Tanya
Bagaiamana membuktikan bahwa Matius 28:19 bukan ucapan Yesus?
Jawab
Di zaman Yesus dan murid-muridnya, mereka yang ingin menjadi anggota suatu kelompok harus menyatakan kesetian mereka kepada kelompok tersebut melalui pembaptisan. Dalam Islam cara ini disebut bai’at. Pada saat itu mereka yang ingin menjadi anggota kelompok Yohanes Pembaptis atau muridnya, misalnya Apollo. Sebelum membentuk kelompok sendiri, Yesus pernah menjadi anak buah Yohanes dan dibai’at (dibaptis) atas nama Yohanes serta menyatakan kesetiaanya kepada Yohanes Pembaptis.
“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan la dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes”.(Markus 1:9)
Setelah Yesus membentuk kelompok sendiri, mereka yang ingin masuk ke dalam kelompok Yesus harus di bai’at (dibaptis) “atas nama” Yesus dan menyatakan kesetian mereka kepada Yesus.
Oleh karena itu pembaptisan atas nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus sebagaimana Matius 28:19 adalah aneh dan tidak masuk akal. Di zaman Yesus dan murid-muridnya tidak pernah nama Bapa dan Roh Kudus diikut-ikutkan dalam upacara pembaptisan. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah pernyataan Pakar Pemikiran Kristen, Paul Tillich dalam bukunya A History of Christian Tnougnt.
- “Baptism was the sacrament of entrance into the church…then he was baptized in the name o f Christ. Later on the name o f God the Father and the Spirit ware added”.(Pembaptisan merupakan upacara memasuki suatu kelompok Kristen (gereja)…. Lalu dia dibaptis atas nama Kristus. Kemudian barulah nama Tuhan Bapa dan Roh Kudus ditambahkan).
Di zaman Yesus dan murid-muridnya ide Roh Kudus sebagai Tuhan atau sesuatu yang disembah tidak pernah dikenal. Hal ini dengan jelas dapat dilihat dalam Kitab “Kisah Para Rasul” ketika paulus menanyai murid Yohanes Pembaptis di Eferus.
“Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya: ” akan tetapi mereka menjawab dia: “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus. ” ( Ki s 19 : 2 )
Tanya
Apakah para Pastor, Pendeta dan Penginjil mengetahui bahwa Yesus bukan Tuhan dan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas?
Jawab
Para Pastor, Pendeta dan Penginjil telah ditatar oleh Para Pakar Alkitab bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas bahwa Yesus bukanlah oknum kedua dari Trinitas. Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvard menjelaskan:
- “Jesus was nothing more than a man wi th avision f or d ecad es, they (the scholar) have taught it to generation of priest and ministers, who do not pass i t along to their f locks because they f ear the backlash o f anger. So the only ones le f t in the dark are ordinary Christians. “(Yesus hanyalah seorang manusia yang berpandangan luas selama berpuluhpuluh tahun, mereka (para pakar Alkitab) telah mengajarkannya kepada para pastor dan pendeta, yang pada gilirannya (para pastor dan pendeta ini) tidak menyampaikannya kepada jamaat mereka karena takut didamprat. Oleh sebab itu umat Kristianilah yang dibiarkan tetap berada dalam kegelapan)
Tanya
Siapa yang mengajarkan Trinitas?
