Kaum Kristen merayakan hari kelahiran Yesus (hari Natal/kelahiran) pada tanggal 25 Desember. Sebenarnya tahun dan tanggal kelahiran Yesus tidak dapat diketahui dengan pasti. Tanggal 25 Desember bukan tanggal kelahiran Yesus, tetapi tanggal kelahiran dewa matahari. Demikian juga tahun kelahiran Yesus tidak tepat pada tahun pertama dari tahun Masehi.
Drs. M. E. Duyverman menulis sebagai berikut:
Sangat mungkin kelahirannya jatuh pada tahun 6 atau 7 sebelum Masehi.
Ds. B. J. boland menulis sebagai berikut:
Tahun kelahiran Yesus tidak dapat ditentukan pasti; mungkin sekali antara 8 dan 6 sebelum Tarikh Masehi. Tanggal yang tepatpun sama sekali tidak diketahui. Tanggal yang lazim, yakni 25 Desember, hingga kinipun tidak dapat dipastikan kebenarannya (mungkin sekali tanggal itu diterima Kristen). Sebenarnya ketidak pastian itu juga tidak mengherankan. Sebab dalam Gereja Kristen zaman dahulu tanggal dan tahun kelahiran Yesus itu tidak dianggap penting. Hari raya yang terbesar ialah Paskah, bukan Natal! Hari Natal baru dirayakan di jemaat roma sejak tahun 354 (mungkin juga sejak tahun 335), di Konstantinopel sejak tahun 376, di Antiochia sejak tahun 388.
Prof. dr. I. H. Enklaar menulis sebagai berikut:
Masa raya kelahiran (hari Natal) pada tanggal 25 Desember berasal dari Roma pada abad ke IV; masa raya ini menjadi pengganti pesta kafir, yang dirayakan pada pertengahan musim dingin, karena pada saat itu matahari mulai bersinar kian hari kian lama dan panas lagi.
Seterusnya buku Mata Aliran Kekristenan menulis sebagai berikut:
Dean Farar dalam buku tulisannya yang beralamat "Riwayat Perjalanan Yesus" sudah menerangkan dengan pasti bahwa tidak ada bukti yang nyata yang membenarkan hari lahir Yesus tanggal 25 Desember. Bibel tidak mengatakan apa–apa akan hal itu, kecuali sedikit keterangan, yaitu: "Maka dalam jajahan negeri itu (Betleham; peny.) juga adalah beberapa kawan–kawan kambingnya pada malam (Injil Kitab Lukas 2: 8. Injil Yesus/Injil Perjanjian Baru)".
Kalau pada waktu itu Yesus dilahirkan, yaitu pada suatu malam ketika di padang terdapat beberapa orang gembala dengan kambingnya yang tinggal di situ pada waktu malam, maka tanggal 25 Desember itu susahlah akan diterima sebagai hari kelahiran Yesus. Sebab dalam bulan Desember tanggal 25 itu di tanah Judea musim hujan (salju; peny.) yang teramat hebat sehingga tiadalah seorang gembalapun dapat tinggal di padang di Betlehem dengan kambingnya pada waktu malam (lebih–lebih seorang perempuan yang baru habis melahirkan dan bayinya yang baru lahir itu yang menurut dogma mereka adalah orang yang sangat miskin dan ketika itu sama sekali tidak membawa perbekalan atau persiapan untuk hidup sekaligus melahirkan pada keadaan tersebut karena miskinnya. Menurut dogma, mereka tinggal di kandang kambing yang tebuka dan bayi hanya tertutup kain yang tipis yang hanya mungkin dilakukan di musim panas; peny.). Menurut kata tuan Usener, mula–mula orang merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari (Driekoningen). Akhirnya perayaan itu ketika tahun 353 Masehi diganti oleh Paus Liberius dijatuhkan pada tangga 25 Desember.
Akan tetapi sebelum abad yang ke empat tahun Masehi tidak ada bekas tanda–tanda orang merayakan hari kelahiran Yesus. Memang sebelum tahun 534 Masehi "Kerestmis (Chrismast; peny.)" dan "Driekoningen" tidak termasuk bilangan hari besar yang dirayakan.
