacobovici. “Dan karena Kayafas merupakan satu-satunya yang diasosiasikan dengan penyaliban Yesus, Anda menaruh dua (paku) dan dua (paku) bersama, itu menunjukkan paku-paku itu adalah paku yang digunakan untuk menyalib Yesus.”

Menanggapi film itu, Otoritas Benda Antik Israel mengatakan belum ada pembuktian yang sahih bahwa makam itu merupakan tempat mengubur Caiaphas. Mereka juga mengatakan paku-paku biasa ditemukan di makam.

“Tidak dapat diragukan lagi bahwa sutradara berbakat Simcha Jacobovici membuat film menarik dengan penemuan arkeolog sebagai pusat cerita. Tetapi tafsiran yang disuguhkan tidak memiliki dasar dalam penemuan atau penelitian arkeologi,” ujar Otoritas Benda Antik Israel. (Telegraph/Tempo/Vivanews)