Jawab
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mereka yang memperkenalkan dan mengajarkan Trinitas adalah para pemimpin Gereja yang umumnya memiliki latar belakang paham penyembah berhala. Buku Should You Believe in the Trinity yang diterbitkan oleh Watchtower and bible Tract Society of Pennsylvania, 1989 menjelaskan:
- “Throughout the ancient world, as f ar back as Babylonia the worship o f pagan gods grouped in triplets were common. This practice was a(so prevalent, be f ore, during, and a f ter Christ in Egypt, Greece and Rome”.(Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama, maupun sesudah Yesus)
Cave dalam bukunya Is the Trinity Doctrine divinely Inspired?, menambahkan:
- “A f ter the death o f the Apostles, such pagan belie f s began to invade Christianity”(Sesudah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen)
Filsafat Platonis dan Stoic yang diajarkan Plato (?-347 SM) dan Zeno (?-263 SM) tentang Logos menjadi jembatan untuk mempertuhankan Yesus menuju konsep Trinitas yang dinanti-nantikan para penyembah berhala untuk dikawinkan dengan ajaran Kristen. Ajaran tiga Tuhan dalam satu yang dianut para penyembah berhala inilah yang menginspirasi para pemimpin Gereja unutk mengembangkan ajaran tersebut dalam Kristen. Upaya para pemimpin Gereja yang saat itu dikenal dengan golongan Apologis untuk mengawinkan ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Kristen dijelaskan oleh Paul Tilich dalam bukunya A History of Christian Thought sebagai berikut:
- “The Apologist arose to attempt a joining of Christianity dan Greek thought”
(Para pemimpin Gereja yang umumnya Aplogis (mereka yang ingin mengawinkan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen) bangkit untuk mencoba mengawinkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani)
Di satu pihak umat Kristen memiliki Yesus yang diambil dari Yahudi, sememtara dipihak lain, para pengikut ajaran Platonis dan Stoic memiliki Logos yang diambil dari Plato (?-347 SM) dan zeno (?-263 SM). Hasil akhir dari perpaduan keduanaya yang diterima oleh umat Krsistiani adalah Logos Yesus. Yesus bukan lagi sekedar seorang Nabi Isa untuk bani Israel, tetapi sudah berubah menjadi
Yesus baru yang penuh dengan embel-embel Platonis dan Stoic- Yesus Kristus anak Allah, perantara antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan juru selamat.
Athanasius kemudian menambahkan satu Tuhan lagi yakni Roh Kudus untuk melengkapi Ketuhanan Kristen menjadi Tiga dalam Satu (Trinitas), persis seperti ajaran Ketuhanan Agama Mesir, dimana Athanasius berdomisili.
Pengaruh agama Mesir terhadap Kristen dijelaskan oleh Cave sebagai berikut:
- “The Trinity was a major preoccupation of Egytian theologians…. Three gods are combinet and treated as single being, addressed in the singular. In this way the spiritual force of Egyptian religion shows a direct ling with Christian theology”(Trinitas merupakan paham utama para penganut agama Mesir…. Tiga Tuhan bersatu dan diperlakukan sebagai satu, yang disebut esa. Dalam hal ini nampak kekuatan spiritual agama Mesir yang langsung mempengaruhi agama Kristen)
Tanya
Mengapa para pemimpin Gereja mencetuskan ajaran-ajaran seperti trinitas yang tidak ada dasarnya dalam Alkitab?
Jawab
Apa saja yang ditetapkan oleh Kaisar Romawi dan para pemimpin Gereja dianggap benar, sah dan berlaku untuk umat pada saat itu. Kebenaran dalam Kristen berubah dari satu konsili ke konsili lainnya. Kebenaran sangat tergantung kepada golongan mana yang mayoritas dalam konsili, atau golongan mana yang didukung oleh Kaisar Romawi. Oleh karena itu, kutuk mengutuk dalam setiap konsili merupakan hal yang lumrah. Ignatius dalam suratnya kepada orang-orang Smyrna mengatakan:
- “Where the bishop is, there the congregation should be Prophets who appear may be riqht or wrong, but the bishop is right, because the bishop were the representative of the true doctrine”(Apa saja pendapat sikap uskup, jemaat harus mengikutinya. Para Nabi boleh benar atau salah, tetapi uskup selalu benar, karena uskup adalah yang mewakili ajaran yang benar)
Keputusan-keputusan Gereja yang di luar ajaran Yesus dilindungi oleh hukum keimanan (regulafidei). Apa yang sudah diyakini dan diucapkan oleh pemimpin Gereja menjadi hokum yang mutlak berlaku, walaupun tidak ada dasarnya atau tidak sejalan dengan Alkitab.
Alhasil ajaran Trinitas tumbuh subur dan berkembang dari satu konsili ke konsili lainnya, bukan karan ajaran Trinitas merupakan ajaran yang dipetik dari ajaran murni Yesus, tetapi karena kaisar Romawi mendukung ajaran ini menjadi ajaran resmi kerajaan.
Tanya
Mengapa orang-orang Romawi begitu mudah menerima Yesus sebagai Tuhan mereka?
Jawab
Karena tersebarnya berita bahwa “katanya” Yesus mati, “katanya” Yesus bangkit kembali pada hari ketiga, “katanya” terangkat ke surga. Mereka tidak pernah melihat atau bertemu dengan Yesus apalagi tinggal bersama-sama dengan beliau. Mereka menciptakan cerita tentang kamatian, kebangkitan serta terngkatnya Yesus ke sorga sesuai dengan kepentingan mereka, lama setelah Yesus tiada.
