Minggu, 25 Desember 2011

Kesesatan Agama Yahudi & Nasrani Menurut Islam


Islam sebagai agama yang sempurna telah membimbing umatnya agar pandai-pandai memposisikan sikap lemah lembut dan tegas sesuai dengan tempat dan keadaannya.

Sebuah prinsip yang sebenarnya terkait erat dengan kadar keimaman, ilmu dan keadilan seorang muslim. Sikap lemah-lembut tanpa ketegasan adalah kelemahan iman.

Sebaliknya ketegasan tanpa kelemah-lembutan merupakan sebuah kebodohan. Demikian pula, bila salah dalam menempatkan salah satu dari kedua sikap tersebut maka ini tak lain adalah kezaliman.

Ternyata Al Qur’an dan As Sunnah –sebagai landasan pijak agama ini– menjadi saksi abadi atas bimbingan tersebut. Tak mengherankan, karena keduanya tidak lain adalah wahyu dari Dzat yang Maha Mengetahui segala apa yang ada di alam semesta ini.

Terlebih bimbingan Islam terhadap penganutnya dalam menghadapi musuh bebuyutan mereka, Yahudi dan Nashrani, yang selalu berpegang teguh dengan kebatilan dan makar yang keji. Oleh karena itu, sudah saatnya umat ini mengetahui prinsip apakah yang harus diyakini didalam menyikapi mereka sehingga terselamatkan dari segala kehinaan dan keterpurukan?

Prinsip Islam Terhadap Yahudi Dan Nashrani

1. Islam dengan tegas menyatakan bahwa Yahudi dan Nashrani adalah orang-orang kafir. Allah Ta"ala berfirman :
“Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah itu adalah Al Masih bin Maryam”. (Al Maidah: 17 dan 72).

Di ayat lainnya, Allah juga berfirman :
“Sungguh telah kafirlah orang-orang yang menyatakan: “Sesungguhnya Allah adalah salah satu dari tuhan yang tiga (keyakinan trinitas)”. (Al Maidah: 73).

Tentang Yahudi, Allah menyatakan kekafiran mereka dengan firman-Nya :
“Dan mereka (orang-orang Yahudi) mengatakan: “Hati kami telah tertutup” –sampai pada ucapan Allah– “Dan bagi orang-orang kafir itu adzab yang menghinakan”. ( Al Baqarah: 88-90).

2. Yahudi dan Nashrani adalah kaum yang telah dilaknat Allah Ta"ala.
Hal ini ditandaskan sendiri oleh Allah Ta"ala dalam firman-Nya :
“Telah dilaknat Allah orang-orang kafir dari Bani Israil (Yahudi dan Nashrani) melalui lisan Nabi Daud dan Isa bin Maryam”. (Al Maidah: 78).

Rasulullah Shallallahu "alaihi wassalam bersabda:
“Laknat Allah kepada Yahudi dan Nashrani”. (Muttafaqun ‘alaihi).

3. Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai, dan Nashrani adalah orang-orang yang disesatkan Allah Ta"ala.
Rasulullah Shallallahu "alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya Yahudi itu adalah kaum yang dimurkai Allah sedangkan Nashrani adalah kaum yang tersesat”. (H.R Tirmidzi dengan sanad shahih).

4. Yahudi dan Nashrani telah mengubah-ubah keaslian kitab suci mereka (Taurat dan Injil) dalam rangka mengikuti hawa nafsu mereka. Allah Ta"ala berfirman :
“Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri (karangan mereka) lalu berkata: “Ini datang dari Allah” dengan maksud untuk memperoleh keuntungan (dunia) yang sedikit”. (Al Baqarah: 79).

Kalaupun seandainya mereka tidak melakukan perbuatan jahat ini, mereka tetap diperintah untuk mengikuti Al Qur’an atau Nabi Shalllahu "alaihi wassalam.
Allah berfirman :
“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (Al A’raaf: 158).

5. Yahudi dan Nashrani selalu memendam kedengkian terhadap kaum muslimin. Allah beritakan isi hati mereka ini di dalam firman-Nya :
“Sebagian besar Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) menginginkan agar mereka dapat memurtadkan kalian (kaum muslimin) setelah kalian beriman. Hal itu disebabkan kedengkian yang ada pada diri mereka”. (Al Baqarah: 109).

6. Kedengkian mereka akan timbul dan menyala-nyala tatkala kaum muslimin mendapatkan kebaikan dari Allah. Allah berfirman :
“Orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkan suatu kebaikan kepada kalian (kaum muslimin) dari Tuhan kalian”. (Al Baqarah: 105).

7. Maka tak aneh kalau Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha sampai kaum muslimin mengikuti agama kufur mereka. Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman tatkala berfirman (yang artinya):
“Dan selama-lamanya Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka”. (Al Baqarah: 120).

