1.MENURUT ALKITAB(KRISTEN)
Yahudi kuno serta kaum Kristen memiliki dua legenda penciptaan, keduanya tercatat di Bible/Alkitab.
Yang pertama, Allah menciptakan Langit dan Bumi, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air, Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Allah menjadikan cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Allah menamai cakrawala itu langit, itulah hari ke dua. Segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji di bumi, itulah hari ke tiga. Matahari dan bulan serta bintang-bintang pada hari ke empat, semua burung dan hewan laut pada hari ke lima, Binatang ternak, melata, liar dan laki-laki dan wanita pertama pada hari ke enam[Kejadian 1, 1-31]. Pada tahun 1951, Paus Pius XII menghubungkan Kata “Jadilah terang.” dengan hipotesis Big Bang. Sejak saat itu Big Bang, meledak besar sebagai ‘teori’ asal mula semesta. Yang kedua, Tuhan membuat bumi, lalu laki-laki pertama, lalu tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, lalu terakhir seorang wanita[Kejadian 2, 4-22].
Frase kata ‘jadilah..’ terdapat dalam setiap kehendak yang Allah lakukan. Paus Pius XII sangat bersemangat untuk menghubungkan frase ‘jadilah terang’ di ayat pertama dengan Big Bang, rupanya beliau sangat memahami terdapat kemuskilan logika bahwa Bagaimana mungkin, Terang dinamakan siang dan gelap dinamakan malam terjadi di hari pertama, sementara Matahari dan bulan baru ada di hari ke 4 Bagaimana mungkin, tumbuhan yang berbiji dan buah-buahan yang berbiji dapat tumbuh semetara Matahari dan Bulan baru diciptakan keesokan harinya, dimana satu hari Allah setara 1000 tahun di bumi.
Beberapa pendapat kalangan nasrani menghubungkan terang dan gelap sebagai kebaikan dan kejahatan, namun pendapat itu juga tidak relevan mengingat obyek kejahatan belum tercipta. Diatas telah disebutkan bahwa Frase “Jadilah terang” dilakukan sebelum penciptaan. Semua penggunaan Frase “Jadilah terang” ternyata dilakukan setelah ada Air yang menutupi samudera raya! Tidak ada bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Air yang menutupi samudera raya juga diciptakan oleh Allah. Di hari pertama, Tidak diceritakan bagaimana air tercipta karena tidak didahului dengan kata “Jadilah terang”. Air dan Allah sudah ada. Bentuk bumi saat itu hanyalah air yang menutupi seluruh BUMI. Dari atas air tercurah dan dibawah juga ada air, di mana-mana hanyalah Air. Alkitab pada kitab Kejadian 1 hanya bercerita mengenai Bumi disaat Banjir besar, Ia tidak berbicara mengenai pembentukan Tata Surya apalagi Pembentukan Semesta, Petunjuk mengenai hal itu, dilihat di hari ke dua dan ketiga, ketika Banjir itu reda, Langit mulai terang, Air hanya dibawah Langit, beberapa mulai surut, daratan terlihat dan sisanya berupa Lautan.
2.MENURUT WEDA(HINDU)
Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk diluar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.
“Semua adalah Purusa, apapun yang telah terjadi dan apapun yang akan terjadi. Ia adalah tuan dari kekekalan, yang tumbuh dari makanan. Ia dinyatakan mempunyai ribuan kepala, ribuan mata dan ribuan kaki. Ia membungkus Bhumi dari segala penjuru, dan ada di luar berbentuk sepuluh jari. Semua hanyalah Purusa, “- Rgveda 10.90.1-2, Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman. Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir jaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir jaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa. Dalam Rgveda, kata “Purusa” bisa berarti manusia/laki-laki (man). Secara etimologis, Purusa berarti orang yang menghuni kota (Pura). “Pura” sendiri berarti tempat yang dihuni oleh penjaga/ penghuni. Purusa disebut juga Rahim Emas, Purusa disebut juga Brahmanda, Purusa disebut juga Martanda. Purusa disebut juga Prajapati [Satapatha Brahmana 7.4.1.15, Jaiminya Brahmana 2.47].,
Rgveda 10.129: 1.Tiada yang termanifestasikan atau tak termanifestasikan. Sehingga tiada debu dan tiada langit di luarnya. Apa yang melingkupinya, di mana naungannya? Apa suara yang dalam dan tak-terjelaskan itu? 2.Tiada kematian. Tiada perbedaan antara siang dan malam. Hanya Ia atas kehendakNya sendiri tanpa udara. Tiada apapun selain itu. 3.Sebelumnya hanya ada kegelapan, semuanya ditutupi kegelapan. Semuanya hanya cairan yang tak terpisahkan (Salila). Apapun itu, ditutupi dengan kekosongan. Yang satu lahir dari panas. 4.Sebelum itu (sebelum penciptaan) keinginan (untuk mencipta) bangkit dari diriNya, lalu dari pikiranNya bibit pertama lahir. Manusia yang bijak dalam berpikir menemukan yang termanifestasikan terikat dengan yang tak-termanifestasikan. 5.Cahayanya menyebar menyamping, ke atas dan bawah. Ia menjadi pencipta. Ia menjadi besar atas kehendaknya sendiri ke bawah dan atas. 6.Siapa yang tahu, siapa yang akan memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan ini lahir, karena dewa-dewa lahir setelah penciptaan ini. Sehingga, siapa yang tahu dari siapa semesta ini dilahirkan.
“Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” -Taittiriya Brahmana 2.2.9.1 “Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada didalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” -Vayu Purana 4.72-73 “Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” -Vayu Purana 24.73 “Dari telur emas, alam material diciptakan.” -Manusmrti 1.13
Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengarakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhadakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, elien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk kedalam pori-pori Tuhan.
3.PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI MENURUT AL QURAN DAN HADITSH(ISLAM)
penciptaan Langit dan Bumi menurut Al Qur’an terdapat di surat [7:54, 10:3, 11:7, 21:30, 25:59, 32:4, 57:4, 41:9-12 dan 79:27-33]. Surat Al Anbiyaa’ 21:30, menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula: Al Anbiyaa’ 21:30, Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.
Surat Fushshilat 41: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan Bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah:
Pertama,(41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
Kedua, (41:10) Segala isi Bumidiciptakan total dalam empat masa
Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya
Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Surat An Naazi’ aat 79:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan yang dilakukan Allah! Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya (79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa? Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33)
Al Baqarah yang diturunkan Allah di 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat Al madaniyya yang turun lebih belakangan dari surat Al Makiyya lainnya yaitu 41, 51, 21 dan surat 79. Di surat Al Baqarah 2:29, Muhammad dan Jibril bersabda bahwa: Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Iswata ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah 2:30-36, surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di 7:10-24, 15:26-33 dan 38:71-84. Disebutkab bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, ‘Jadilah!’ [3:59] Pernyataan di surat Al Baqarah 2:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya! yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. Bukti itu ada di ayat 2:31 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Berikut saya kutipkan dari Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan alam di Al Quran:
BERHADAPAN DENGAN AYAT-AYAT QUR-AN TENTANG PENCIPTAAN ALAM
Marilah kita selidiki lima dasar yang menjadi landasan Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam.
I. Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains.
II. Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui?
III. Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli).
IV. Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin.
V. Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik teratur.
Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang penciptaan kosmos.