Uskup Agung Prof. David Jenkins, salah seorang pemimpin Gereja tertinggi di Inggris, dalam wawancaranya dengan TV di London dalam program “Credo” menegaskan bahwa ajaran Ketuhanan dan Kabangkitan Yesus sesungguhnya tidak benar.
- “Were not strictly true but were added to the story of Jesus by the early Christians to express their faith in him as a Messiah”(Ajaran tentang ketuhanan dan kebangkitan Yesus sesungguhnya tidaklah benar, tetapi baru ditambahkan dalam cerita tentang Yesus oleh para penulis Kristen untuk mendukung keimanan mereka (bahwa Yesus) adalah Kristus)
Merekapun merubah, menambahkan atau mengurangi ucapan-ucapan Yesus, atau sekalian menciptakan ucapan-ucapan baru dan mengatakan bahwa ucapan tersebut diucapkan Yesus (misalnya Matius 28:19) hanya untuk mendukung keimanan mereka tentang Tuhan mereka yang mati, bangkit kembali lalu terangkat ke sorga.
Prof. Alvar Ellegard dalam bukunya Jesus One Hundred Year Before Christ ha1.19, mendukung kenyataan ini dengan mengatakan”
- “Their aim was to launch a story which brought aout the conception abouth Jesus that they and their churches had formed, from whatever material they found suitable: historical sources, fictional stories, imagination.”
(Tujaun mereka adalah untuk meyebarkan cerita tentang Yesus yang dikemas sesuai dengan ajaran yang ditetapkan oleh gereja mereka yang dipungut dari berbagai sumber yang cocok dengan keinginan mereka: baik dari sumber sejarah, cerita dongeng, maupun khayalan).
Tanya
Mengapa murid-murid Yesus, keluarga, famili maupun pengikutnya tidak percaya pada Trinitas atau menyembah Yesus sebagai Tuhan?
Jawab
Mereka hidup siang malam dengan Yesus. Saudara-saudaranya, ibunya, familinya melihat Yesus lahir dan tumbuh sebagai seorang bayi. Dalam kenyataan seperti itu, mereka tentu tidak mungkin membayangkan bahwa yang menangis dalam ayunan atau basah guritanya adalah Tuhan yang pernah berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya atau penguasa alam semesta. Begitu pula murid-murid seta para pengikutnya. Mereka melihat Yesus sebagai seorang Rabi (guru) mengajarkan Taurat dan berkhotbah di rumah ibadat setiap hari sabtu. Dari berbagai sumber yang dapat diperolah, tidak satu pun pertanda bahwa Yesus pernah disembah sebagai Tuhan di Rumah Ibadat. Murid dan pengikutnya mengenal dirinya sebagai pemimpin mereka, sebagai tuan mereka, malah sebagai nabi, tetapi sama sekali mereka tidak akan pernah menganggap bahwa yang naik berkhotbah di mimbar adalah “Tuhan penguasa alam semesta.”
“Dan mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada oranq banyak karena orang banyak itu mengangap dia nabi”. (Matius 21:46)
Tanya
Apakah Yesus tidak membimbing murid-muridnya tentang siapa dirinya dan siapa Tuhan Allah?
Jawab
Yesus telah mengajarkan syahadah sebagai pegangan bagi murid-murid dan pengikut-pengikutnya agar tidak tercampak ke neraka.
“Inilah hidup yang kekal itu (masuk sorqa), yaitu bahwa mereka menqenal Engkau (Allah) satu-satunya Tuhan yang benar. Dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus”. (Yohanes 17:3)
Kalau dibahasa Arabkan mirip dengan kalimat syahadat. “Asyhadu Allah ilaha illallah, wa asyhadu anna Isa Rasulullah”
Anak kalimat pertama “mengenal engkau satu-satunya Allah yang benar” berarti Allah (juga Tuhannya Yesus) adalah Tuhan yang benar. Jadi kalu ada Tuhan lain yang diperkenalkan orang, itu berarti tuhan-tuhanan saja, karena Tuhan yang benar hanyalah satu yakni Tuhan Allah. Dengan demikian Yesus bukan Tuhan. Anak kalimat kedua, “dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus”, memperlihatkan bahwa Yesus di utus oleh Allah sebagai Rasul untuk bani Israil. Oleh karena itu Yesus bukan Tuhan karena dari semua Injil dalam Alkitab, tidak ada pernyataan bahwa Tuhan mengutus diriNya, melaikan Tuhan mengutus Yesus sebagai Rasul.