8. Puncak upaya Yahudi dan Nashrani agar kaum muslimin murtad dari agamanya adalah dengan perang. Segala puji bagi Allah yang telah membongkar makar jahat mereka seiring dengan firman-Nya :
“Mereka (Yahudi dan Nashrani) tidak henti-hentinya memerangi kalian (kaum muslimin) sampai mereka mampu memurtadkan kalian seandainya mereka sanggup”. (Al Baqarah: 217).

9. Untuk menghadapi para serigala yang masih berbulu domba tersebut maka Allah ajarkan sebuah prinsip yaitu Al Bara’ (ketegasan atau berlepas diri) kepada mereka. Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan Yahudi dan Nashrani sebagai teman dekat/pemimpin karena sebagian mereka itu adalah teman dekat bagi sebagian yang lainnya. Maka barangsiapa diantara kalian berloyalitas kepada mereka maka dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (Al Maidah: 51).
Bahkan larangan tersebut berlaku juga bagi kerabat terdekat sekalipun. Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian sebagai teman dekat apabila mereka lebih mencintai kekufuran daripada keimanan”. (At Taubah: 23).

10. Islam mendidik umatnya untuk memerangi para serigala jahat itu apabila telah melepas bulu-bulu dombanya kemudian menampakkan gigi-gigi taring dan kuku-kuku tajamnya.
Allah Ta"ala berfirman (yang artinya):
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang telah memerangi kalian namun janganlah kalian (kaum muslimin) melewati batas (dalam peperangan tersebut)”. (Al Baqarah 190).

Peperangan Melawan Yahudi Dan Nashrani Sangat Bertumpu Kepada Tingkat Kekuatan Kaum Muslimin

Tahapan disyariatkannya peperangan (jihad) Rasulullah Shalallahu "alaihi wassalam menghadapi orang-orang kafir sebenarnya memiliki makna yang sangat berharga bagi setiap muslim yang memiliki kecintaan kepada perjuangan beliau. Tatkala Rasulullah Shalallahu "alaihi wassalam bersama para shahabat beliau yang dikenal sangat pemberani, dalam keadaan lemah dan tak berdaya di kota Makkah maka Allah mengajari mereka agar sabar terhadap penindasan orang-orang musyrikin dan tetap menjalankan ketakwaannya. Allah berfirman :
“Berilah maaf dan teruslah mengajak orang berbuat kebaikan (dakwah) serta berpalinglah dari orang-orang bodoh (kafir) itu”. (Al A’raaf: 199).

Ketika kondisi mereka sampai pada titik selemah-lemahnya, Allah Ta"ala belum mengijinkan untuk mereka menuntut hak-hak asasi, lebih-lebih mengangkat senjata menghadapi tirani musyrikin ketika itu. Justru Allah memerintahkan mereka untuk berhijrah dari negeri yang paling mulia di muka bumi ini melebihi Masjidil Aqsha sekalipun!!

Sampai pada akhirnya Allah membalas kesabaran dan ketakwaan yang senantiasa mereka jalankan dengan kekuatan yang kokoh untuk kemudian berjihad melawan segenap kekuatan orang-orang kafir baik dari kalangan musyrikin, Yahudi, Nashrani, Majusi, Romawi dan Persia.

Tentu saja tinjauan kemampuan dan kekuatan kaum muslimin melawan kekuatan besar Yahudi dan Nashrani hendaknya berdasarkan bimbingan para ulama yang sangat memahami maslahat dan mafsadah bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Allah Ta"ala berfirman :
“Dan jika datang kepada mereka (kaum muslimin) sebuah berita berupa keamanan atau kerusuhan maka ternyata mereka (tergesa-gesa) menyebarluaskan berita itu (kepada masyarakat awam). Kalau seandainya saja mereka mengembalikan berita itu kepada Rasul dan ulil amri (umara dan ulama) diantara mereka, maka pastilah orang-orang yang dalam ilmunya (para ulama) itu akan mampu memberikan jalan keluarnya”. (An Nisaa’: 83).

Prinsip Islam Terhadap Yahudi Dan Nashrani Tegak Diantara Sikap Tafrith Dan Ifrath

Prinsip-prinsip ini semakin membuktikan keadilan agama ini diantara dua sikap yang saling bertolak belakang yaitu tafrith (meremehkan prinsip permusuhan terhadap Yahudi dan Nashrani) dan ifrath (berlebih-lebihan dalam memusuhi mereka). Bagaimana tidak, akibat meninggalkan prinsip-prinsip ini banyak kaum muslimim terjerumus kedalam dua golongan:
- Golongan yang terjerumus ke dalam jeratan tafrith sehingga rela mengorbankan agamanya hanya untuk mencari keridhaan, secuil dunia dan pujian orang-orang Yahudi dan Nashrani.
- Golongan yang terjerembab kedalam tipuan ifrath sehingga mendatangkan mafsadat yang jauh lebih besar dan mengerikan bagi kelangsungan hidup agama kaum muslimin secara menyeluruh, daripada maslahatnya.