Gereja gereja Khatolik sampai pada sekarang ini merayakan Chrismast pada tanggal 7 Januari, tidak pada 25 Desember sebagai mana Gereja Kristen yang lain–lain. Sebetulnya baru ketika tahun 530 Masehi orang menetapkan hari kelahiran Yesus. Pada waktu itu ditetapkan hari, bulan dan tahun kelahiran Yesus. Pekerjaan itu dilakukan oleh pendeta bangsa Scythian bernama Dionysius Exiguss; ia ahli nujum juga. Ia yang menentukan hari bulan dan tanggal yang sekarang dipakai dalam dunia Kristen. Apa sebabnya hari kelahiran Yesus ditetapkan pada tanggal 25 Desember satu atau dua hari maju mundur dari hari itu, ialah hari yang dianggap sebagai hari kelahiran beberapa macam dewa–matahari.
Menurut almanak Yulius hari itu hari lahirnya matahari, sang Mithra, seperti yang sudah kami terangkan, dilahirkan pada hari itu juga. Osiris, dewa orang Mesir menurut kata Plitarch dilahirkan pada 27 Desember. Horus, dewa yang lain lagi, dilahirkan pada 28 Desember. Dan Apollo dilahirkan pada hari itu juga. Nama–nama yang tersebut di atas itu semua nama dewa matahari.
Dr. J. L. Ch. Abinene menulis dalam buku "Ibadah Jemaat dalam abad–abad pertama" halaman 63 – 64 sebagai berikut:
d. Hari–hari Natal ini lama sekali tidak dirayakan oleh Gereja. Sebab, karena jemaat pertama tidak suka merayakan hari ulang tahun. Itu adalah kebiasaan kafir. Dalam seluruh Injil Perjanjian Baru tidak pernah kita membaca orang–orang Kristen yang merayakan hari ulang tahun mereka. Hanya orang–orang kafir saja, seperti Herodes (Injil Kitab Matius 14: 6. Injil Yesus/Injil Perjanjian Baru), yang berbuat demikian. Itulah yang antara lain menyebabkan bahwa sampai sekarang kita tidak tahu dengan pasti saat (hari dan bulan) manakah tuhan Yesus dilahirkan "ketika Kirenius menjadi wakil pemerintahan di Syiria (Injil Kitaab Lukas 2: 2. Injil Yesus/Injil Perjanjian Baru).
Sungguhpun demikian lama kelamaan jemaat merayakan juga hari raya Natal, mula–mula tanggal 6 Januari, di Mesir (sekitar abad ketiga), di Galia (360 M) dan di Spanyol (380 M). Kemudian jemaat di kota Rumawi menyusul (akhir abad ke empat), tetapi pada tanggal yang lain: 25 Desember.
Dari keterangan di atas ternyata bahwa tanggal 25 Desember adalah pada mulanya hari perayaan orang kafir menyambut terbitnya matahari, bukan tanggal kelahiran Yesus, tetapi kemudian telah dirayakan sebagai tanggal kelahiran Yesus. Patut menjadi perhatian pula, bahwa penanggalan Masehi sebenarnya juga merupakan perhitungan (peringatan hari) kelahiran Yesus, jadi tanggal 1 Januari tahun 0 dianggap dengan hari kelahiran Yesus, hal ini selain bisa dilihat dari beberapa literatur, juga bisa diambil dari lambang–lambang yang berlaku padanya seperti tulisan AD (Anno Domino/tahun tuhan) atau TM (Tarich Masehi/Penanggalan Masehi/Penanggalan sejak Kristen turun/Penanggalan sejak Yesus lahir) dibelakang angka tahun untuk menyatakan waktu sejak tanggal 1 Januari tahun 0 hingga kini, dan tulisan BC (Before Christ/sebelum kelahiran Christus/sebelum kelahiran Yesus/sebelum turun Kristen) di belakang angka tahun untuk menyatakan waktu sejak tanggal 31 Desember sebelum tahun 0 hingga jauh sebelumnya. Jadi di sini ada kontradiksi yang sangat berat yang sama sekali tidak bisa terselesaikan (minimal hingga paper ini ditulis) tentang kelahiran Yesus (tuhan anak dari agama Kristen), yaitu antara tanggal 25 Desember dengan maju atau mundur sekitar 8 tahun dari tahun 0 yang dirayakan oleh umat Kristen kebanyakan, atau tanggal 7 Januari sekitar 8 tahun maju atau mundur dari tahun 0 yang dirayakan oleh umat Kristen golongan Khatolik, atau tanggal 1 Januari tahun 0 seperti penanggalan Masehi yang berlaku hingga kini, manakah yang benar diantara ketiganya Wallahu alam, apalagi harinya, jamnya, waktunya, situasinya, peristiwanya, dll.Mereka saja hingga kini sama sekali tidak tahu sehingga ketiganya dirayakan sekaligus oleh mereka, apalagi kita umat Islam yang nota bene sangat berbeda aqidah dan ajarannya.