TRINITAS VERSUS ASMAUL HUSNA
Oleh: A. Ahmad Hizbullah M.A.G.
[www.kristenisasi.wordpress.com, ahmadhizbullah@gmail.com]
.
PERTANYAAN:
Setahu saya, Trinitas adalah doktrin yang bertolak belakang dengan ajaran Tauhid karena meyakini adanya tiga Tuhan yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Beberapa waktu yang lalu seorang evangelis menjelaskan kepada saya bahwa pandangan itu tidak benar. Menurutnya, doktrin ketuhanan Trinitas itu sama dengan doktrin Asmaul Husna dalam aqidah Islam yang meyakini adanya 99 nama pribadi Allah. Jika doktrin Trinitas itu disebut musyrik (mempersekutukan Tuhan) karena meyakini tiga nama Tuhan, maka umat Islam lebih musyrik lagi karena meyakini adanya 99 oknum Tuhan yang disebut Asmaul Husna. Bagaimana cara menjelaskannya?
Bagus, Malang Jawa Timur (bagus_malang@excite.com)
.
JAWABAN:
Inti ajaran semua agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) yang dibawa oleh para nabi adalah tauhid (mengesakan Tuhan dalam beribadah). Semua nabi memiliki kesamaan dalam risalah tauhid. Tidak seorang rasul pun yang menyimpang dari dakwah tauhid. Karena Allah mengutus semua nabi untuk berdakwah kepada manusia agar beribadah hanya kepada Allah saja.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” (Qs Al-Anbiya` 25).
Semua agama dan semua nabi mengajarkan Tauhid, ajaran yang menyimpang dari Tauhid jelas menyimpang dari ajaran para Nabi. Nabi yang mengajarkan ajaran non Tauhid pasti nabi palsu.
Tauhid ada tiga macam, yaitu Tauhid Rububiyah (mengesakan Allah sebagai Rabb yang mencipta, memberi rezeki, menguasai dan mengatur segenap makhluk di alam semesta), Tauhid Uluhiyah (mengesakan Allah dengan beribadah hanya kepada-Nya), dan Tauhid asma’ wa shifa (mengesakan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala dengan mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah ditetapkan sendiri oleh Allah SWT berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Menyamakan konsep Asmaul Husna dalam Islam dengan doktrin ketuhanan Trinitas dalam Kristen adalah tindakan yang sangat ceroboh dan tidak berdasar. Karena keduanya jelas bertolak belakang dengan empat perbedaan yang paling mendasar.
Pertama, dalam Asmaul Husna terdapat 99 nama dan sifat Allah yang Esa, sedangkan dalam Trinitas ada tiga oknum Tuhan yang berbeda bentuk/wujud.
Asmaul Husna berarti nama-nama Allah yang terbaik. Istilah lainnya adalah Ismullah al-A’dham yang berarti nama-nama Allah yang agung.
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang baik)” (Qs. Thaha 8).
Dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa Allah memiliki 99 nama: “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalkan kecuali dia akan masuk sorga. Dia itu Tunggal dan menyukai yang tunggal” (HR. Bukhari dan Muslim).
Secara detail, Rasulullah SAW menyebutkan 99 asmaul husna ini dalam hadits riwayat Tirmidzi, antara lain: Allah (yang tidak ada Tuhan selain-Nya), Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahiim (Maha Penyayang), Al-Malik (Maha Merajai), Al-Qudduus (Maha Suci), As-Salaam (Maha Menyelamatkan), Al-Mu’min (Maha Pemelihara Keamanan), Al-Muhaymin (Maha Penjaga), Al-‘Aziiz (Maha Mulia), Al-Jabaar (Maha Perkasa), Al-Mutakabbiu (Maha Megah), Al-Khaaliq (Maha Pencipta), Al-Baariu (Maha Pembuat), Al-Mushawwir (Maha Pembentuk), Al-Ghaffaaru (Maha Pengampun), dan lain seterusnya.