Kedua macam golongan ini walaupun meniti jalan yang berbeda namun pada hakekatnya sampai pada tujuan yang sama yaitu hancurnya agama ini baik cepat maupun lambat. Wallahu a’lam.

Mutiara Hadits Shahih

Dari Abu Hurairah Radiyallahu "anhu, Rasulullah bersabda:
“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah seorang pun dari Yahudi dan Nasrani yang mendengar akan diutusnya aku, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni an naar.” (Muttafaqun ‘alaihi)

(Dikutip dari Buletin Islam Al Ilmu Edisi 40/IV/II/1425. Diterbitkan Yayasan As Salafy Jember. )

Antara fakta saintis barat dan fakta Al-Quran


Fakta Saintis Barat

1. Jarak diantara Nabi Adam dan kita cuma diantara 10000-20000 tahun dan fossil manusia perempuan tertua dijumpai berusia 4.4 juta di Ethiopia.
2. Manusia dahulu hidup bercawat, tidak tahu memasak, bertani dan tinggal didalam gua (tidak bertamaddun).
3. Manusia dahulu tidak mempunyai bahasa dan berpakaian tidak sempurna.
4. Manusia berevolusi melalui pelbagai zamanà ais/batu

Fakta Al-Quran-1

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya”. Dan Ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Ia berfirman: “Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya, jika kamu golongan yang benar”. Malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana”. 
Allah berfirman: “Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka”. Maka setelah Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: “Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui segala rahsia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada malaikat: “Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam”. Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir.

(Al-Baqarah- Ayat 30-34)

BERDASAR AYAT DIATAS BODOHKAH MANUSIA PERTAMA YG BERNAMA ADAM ITU. KEPANDAIAN BELIAU TENTANG BUMI MELEBIHI MALAIKAT DIATAS KUNIAAN ILMU ALLAH.

Fakta Al-Quran-Kisah Habil dan Qabil.

Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama “Iqlima”, kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama “Lubuda”. Kerana Qabil tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahawa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rosak dan busuk kemudian diletakkan kedua korban itu kambing Habil dan gandum Qabil di atas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis korban itu.

BERDASAR KISAH DIATAS MASIH BODOHKAH MANUSIA GENERASI KEDUA SEHINGGA MEREKA MAMPU MENTERNAK HAIWAN DAN TERLIBAT DIDALAM BIDANG PERTANIAN GANDUM? BUKANKAH ITU HASIL DIDIKKAN ILMU DARI MANUSIA PERTAMA YAKNI NABI ADAM A.S YG JUGA MENDAPAT ILMU DARI ALLAH S.W.T JUGA.

Fakta Hadith Hadis al-Bukhari yang berbunyi : Abu Dzar telah meriwayatkan: saya telah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah masjid yang pertama dibina di atas muka bumi ini?, Rasulullah SAW menjawab: “Masjid al-Haram”, saya bertanya lagi: “kemudiannya…?”, balas Rasulullah SAW: “Masjid al-Aqsa”. Saya bertanya lagi: “Berapakah jarak di antara keduanya (tempoh dibina kedua-duanya), balas Rasulullah SAW: “empat puluh tahun, di mana sahaja
kamu dapat bersolat pada keduanya, maka bersolatlah (di sana), di sana ada kelebihan (untuk mereka yang bersolat di kedua-dua masjid tersebut)”.Nabi Adam a.s adalah manusia pertama membina Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa didalam selang waktu 40tahun.

MASIH BODOHKAH MANUSIA PERTAMA ITU WALAUPUN DIDALAM ILMU PEMBINAAN.

Fakta Sejarah Islam Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk mencipta alat-alat yang dapat mempermudahkan pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematik, ilmu astronomi.

SEDARKAH PEN, TULISAN, HURUF, ANGKA, DAN ILMU CAKRAWALA ITU ADALAH HASIL TAMADDUN MANUSIA DAHULU LAGI YG KAMU KATAKAN BERCAWAT ITU. MASIH BODOHKAH MANUSIA TERDAHULU ITU?

Sekarang terserah kepada anda sendiri. Fakta mana mahu dijadikan pegangan aqidah/iman. Jika kamu jadikan Saintis Barat kiblat kamu kerana kemampuan mereka menonjolkan teknologi untuk meyakinkan kamu terserahlah. Tapi bagiku, mukjizat AlQuran itu lebih hebat drpd segalanya. Hati hati dengan program National Geography yang terkadang menyesatkan.