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yanq Engkau berikan kepadaku untuk melakukannya”. (Yohanes 17:4)
Dua zat yang berbeda Al-Khalik, Allah, dan makhluk, Yesus, tidak akan saling tumpah tindih satu sama lain. Allah tidak akan menerima perintah dari dirinya sendiri.
Untuk menghilangkan keraguan dan kebingungan perhatikanlah syahadat serupa yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Andaikata umat Kristiani tetap berpegang teguh pada ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus, tentu mereka tidak akan begitu saja menerima ajaran asing untuk mempertuhankan Yesus, dan ajaran Trinitas tidak akan mencemari keimanan sekitar satu milyar penduduk bumi.
Tanya
Apakah benar bahwa Yesus bukan Tuhan yang harus di sembah?
Jawab Ya, benar!
1. Yesus mengajari umatnya agar hanya menyembah Allah. Dia tidak pernah memerintahkan murid-muridnya untuk menyembah dirinya dengan alasan bahwa Allah berada di dalam dirinya.
“Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah Engkau berbakti” (Matius 4:10)
” Karena itu berdoalah demikian: ‘Bapa kami yang di sorga”‘ (Matius 6:9)
2. Yesus adalah guru Yahudi yang mengajarkan Taurat untuk hanya menyembah Tuhan Allah.
“Denqarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”. (Markus 12:29)
Kata “Tuhan itu Esa” berarti Tuhan tidak ada dalam diri Yesus. Andaikata Tuhan itu adalah dirinya, atau ada dalam dirinya, maka dengan tegas beliau akan mengatakan “Tuhan ini” sambil menunjuk dirinya.
3. Ketika Yesus akan ditangkap di taman Getsemani semua muridnya lari meninggalkan beliau.
“Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Markus 14:50)
Coba bayangkan! Ketika “Tuhan” dalam keadaan genting mereka semua lari meninggalkan dia. Kepada siapa murid-muridnya mencari perlingdungan? Kepada setan? Bukankah yang mereka tinggalkan adalah Tuhan? Padahal “katanya” segala kuasa di sorga dan di bumi telah diserahkan oleh Tuhan Allah kepada “Tuhan” Yesus? (Matius 28:18)
Kalau memang murid-murid Yesus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta, dimana segala kuasa disorga dan di bumi sudah diberikan kepada beliau, untuk apa mereka lari?
Ini ikut membuktikan bahwa Matius 28:18 adalah ayat palsu yang tidak pernah diucapkan oleh Yesus.
Disinilah akal sehat yang dianugrahkan Allah perlu digunkan untuk menyaring mana yang masuk akal, mana yang tidak. Kalau Tuhan berkehendak, sekali tiup saja, tentara Romawi sudah berterbangan seperti kertas di hembus badai.
Tetapi tidak! Mereka menyadari bahwa Yesus adalah pemimpin mereka. Namun mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan yang mereka sembah. Buktinya dalam keadaan kepepet, mereka lebih memilih menyelamatkan diri dan membiarkan “Tuhan” mereka ditangkap dan dihukum salib oleh tentara Romawi.
Tanya
Kalau Yesus dengan jelas mengajarkan kepada umatnya untuk hanya menyembah Tuhan Allah, mengapa umat Kristiani masih saja menyembah Yesus?
Jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa menurut teologi Yunani, manusia yang berdosa tidak dapat berhubungan / minta tolong langsung kepada Tuhan yang mulia. Untuk menyelamatkan manusia dari dosa mereka, diperlukan perantara/ wakil Tuhan (Logos) untuk urusan dunia. Wakil Tuhan (Logos) inilah yang mengurusi segala tetek bengek kaluhan manusia. Para teolog yunani yang kemudian memeluk agama Kristen atau para pemimpin Gereja yang ingin mengawinkan ajaran Kristen dengan teologi Yunani, kemudian menganggap Logos yang roh telah menjadi manusia lengkap dengan daging dan tulang agar mudah menyelamatkan mereka untuk kembali bersatu dengan Tuhan.