Meski Allah memiliki 99 nama yang disebut Asmaul Husna, bukan berarti bahwa Allah itu terdiri dari 99 oknum/pribadi, karena pemilik nama-nama itu adalah Allah yang Maha Esa (Al-Ahad). Allah juga tidak menampakkan diri dalam 99 wujud, karena Allah dalam akidah Islam adalah Maha Gaib (Al-Ghoib) dan Maha Tersembunyi (Al-Bathin) yang tidak dapat ditangkap dengan indera makhluk-Nya (Qs Asy-Syura 42:11).
Dalam akidah Islam, mengenal Asmaul Husna adalah satu keharusan, karena setiap berdoa dan beribadah kepada Tuhan harus menyebut nama-nama tersebut, misalnya: Ya Allah, Ya Rohman, Ya Rohim, Ya Hayyu Ya Qayyum, Ya Robbal Alain, dan seterusnya.
“Hanya milik Allah Al-Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu…” (Al-A’raf 180).
“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik)…” (Qs. Al-Isra` 110).
Jelaslah bahwa Asmaul Husna dalam akidah Islam bukanlah suatu kemusyrikan, melainkan kemurnian Tauhid yang tidak dimiliki oleh agama lain.
Hal ini bertolak belakang dengan doktrin Trinitas (tri-unitas = tiga tapi tunggal) dalam iman kristiani yang mengimani adanya tiga oknum Tuhan, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (Yesus) dan Allah Roh Kudus.
Dalam The Catholic Encyclopedia, Gereja Katolik Roma menjelaskan definisi Trinitas sbb: “The Trinity is the term employed to signify the central doctrine of the Christian religion… Thus, in the words of the Athanasian Creed: ‘the Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God, and yet there are not three Gods but one God.’ In this Trinity… the Persons are co-eternal and co-equal: all alike are uncreated and omnipotent.”
(Tritunggal adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen… Jadi, dalam kata-kata Kredo Athanasia: ‘sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan satu Allah.’ Dalam Tritunggal ini… Pribadi-Pribadinya sama kekal dan setara: semuanya tidak diciptakan dan mahakuasa).
Rumusan di atas hampir diterima oleh semua gereja. Gereja Orthodoks Yunani menyebutnya sebagai “the fundamental doctrine of Christianity” (doktrin dasar dari Kekristenan). Dalam buku Our Orthodox Christian Faith, gereja ini berkata:
“God is triune. The Father is totally God. The Son is totally God. The Holy Spirit is totally God.” (Allah adalah suatu kesatuan tiga serangkai. Sang Bapa adalah Allah sepenuhnya, Sang Anak adalah Allah sepenuhnya, dan Roh Kudus adalah Allah sepenuhnya).
Ketiga oknum Tuhan Trinitas Kristiani ini memiliki wujud yang berbeda. Allah Bapak tidak bisa dilihat, sedangkan Allah Anak berwujud manusia Yesus, dan Allah Roh Kudus wujudnya seperti burung merpati. Gambaran ketiga oknum Tuhan ini dikisahkan dalam Bibel, ketika Yesus dibaptis di sungai Yordan, Roh Kudus turun seperti burung merpati dan Allah berfirman dari langit.
“Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Lukas 3:21-22; bdk: Matius 3:16-17 dan Markus 1:10-11).
Ayat tersebut jelas menyatakan bahwa ketiga oknum Trinitas memiliki bentuk pribadi yang berbeda di tempat yang berbeda pula, yaitu: Allah Bapak ada di langit dan bersuara, Allah Anak kelihatan berupa manusia Yesus yang sedang basah kuyup di sungai, dan Allah Roh Kudus menjelma menjadi burung merpati yang sedang terbang di atas kepala Yesus.
Kedua, konsep Asmaul Husna bukan rumusan manusia, melainkan wahyu dari Allah dan sabda Rasul-Nya, yang dituangkan secara gamblang dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi (Qs. Thaha 8, Al-A’raf 180, Al-Isra` 110, hadits riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dll).