Nanti Mereka Akan Memaki Allah


"Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. Al-An’aam [6] : 108)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ??? ???? ????? bahwasanya beliau menjelaskan firman-Nya: “Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah” beliau berkata, “Orang-orang musyrik berkata, ‘Wahai Muhammad, kamu hentikan celaanmu terhadap sesembahan-sesembahan kami, atau kami akan ejek Rabbmu.’ Maka Allah pun melarang orang-orang mukmin untuk mencela sesembahan orang-orang musyrik, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”
 
Ayat ini mengandung faidah yang agung, yaitu kaidah syariat: Saddu Adz-Dzara’i (menutup segala pintu menuju kerusakan) dan Darulmafaasid Muqoddam ‘Ala Jalbil Masholih (menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan).

Islam melarang dan mengharamkan segala sesuatu yang mengantarkan kepada kerusakan, apakah itu perbuatan maupun benda, walaupun padanya terdapat kemaslahatan, jika dikhawatirkan akan mengantarkan kepada kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan yang coba diraih.
 

Mencela sesembahan-sesembahan musyrikin tidak syak lagi tentu mempunyai kemaslahatan, yaitu menampakkan pengingkaran terhadap kemungkaran dan juga memperlihatkan kelemahan dan kebatilan sesembahan selain Allah. Akan tetapi tatkala faidah dan kemaslahatan yang coba diraih ini justru akan “terkubur” oleh kemudharatan besar yang akan muncul, yaitu dilecehkan dan dihinakannya Allah, maka Allah pun melarang dan mengharamkan hal tersebut.

Berkata Ibnu Katsir, “Allah berfirman melarang rasul-Nya dan kaum mukminin dari mencela sesembahan-sesembahan kaum musyrikin, walaupun padanya terdapat maslahat, karena hal itu berakibat munculnya kerusakan yang lebih besar dari maslahat yang didapat yaitu balasan musyrikin berupa celaan terhadap ilahnya kaum mukminin yaitu Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir)
 
Karena itu, segala kemaslahatan yang akan mengantarkan kepada kerusakan yang lebih besar darinya, telah dilarang dalam islam. Dan contoh tentang itu bisa kita dapati dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang disebutkan dalam Shahih Bukhari (5973) dan Shahih Muslim (90/146) dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash??? ???? ????? bahwasanya Rasululllah ??? ???? ???? ???? bersabda, “Terlaknatlah orang yang memaki kedua orang tuanya.” Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana (bisa) seseorang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Dia memaki bapak orang lain, kemudian orang itu memaki bapaknya, dan dia juga memaki ibu orang lain kemudian orang itu memaki ibunya.”
 
Tatkala seseorang mencela bapak dan ibu orang lain sangat besar kemungkinan orang tersebut akan mencela orang tuanya, karena itu Islam melarang hal tersebut, untuk menutup pintu kerusakan lebih lanjut yaitu terjadinya perpecahan dan saling mencela diantara kaum muslimin.

Termasuk yang serupa dengan itu adalah orang-orang yang dikarenakan semangat dan ghirah (kecemburuan) mereka terhadap Islam, mengingkari kemungkaran yang terjadi di masyarakat, akan tetapi sayangnya, tanpa ilmu dan hikmah, sehingga akhirnya mereka melakukan sesuatu yang justru mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar dari pada kemungkaran yang akan diingkari.
 
Seperti sebagian saudara kita yang ketika melihat saudari atau temannya memakai pakaian yang ketat dan tidak memakai busana muslimah [baca: jilbab] , sesak dadanya dan gusarlah hatinya (dan ini tentu tak salah, bahkan terpuji, karena pertanda adanya keimanan dalam hatinya), akan tetapi karena kurangnya ilmu dan hikmah, apa yang ia lakukan setelah itu?

Ia langsung “memberi pelajaran” kepadanya. Hampir di setiap pembicaraan dengannya-disadari atau tidak- ia “menyerang” atau menyindirnya. Dan kadang “menghukumnya” sebagai orang yang sangat berdosa, jauh dari rahmat Allah dan berbagai keburukan lainnya yang sangat mengerikan.
 

Dia lupa atau tidak mengerti bahwa untuk “mengubah” seseorang itu tidak bisa dicapai dengan cara yang kaku dan keras, akan tetapi itu-dengan izin Allah- hanya bisa dicapai dengan hikmah dan nasehat yang baik serta lemah lembut.

Lantas, apa akibat dari kecerobohannya itu? Bukannya dia (saudari atau temannya itu) akan memakai busana muslimah dan bertaubat, akan tetapi yang terjadi kemungkinan besar malah ia akan benci dengan “si pemberi pelajaran”, bahkan bisa jadi-naudzubillah-dia malah membenci ayat-ayat dan hadits yang dibawanya itu dan itu tentunya bukan hanya menjerumuskannya dalam dosa dan kemaksiatan, akan tetapi menenggelamkannya pula dalam kekufuran dan menjauhkannya dari hidayah. Wal’iyadzubillah..

