Add caption |
Bismillahirrohmanirrohim....
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 5)
Ayat ini sering dijadikan ledekan oleh orang kafir yang mengatakan bahwa ayat ini menunjukan kemuskilan di dalam Al-quran karena menyatakan bintang (matahari) dijadikan alat untuk melempar setan.
Dalam Alqur’an diceritakan fungsi bintang dilangit yaitu :
1. sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
"Allah menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang mereka dapat gunakan sebagai petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda di langit" (QS. An Nahl: 16)
2. sebagai penerang dan penghias langit dunia.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.”(QS. Al Mulk: 5)
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
”
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” (QS. Ash Shofaat: 6)
3. Untuk melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit
Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
Langit terus dilindungi dengan percikan api. Sebagaimana Setan mencuri berita langit dari para malaikat langit. Lalu ia akan meneruskannya pada tukang ramal. Akan tetapi, Allah senantiasa menjaga langit dengan percikan api yang lepas dari bintang, maka binasalah para pencuri berita langit tersebut. Apalagi ketika diutus Nabi
Allah berfirman
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا, وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10).
Allah SWT dalam QS.Al-Mulk:5 ini menggunakan kata mashabiih sebagai ungkapan yang kemudian sering diartikan sebagai bintang-bintang. Bentuk mufrad-nya (tunggal) adalah mishbah. Di dalam kamus, kata mishbah diartikan sebagai lampu, pelita, cahaya dan sesuatu yang menerangi.
Sebenarnya ada kata lain untuk menyebut bintang di dalam bahasa arab, yaitu najm. Dan Al-Quran punya satu surat yang judulnya An-Najm.
Bahkan ada kata najm yang maknanya bukan bintang, melainkan sering dipahami sebagai meteor, yaitu kata an-najmuts-tsaqib. Di dalam terjemahan sering diartikan sebagai bintang yang menembus.
Namun khusus pada ayat QS.Al-Mulk:5 Allah SWT menggunakan istilah mishbah, yang artinya penerang atau lampu.
Dari sisi ilmu pengetahuan, tidak ada yang aneh bila seandainya kata mishbah itu kita artikan bintang. Dan bahwa bintang-bintang di langit itu dijadikan sebagai media untuk melempar setan-setan. Justru karena bintang itu pada hakikatnya adalah matahari, malah pernyataan Al-Quran menjadi benar.
Di zaman dahulu, mungkin orang-orang beranggapan bahwa bintang itu benda-benda kecil yang seperti bintik-bintik kecil. Bahkan tidak tahu kalau bintang itu sangat besar dan merupakan bola gas pijar yang amat panas.
Hari ini justru kita tahu bahwa matahari selalu bergejolak, panasnya mencapai ribuan derajat, dan seringkali terjadi badai matahari (solar storm), di mana ada kekuatan lidah atau percikan api yang terlontar keluar. Lidah api inilah yang sangat masuk akal bila dijadikan perajam setan.
Para ilmuwan mengatakan bahwa badai matahari terbentuk karena terjadinya gejolak di atmosfer matahari yang dipicu terbentuknya bintik hitam (sunspot). Bintik hitam merupakan daerah yang mempunyai suhu lebih rendah dibanding daerah sekitarnya.
Kondisi tersebut memicu lidah api (solar flare) dan coronal mass ejection (CME) atau terlontarnya materi matahari yang juga mencapai bumi. Partikel-partikel berkecepatan tinggi dalam jumlah besar yang sampai ke mana saja, bahkan sampai ke atmosfer bumi menghasilkan aurora dan badai geomagnetik. Inilah yang disebut para astronom solar storm atau badai matahari.
Masih ingat peristiwa badai matahari pada bulan Oktober dan November 2003? Badai ini telah menyebabkan berbagai gangguan di lingkungan bumi, termasuk penampakan aurora yang sangat menakjubkan di kutub, kenaikan intensitas sabuk radiasi yang menyelimuti Bumi, dan bahkan mengganggu kinerja satelit. Badai matahari ini, bulan April lalu, secara mengejutkan telah menerpa pesawat Voyager 2 yang ketika itu berada pada jarak 11,2 miliar km dari Matahari. Ini adalah bukti betapa dahsyatnya badai matahari beberapa tahun lalu itu.
Maka kalau Al-Quran mengatakan bahwa bintang-bintang itu menjadi alat pelempar setan, justru sangat masuk akal.
Jika QS.Al-Mulk:5 dianggap tidak masuk akal padahal kenyataannya jika ayat itu diperhatikan baik-baik ternyata tidak bertentangan dengan fakta ilmiah, bagaimana dengan cerita tentang bintang dalam Alkitab? Coba kita kaji sama-sama, apakah masuk akal? Perhatikan gambar di bawah ini:
Perhatikan baik-baik seberapa besar ukuran BUMI & MATAHARI, bandingkan seberapa besar ukuran MATAHARI & bintang ACTURUS, perhatikan seberapa besar bintang ACTURUS dibanding bintang ANTARES, padahal bintang ANTARES itu paling tidak ialah bintang besar nomor 15, ada 14 bintang lain yg lebih besar dari ANTARES. Belum lagi jika Astronomy semakin berkembang, pasti masih banyak bintang lain yg jauh lebih besar dibanding bintang-bintang ini.
Tapi dalam Alkitab bintang-bintang di langit digambarkan sangat kecil, sehingga bisa jatuh ke bumi seperti buah ara yang berguguran atau seperti obor yang jatuh ke 1/3 sungai-sungai di bumi.
Wahyu 6:13 Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.
Wahyu 8:10 Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air.
Jika dilihat dari gambar di atas, masuk akalkah ayat-ayat ini? Apakah mungkin Tuhan pake acara salah dalam berfirman???!!!
Makanya saya sangat senang mengutip ayat alkitab favorite saya yang satu ini untuk direnungkan baik-baik oleh teman-teman Kristen:
MATIUS 7 : 1-5
7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Wallahu’alam bishshowab.....