Sedangkan doktrin Trinitas sama sekali tidak tertulis dalam Alkitab (Bibel), baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Satu-satunya ayat yang secara eksplisit diyakini sebagai penopang Trinitas, yaitu 1 Yohanes 5:7 pun diakui oleh Gereja sebagai ayat yang palsu karena tidak terdapat dalam manuskrip yang paling tua. Ayat ini baru muncul sejak abad ke-16.
Ketiga, Asmaul Husna sudah diajarkan pada masa awal Islam ketika Rasulullah masih hidup, sedangkan Trinitas tidak diajarkan oleh para nabi maupun jemaat Kristen yang mula-mula (primitive Christianity).
Doktrin Trinitas baru disusun jauh setelah Yesus tidak ada di dunia, yaitu pada konsili Konstantinopel pada tahun 381 M yang diadakan oleh kaisar Theodosius untuk merevisi konsili Nicea 325 M. Konsili ini melahirkan formula Trinitas yang dikenal dengan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel (Credo Niceano-Constantinopolitanum). Saat ini kredo ini dikenal oleh umat Kristen dengan sebutan “12 Pengakuan Iman Rasuli” atau “Sahadat Iman Rasuli.”
Keempat, dalam Asmaul Husna tidak memiliki pembagian tugas menjadi 99 tuhan sesuai dengan namanya. Karena disebut Al-Khaliq (Maha Pencipta), Ar-Razzaaq (Maha Pemberi Rizki), Al-Ghaffaar (Maha Pengampun), Al-Muhyi (Maha Menghidupkan), Al-Mumiit (Maha Mematikan), Al-Hayyu (Maha Hidup) dan seterusnya, semuanya bukan dzat yang berbeda, semuanya adalah Allah SWT.
Sedangkan dalam Trinitas ada pembagian fungsi tugas, antara lain: menciptakan adalah tugas Allah Bapak, inkarnasi untuk penebusan dosa adalah tugas Allah Anak (Yesus), dan penyucian adalah tugas Allah Roh Kudus. Dengan kata lain, Allah Bapak adalah oknum Tuhan yang di atas, Allah Anak (Yesus) adalah oknum Tuhan yang hadir bersama manusia, dan Allah Roh Kudus adalah oknum Tuhan yang hadir di dalam manusia.
Pengkajian mengenai Tauhid dalam akidah Islam sangat mudah dipahami baik secara aqli maupun naqli. Sedangkan perbincangan apologetika mengenai Trinitas sampai kapan pun tidak akan menemui titik terang dari selimut kebuntuan dan kegelapan. Pada tanggal 28 April 2007 pukul 10.00-16.00 pihak Kristen mengadakan seminar dengan tema “Keilahian Yesus Kristus dari Perspektif Alkitab” di Alam Indah Resto, Semarang. Pembicara yang paling banyak mendapat sorotan adalah Romo Tom Jacobs. Dengan berani Romo Tom menghantam doktrin Trinitas:
“Saya keberatan dengan istilah Allah Bapak, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Yesus itu jalan menuju Allah. Rumusan Yesus 100% Allah dan 100% manusia itu tidak tepat. Rumusan ini hasil dari Calcedon, bukan dari kitab suci.”
Lebih jauh Romo Tom mengungkapkan pengalaman rohaninya kenapa saat ini menolak Trinitas. “Dulu sebelum tahun 1974, kehidupan saya tidaklah baik. Saat itu saya yakin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Tetapi, setelah tahun 1974 sampai sekarang, saya tidak lagi berdoa kepada Yesus, tetapi saya berdoa kepada Allah… Saya lebih kristiani sejak percaya Yesus bukan Allah daripada sebelumnya,” ungkapnya.
Ungkapan Romo Tom ini jangan dianggap remeh, karena beliau bukan orang awam. Semua tokoh Katolik di Indonesia tak ada yang tak kenal Romo Tom, guru besar ahli Dogma lulusan Roma, Italia.