Kalau sudah begitu, apakah kemaslahatan yang akan didapat? Tidak, justru kemungkaran besar yang akan didapat dan itu lebih besar dari kemungkaran yang akan dihilangkan [baca: tidak berbusana muslimah]. Itu dosa yang akan dipertanggung jawabkan di hari kiamat nanti.

Masih banyak lagi contoh-contoh yang mirip dengan kasus di atas, yang pastinya tidak dibenarkan dalam islam. Karena islam, sekali lagi, telah melarang dan menutup segala perbuatan dan tindak-tanduk yang akan mengantarkan kepada kerusakan, walaupun ada maslahat di dalamnya (apalagi yang tidak ada maslahatnya tentunya), jika itu menyebabkan munculnya kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan yang ingin diraih.

Itulah hikmah yang telah diisyaratkan Allah dalam ayat di atas, mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat darinya dan mengamalkannya. Amin..

Tunjukkan kami Jalan Yang Lurus


Dalam suarat Ali Imran:51, dijelaskan bahwa jalan lurus adalah menyembah Allah, artinya jika menyembah selain Allah maka ia berada pada jalan yang sesat. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhanmu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus".
Ditegaskan lagi dalam surat yang sama:101: "Dan barang siapa yang berpegang teguh dengan (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus". Dalam surat Maryam:36, hakikat yang sama ditegaskan lagi:" Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian, ini adalah jalan yang lurus".
Tunjukkan kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat". (Al Fatihah:6-7) Ayat di atas yang selalu kita baca dalam salat adalah bagian dari surat Al-Fatihah.
Dalam sehari minimal kita membacanya lima kali setiap permulaan rakaat sembahyang yang kita tegakkan. Didalamnya terkandung permohonan agar ditunjukkan jalan yang lurus. " Ihdinash shiraathal mustaqiim" demikian teks aslinya, suatu istilah yang selalu berulang dengan versi yang berbeda di berbagai tempat dalam Al-Qur'an.
Dalam Al-Baqarah:142 Allah berfirman: "Katakan: Timur dan Barat kepunyaan Allah, Dia beri petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya ke jalan yang lurus".
Istilah yang sama juga disebutkan dalam Azzukhruf:64, Al Mulk:22 dan lain sebagainya. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa bila suatu hal diulang berkali-kali dalam Al-Qur'an itu menunjukkan penting dan agungnya hal tersebut.
Sudah barang tentu bahwa merambah jalan lurus adalah merupakan dambaan setiap insan. Hanya saja masih banyak dari manusia yang belum mengetahui atau pura-pura tidak tahu apa maksud dari jalan lurus ini? Secara sederhana –seperti yang diungkap Imam Tabari-jalan lurus adalah jalan yang jelas dan tidak berliku-liku. 