Oleh sebab itu, agar manusia dapat bersatu dengan Tuhan kelak (similitudo), maka manusia harus berbaik-baikan dengan logos yang “katanya” sudah menjadi Yesus, menerimanya sebagai juru selamat, atau sekalian menyembahnya sebagai Tuhan karena ia telah “diserahi segala wewenang urusan dunia”.
Kalau tidak, Yesus bisa saja “Lepas tanqan” atau “mempeti-eskan” permohonan pengampunan dosa manusia dan akibatnya manusia akan tetap menderita dikurung di pegadaian setan. Ajaran inilah yang diajarkan Paulus
kepada para penyembah berhala di Roma, Korintus, Efesus, Filipi,Tesalonika, Laudica dan lain-lain. Ajaran yang tidak pernah diajarkan Yesus ini, oleh Gereja kemudian ditetapkan sebagai salah satu doktrin ajaran kristen.
Yesus mengajarakan: “Bertobatlah kepada Allah”. Paulus mengajarkan: “Bertobatlah kepada Yesus”.
Umat Kristen ternyata ramai-ramai ikut ajaran Paulus. Disini jelas kelihatan bahwa umat Kristen lebih taat kepada Paulus daripada kepada Yesus.
Tanya
Apakah kalau seseorang menyembah Yesus sudah berarti sekalian menyembah Tuhan Allah, karena menurut Hamran Ambrie dalam bukunya “Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa” ha1.87, bahwa: “Allah yang roh itu tinggal diam atau berkarya atau berkuasa dalam pribadi Yesus. “? Untuk ini Hamran Ambrie mengutip Injil Yohanes 14:10)
“Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?” (Yohanes 14:10)
Jawab
1. Ayat diatas kalau hanya dibaca tersendiri akan dapat menyesatkan. Penjelasan Hamran Ambrie merupakan contoh yang paling baik bagaimana seseorang dengan iktikad tertentu memanfaatkan suatu ayat keluar dari konteksnya hanya karena didorong oleh keinginan untuk mempertuhankan Yesus.
Untuk itu baiklah kita ulas ayat diatas sesuai konteksnya agar lebih jelas.
• Dalam Injil Yohanes 14:10, Yesus mengatakan :
“Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku “.
Apa artinya ini? Apakah Allah ada di dalam diri Yesus seperti yang diklaim oleh Hamran Ambrie?
• Untuk memahaminya marilah kita menelusuri penjelasan dari Yesus sendiri. Perhatikanlah Yohanes 14:20: “Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam BapakKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu”.
• Perhatikanlah baik-naik ayat ini. Kalau kita sepakat bahwa Allah bersatu dalam diri Yesus berdasarkan injil Yohanes 14:10, maka secara jujur kita pun harus menerima bahwa 12 murid-murid Yesus bersatu dalam diri Yesus dan Tuhan Allah menjadi 14 oknum dalam satu Tuhan berdasarkan Injil Yohanes 14:20.
• Lalu kalau kita mengatakan tidak dan memang tidak. Untuk apa arti kata “di dalam” tersebut?
• Jawabannya ada pada ayat-ayat berikutnya!
“Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapakku dan Aku pun akan mengasihi dia…” (Yohanes 14:21)
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasihku itu. Jikalau kamu menuruti perintahku, kamu akan tinggal di dalam kasihKu. Seperti aku menuruti perintah Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya. ” (Yohanes 15:9)
Tanpa diperjelas lagi, kedua ayat di atas sudah memberikan penjelasan yang terang benderang bahwa yang dimaksud dalam istilah “di dalam” pada Yohanes 14:10 adalah “di dalam kasih”, bukan tumpang tindihnya Tuhan Allah yang Roh dalam tubuh Yesus! ! !
2. Dalam berbagai kesempatan, Yesus berdoa kepada Allah dengan menengadahkan kepalanya ke langit sambil mengangkat tangan memohon pertolongan Tuhan. Kalau Allah ada dalam dirinya, untuk apa lagi beliau mengangkat tangannya keatas serta menengadahkan kepalanya ke langit? Ada siapa diatas sana???
“… Yesus menengadah ke langit dan mengucapkan berkat,…” (matius 14:19)
“… Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan”. ( Lu kas 3: 22 )
“Lalu Yesus menegadah ke atas dan berkata `Bapa, Aku mengucapkan syukur kepadaMu, karena Engkau telah mendengarkan aku”. (Yohanes 11:41).