Jalan yang segera menghantarkan ke tempat tujuan. Surat Al-Fatihah sendiri menjawab: Jalan lurus yang dimaksud adalah: jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, itulah orang-orang yang bahagia, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.
Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam mengartikan orang yang dimurkai adalah kaum Yahudi, dan orang yang sesat adalah kaum Nasrani. (lihat, Ibn Katsir, Tafsirul Qur'anil azhiim, jild,I, hal5-54, Riyadh, 1998).
Ibn Abi Hatim, seperti dinukil Ibn Katsir menyebutkan hasil penelitiannya yang mendalam bahwa tidak ada satupun ulama yang mengingkari penafsiran ini. Dan ini benar, sebab setiap kali para Nabi datang kepada mereka (baca:Yahudi) menunjukkan jalan yang lurus, mereka menolaknya. Mereka memilih jalan yang mereka sukai.
Yang diharamkan mereka halalkan dan yang dihalalkan mereka tinggalkan. Tidak hanya itu, para nabi yang berusaha menunjukkan jalan lurus itu, malah mereka bunuh. Perhatikan surat Al-baqarah:61 berkisah begaimana kebejatan akhlak kaum Yahudi itu: "…Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh nabi-nabi tanpa kebenaran, yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan adalah mereka melalmpawi batas".
Adapun kesesatan kaum Nasrani adalah karena ajaran agama Kristen yang ada sekarang –sebagaimana diakui sejarawan Barat sendiri- bukan agama yang asli, melainkan banyak di dalamnya karangan Jhon Paul.
Sementara Jhon Paul sendiri adalah orang Yahudi. Dari sini nampak mengapa Rasulullah mengartikan adh-daalliin dengan orang Nasrani. Karena mereka secara fakta sejarah disesatkan oleh seorang Yahudi bernama Jhon Paul.
(lihat misalnya: Hyam Maccoby, The Mythmaker Paul and Invention of Christianity, Gorge Weiden feld and Nicalson Limited London, 1986) Jelasnya, baik yang dimurkai Allah maupun orang yang sesat mereka dalam kategori Al-Qur'an –sebagimana ditegaskan surat Al-Fatihah- tidak berada dalam jalan yang lurus.
Dalam suarat Ali Imran:51, dijelaskan bahwa jalan lurus adalah menyembah Allah, artinya jika menyembah selain Allah maka ia berada pada jalan yang sesat. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhanmu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus".
Ditegaskan lagi dalam surat yang sama:101: "Dan barang siapa yang berpegang teguh dengan (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus". Dalam surat Maryam:36, hakikat yang sama ditegaskan lagi:" Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian, ini adalah jalan yang lurus".
Dalam surat Al An'am:39, disebutkan bahwa kebalikan dari jalan lurus adalah kesesatan. Artinya siapapun yang tidak mengikuti ajaran Allah ia pasti sesat: "Barangsiapa dikehendaki Allah (menjadi sesat) niscaya akan disesatkan-Nya, dan barangsiapa dikehendaki Allah untuk diberinya petunjuk niscaya Dia akan menjadikannya berada di atas jalan yang lurus".
Di surat yang sama:161, ditegaskan bahwa agama Islam yang dibawa Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam adalah agama yang sama dengan agama Nabi Ibrahim, dan inilah jalan yang lurus: "Katakanlah: sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, yaitu agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik".
Para ulama yang mendalami ilmu munasabat (keterkaitan antar ayat dan antar surat-surat Al-Qur'an) banyak yang menafsirkan makna sirathal mustaqim dengan Al-Qur'an. Perhatikan – kata mereka – hubungan antara Al-Fatihal dan Albaqarah? Mengapa Surat Al-Baqarah langsung dimulai dengan ungkapan "dhalikal kutaabu laa raiba fiihi" (itulah kitan yang tiada keraguan di dalamny).
Di sini seakan terkandung sebuah jawaban: yaitu ketika seorang hamba mohon
"ihdinashshiraathal mustaqiim" (yaa Allah tunjukilah kami jalan yang lurus), Allah langsung mejawabnya : "dhalikal kutaabu laa raiba fiihi". Dengan pemahaman ini jalan lurus itu Al-Qur'an. Di dalamnya terdapat seluruh petunjuk kebenaran yang tidak akan pernah menyesatkan. Kebenaran yang menghantarkan pengikutnya menuju tujuan kebahagaiaan di dunia dan akhirat.
Dalam surat AnNur:46 Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat(Al-Qur'an) yang menjelaskan (halal dan haram). Dan Allah memimpin siapa yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus". Di sini nampak dengan jelas bahwa jalan lurus itu Al-Qur'an.
Siapa yang mengiktui Al-Qur'an maka ia berada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengingkarinya atau mengingkari sebagian isinya maka ia tersesat. Sudah barang tentu bahwa dinatara ajaran Al-Qur'an mengikuti sunnah Raslullah.
Dengan demikian pengertian jalan lurus di sini bukan semata mengikuti Al-Qur'an dengan meninggalkan As-Sunnnah seperti yang dilakukan "qur'aniyyuun". Melainkan keduanya: Al-Qur'an dan As Sunnah harus sama-sama ditegakkan. Dr. Amir Faishol Fath/Ditulis oleh Dewan Asatidz 

Muhammad dan Istrinya

Episode - 1

Di suatu senja yang temaram, Muhammad SAW sedang bercengkrama dengan istri yang sangat dicintainya, Khadijah RA. Tiba-tiba, Khadijah terdiam, dan kemudian menangis bercucuran air mata, begitu sedihnya. Tentu saja Rasulullah SAW kaget, sehingga beliau bertanya,
"Istriku tercinta, apa gerangan yang telah melukai perasaanmu, sehingga engkau menangis begitu sedih?"
Khadijah hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah tangisnya reda, wanita mulia itu berkata,
"Suamiku, tiba-tiba saja aku teringat bahwa seluruh harta kekayaan yang kumiliki sudah habis. Tidak ada lagi yang bisa aku persembahkan sebagai infak di jalan Allah, padahal dakwahmu belum lagi selesai. Itu yang membuatkan sangat sedih ..."

Sejurus kemudian Khadijah berkata lagi,
"Karena itu wahai suamiku, aku punya sebuah pinta untukmu. Kelak aku akan wafat dan ruh-ku kembali kepada Allah SWT. Dan di dalam tanah yang akan tersisa dari jasadku hanyalah tulang-belulang belaka. Jika pada saat itu engkau membutuhkan sebuah rakit, untuk menyeberangkan dakwahmu ke negeri nun jauh di sana, maka galilah kembali kuburku, dan rangkailah sebuah rakit dari tulang-belulangku yang tersisa ..."
(Subhanalloh.. jika anakmuda yang berkata seperti itu sekarang, maka masih diragukan kadar cintanya, Namun ini adalah Istri Nabi Muhammad SAW, Khadijah. Orang yang sangat dekat dengan pemimpin ummat Islam yang sangat disanyanginya, disayangi oleh istrinya dan juga oleh ummat nya.
Anak muda sekarang?? Aneh, meskipun masih ada yang mentauladai sifat-sifat dan kisah dari Nabi besar kita, Muhammad SAW.

Zara adalah orangnya....(wallahu'alam) semoga limpahan rahmad & Hidayah selalu padamu, Amien


Episode - 2
Menjelang dini hari Aisyah - istri Rasulullah SAW - terbangun dari tidurnya. Tangannya meraba-raba pembaringan di sisinya,Kosong. Ia menengok ke samping, dan tidak menemukan sang suami ada di sisinya. Maka iapun bangkit dan mencari suaminya. Sejurus kemudian dia melihat suaminya, Muhammad SAW, sedang tegak berdiri di pojok kamar, menunaikan Shalat Malam, begitu khusyu. Aisyah menangkap suara isak tangis yang lirih dalam shalat suaminya. Lalu pandangan mata Aisyah tertumbuk pada kedua pergelangan kaki suaminya yang kemerah-merahan, karena bengkak.

Pada saat Nabi jeda dari rakaat-rakaat shalatnya, Aisyah menghampiri suaminya, dan bertanya,
"Wahai suamiku, engkau adalah kekasih Allah yang sudah dijanjikan masuk surga, sudah dijamin diampuni semua dosa. Mengapa engkau masih begitu tekun beribadah? Bahkan setiap malam engkau bangun, berdiri dalam shalatmu begitu lama, hingga kedua kakimu bengkak-bengkak?"
Sambil mengelus kepala istrinya penuh kasih sayang, Muhammad SAW berkata,
"Wahai istriku, ibadah seperti yang aku lakukan ini, untuk membayar nikmat udara yang diberikan kepadaku saja tidak akan pernah cukup ..."

Episode – 3
Aisyah RA dikaruniai umur panjang oleh Allah. Beliau masih hidup hingga bertahun-tahun sesudah Muhammad SAW, suaminya, dipanggil ALLOH SAW. Pada suatu hari, beberapa perempuan sebaya Aisyah bersilaturahmi mengunjungi beliau di rumahnya. Dalam obrolan mereka ada yang berkata,
"Aisyah, seperti apa sepak terjang Muhammad di luar rumah sebagai Rasul, sebagai panglima perang, sebagai Kepala Negara, kami sudah mengetahuinya. Namun ada satu hal yang kami masih penasaran. Bagaimana dia di rumahnya, di tengah-tengah keluarganya, bersama dengan istri-istrinya? Cobalah engkau ceritakan kepada kami."

Aisyah terdiam. Ia tidak mampu berkata apa-apa. Hanya deraian air mata yang kemudian mengalir di pipinya. Teman-teman Aisyah menjadi merasa tidak enak.

Salah satu di antara mereka bertanya lagi,
"Aisyah, mengapa kau menangis? Apakah gerangan yang membuat engkau sedemikian sedihnya?"

Setelah reda tangisnya, Aisyah berkata,
"Sahabat-sahabatku, bagaimana aku tidak begitu sedih merasakah kehilangan seorang suami seperti Muhammad SAW, yang selalu menyapaku dengan lembut, dan membangunkan aku di tengah malam untuk bersujud bersamanya? Bagaimana aku tidak menangis dengan penuh rasa kehilangan yang mendalam, mengenang suamiku, Muhammad SAW, yang selalu membantu pekerjaanku di rumah. Bagaimana aku tidak menangis mengenang suamiku, yang selalu menjahit jubahnya yang sobek dan menyambung tali terompahnya yang putus dengan tangannya sendiri. Bagaimana aku tidak menangis" 

Jika Karyawan Muslim Dipaksa Berbusana Natal & Sinterklas, Laporkan Saja pada FPI!

Jika Karyawan Muslim Dipaksa Berbusana Natal & Sinterklas, Laporkan Saja pada FPI!

JAKARTA (voa-islam.com) – Tanpa mengurangi spirit toleransi antarumat beragama, Front Pembela Islam (FPI) meminta kepada seluruh perusahaan dan instansi untuk tidak memaksakan kehendak kepada para karyawan atau pegawai yang  beragama Islam untuk menggunakan simbol-simbol ibadah Natal seperti topi Sinterklas ataupun simbol-simbol ibadah natal lainnya. Jika ada karyawan atau pegawai yang dizalimi dengan pemaksaan memakai busana dan simbol-simbol Natal, silakan melapor ke FPI. FPI siap melakukan pembelaan hukum.