Kalau benar-benar Tuhan ada dalam dirinya, ya, diam saja atau komatkamit sambil memandang dirinya sendiri. Dari semua ayat-ayat Alkitab, tidak satu pun yang memperlihatkan bahwa Yesus pernah berdo’a memohon kepada Allah yang ada dalam dirinya. Mudah-mudahan adegan yang tidak lucu ini, memang tidak pernah terjadi dalam kehidupan Yesus.
3. Setiap saat Yesus selalu mengatakan bahwa Allah ada di sorga, bukan dalam dirinya.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapakmu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
“Ingatlah, jangan kamu melalukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu di sorga. ” (Matius 6:1).
4. Dalam berbagai kesempatan Yesus berdoa memohon kepada Allah serta mengajarkan umatnya untuk berdoa langsung kepada Tuhan Allah/Bapa. Yesus tidak pernah berperan sebagai perantara doa atau mengatakan kepada para pengikutnya untuk berdoa melalui dirinya, nanti beliau yang akan mengangkut doa-doa tersebut ke hadirat Tuhan Allah. “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami di sorga, dikuduskanlah namaMu”. (Matius 6:9).
5. Kalau memang Yesus sudah menyatakan dengan tegas bahwa dirinya adalah Tuhan yang harus di sembah, serta sudah ada standar untuk menyembahnya sejak beliau masih hidup, mengapa harus ada pertumpahan darah serta penganiayaan yang sedemikian hebat selama berabad-abad? Ini memperlihatkan bahwa di saat suatu golongan ingin mempertahankan Tauhid murni, golongan lain yang ingin mempertuhankan Yesus berusaha menyelipkan filsafat asing untuk merusak kemurnian Tauhid.
6. Tahun 325M dalam konsili di Nicea, Kaisar Romawi, Constatine, bersama pemimpin Gereja yang ingin mempertuhankan Yesus, menaklukkan kelompok Tauhid dan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Yesus adalah Tuhan. Oleh sebab itu setiap ayat Injil yang mengarah kepada ketuhanan Yesus dapat dianggap sebagai ayat-ayat yang baru diciptakan kemudian.
Tanya
Mengapa orang-orang Romawi senang mempertuhankan Yesus?
Jawab
Karena mereka sangat rindu ingin melihat wajah dan tampang Tuhan berjalan di muka bumi. Selama ini tuhan-tuhan mereka adalah tokoh-tokoh khayalan seperti Zeus, Mithra, Osiris dan lain-lain, yang tidak ada kongkritnya di bumi. Istilah “Imanuel” (Tuhan bersama kita) adalah cetusan kerinduan yang menginginkan Tuhan hadir di depan mata mereka dalam jasad kasar. Oleh karena itu ketika Paulus memperkenalkan bahwa “Anak Allah yang baru” adalah Yesus yang pernah turun ke dunia beberapa puluh tahun yang lalu, mereka sangat berbahagia dan ingin segera memiliki pengalaman rohani dengan Anak Allah yang baru tersebut. Manakala mereka tidak melihat Yesus secara langsung, maka gambar atau patungnya pun sudah cukup untuk membayangkan bahwa mereka sudah berhadapan dengan Tuhan.
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankan Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?… Sia-siakah semua yang telah kamu alami (pengalaman rohani) sebanyak itu? (Galatia 3:1,4)
Gereja Romawi dan Gereja-gereja Bagian Barat lainnya menjadi pelopor ajaran Tuhan turun ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus. Keinginan ini tercermin jelas dalam cara mereka menafsirkan Kitab Kejadian 1:26 dimana manusia Yesus dianggap sebagai fotokopi Tuhan yang ada di muka bumi.
“Berfirmanlah Allah: `Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita” (Kejadian 1:26)
Tanya
Mengapa orang-orang Romawi butuh Tuhan yang turun ke bumi?
Jawab
Untuk menebus dosa mereka. Menurut filsafat Yunani, Adam sebagai manusia berdosa mewariskan dosanya kepada seluruh keturunannya. Agar dosa ini terampuni, seseorang yang memiliki keilahian harus menyelamatkan manusia melalui darahnya. Manusia seperti ini menurut Paulus adalah Yesus. Untuk memenuhi status baru ini, maka Yesus harus diberi gelar Anak Allah, Tuhan dan Juru Selamat. Dengan demikian Yesus menjadi Tuhan yang berjalan-jalan di bumi.