Demikian pernyataan sikap FPI menyikapi kasus yang berlangsung setiap akhir tahun menjelang peringatan Natal, di mana para pegawai atau karyawan toko, restoran dan tempat-tempat usaha hiburan lainnya menggunakan pakaian atau setidak-tidaknya topi Sinterklas (Saint Claus).
Dalam rilis yang diterima voa-islam.com melalui surat elektronik, Ahad (25/12/2011), Ketua Umum FPI Habib Rizieq Syihab menegaskan bahwa pemakaian topi Sinterklas dan simbol Natal oleh karyawan atau pegawai yang mayoritas Muslim itu tidak dibenarkan, karena itu adalah simbol agama Kristen yang  terkait dengan peringatan ibadah Natal.
Menjalankan dan menggunakan simbol-simbol yang  terkait dengan ibadah Natal, lanjut Habib, adalah merupakan hak bagi umat kristiani. Namun dengan hak tersebut bukan berarti umat kristiani bebas memaksakan kehendaknya kepada umat Islam untuk juga menggunakan simbol-simbol ibadah natal, seperti topi Sinterklas (Saint Claus).
Selama ini, jelas Habib, FPI banyak menerima keluhan mengenai pemaksaan penggunaan simbol-simbol ibadah Natal tersebut berupa ancaman PHK bagi karyawan yang beragama Islam yang menolak menggunakan topi Sinterklas (Saint Claus).
Karenanya, Habib meminta instansi atau perusahaan menghentikan pemaksaan simbol agama lain kepada umat Islam. “FPI meminta dengan tegas kepada seluruh pemilik toko, restoran ataupun tempat hiburan, untuk TIDAK memaksakan kehendak kepada para karyawan/pegawai yang  beragama Islam untuk menggunakan simbol-simbol ibadah Natal seperti topi Sinterklas ataupun simbol-simbol ibadah natal lainnya,” tegas Habib.
Kepada umat Islam yang menjadi korban pemaksaan untuk memakai busana natal atau simbol-simbol Natal, Habib meminta agar segera melapor ke FPI. Tim Advokasi FPI sudah siap melakukan pembelaan hukum terhadap umat Islam yang dizalimi akidahnya dengan busana agama lain. “FPI siap menerima pengaduan dari karyawan atau pegawai dan akan melakukan pembelaan kepada seluruh karyawan atau pegawai yang dipaksa menggunakan simbol-simbol ibadah natal tersebut,” pungkas Habib. [taz]

Sejarah dan Asal Usul Lahirnya Natal Pada 25 Desember

Benarkah Isa Al masih atau kaum Kristiani sering menyebutnya Yesus itu lahir pada tanggal 25 Desember...?? yang mana pada sampai saat ini terus diperingati sebagai perayaan Natal umat Kristiani.

Sebenarnya tidak ada data atau sumber yang dapat menyebutkan bahwa benar kalau Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, malahan ada yang mengatakan kalau Yesus lebih tepatnya lahir sekitar bulan September atau awal Oktober, karena pada tanggal 25 Desember itu merupakan musim dingin. Sedangkan menurut Al quran bahwa Yesus itu jelas lahir pada musim panas di saat pohon - pohon kurma sedang berbuah (Surah Maryam : 23-25).

Kenapa bisa begitu..??...ternyata... hal ini bermula... dari pernyataan Paus Liberius sekitar tahun 325-354 yang menetapkan Natal itu pada tanggal 25 Desember dan ini juga bertepatan dengan penyembahan Dewa Matahari pada masa kekuasaan Kaisar Konstantin. Hal ini terjadi karena ketidak mampuan pada saat itu untuk meninggalkan adat istiadat rakyatnya untuk menyembah Dewa Matahari atau dikenal dengan Sun Day (Sun=Matahari, Day=Hari) yang lahir pada tanggal 25 Desember.

Untuk Mengatasi keadaan tersebut maka diadakanlah sinkretisme yaitu memadukan unsur Agama - Adat/berhala dengan menyatukan kelahiran Dewa Matahari dengan Kelahiran Yesus dengan tujuan agar agama Katolik pada masa itu bisa diterima. Dan pada saat itu juga hari Minggu (Sunday) menggantikan hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada hari Sabtu, Mengganti lambang Dewa Matahari (Sinar yang bersilang) menjadi lambang kaum Kristiani, dan membuat patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Jadi begitulah ceritanya asal usul atau sejarah Natal 25 Desember ... Wallahu a’lam bish showab