Allah (yang tidak ada Tuhan selain-Nya), Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahiimu (Maha Penyayang), Al-Maliku (Maha Merajai), Al-Qudduusu (Maha Suci), As-Salaamu (Maha Menyelamatkan), Al-Mu’minu (Maha Pemelihara Keamanan), Al-Muhayminu (Maha Penjaga), Al-‘Aziizu (Maha Mulia), Al-Jabaaru (Maha Perkasa), Al-Mutakabbiru (Maha Megah), Al-Khaaliqu (Maha Pencipta), Al-Baari’u (Maha Pembuat), Al-Mushawwiru (Maha Pembentuk), Al-Ghaffaaru (Maha Pengampun), Al-Qahhaaru (Maha Pemaksa), Al-Wahhaabu (Maha Pemberi), Ar-Razzaaqu (Maha Pemberi Rizki), Al-Fattaahu (Maha Membukakan), Al-‘Aliimu (Maha Mengetahui), Al-Qaabidhu (Maha Mencabut), Al-Baasithu (Maha Meluaskan), Al-Haafidhu (Maha Menjatuhkan), Ar-Raafi’u (Maha Mengangkat), Al-Mu’izzu (Maha Pemberi Kemuliaan), Al-Mudzillu (Maha Pemberi Kehinaan), As-Samii’u (Maha Mendengar), Al-Bashiiru (Maha Melihat), Al-Hakamu (Maha Menetapkan Hukum), Al-‘Adlu (Maha ‘Adil), Al-Lathiifu (Maha Lemah Lembut), Al-Khabiiru (Maha Waspada), Al-Haliimu (Maha Penyantun), Al-‘Azhiimu (Maha Agung), Al-Ghafuuru (Maha Pengampun), Asy-Syakuuru (Maha Menghargai), Al-‘Aliyyu (Maha Tinggi), Al-Kabiiru (Maha Besar), Al-Hafiizhu (Maha Memelihara), Al-Muqiitu (Maha Pemberi Kecukupan), Al-Hasiibu (Maha Menghitung/Penjamin), Al-Jaliilu (Maha Luhur), Al-Kariimu (Maha Pemurah), Ar-Raqiibu (Maha Peneliti), Al-Mujiibu (Maha Mengabulkan), Al-Waasi’u (Maha Luas), Al-Hakiimu (Maha Bijaksana), Al-Waduudu (Maha Pencinta), Al-Majiidu (Maha Mulia), Al-Baa’itsu (Maha Membangkitkan), Asy-Syahiidu (Maha Menyaksikan/Mengetahui), Al-Haqqu (Maha Benar), Al-Wakiilu (Maha Memelihara Penyerahan), Al-Qawiyyu (Maha Kuat), Al-Matiinu (Maha Kokoh/Perkasa), Al-Waliyyu (Maha Melindungi), Al-Hamiidu (Maha Terpuji), Al-Muhshii (Maha Penghitung), Al-Mubdi’u (Maha Memulai), Al-Mu’iidu (Maha Mengulangi), Al-Muhyi (Maha Menghidupkan), Al-Mumiitu (Maha Mematikan), Al-Hayyu (Maha Hidup), Al-Qayyuumu (Maha Berdiri Sendiri), Al-Waajidu (Maha Menemukan/Kaya), Al-Maajidu (Maha Mulia), Al-Waahidu (Maha Esa), Al-Aahadu (Maha Esa), Ash-Shamadu (Maha Dibutuhkan), Al-Qaadiru (Maha Kuasa), Al-Muqtadiru (Maha Menentukan), Al-Muqaddimu (Maha Mendahulukan), Al-Muakhkhiru (Maha Mengakhirkan), Al-Awwalu (Maha Awal/Pertama), Al-Aakhiru (Maha Akhir/Penghabisan), Azh-Zhaahiru (Maha Nyata), Al-Baathinu (Maha Tersembunyi), Al-Waali (Maha Menguasai), Al-Muta’aali (Maha Agung/Suci), Al-Barru (Maha Dermawan), At-Tawwaabu (Maha Menerima Taubat), Al-Muntaqimu (Maha Penyiksa), Al-‘Afuwwu (Maha Pema’af), Ar-Ra’uufu (Maha Pengasih), Maalikul Mulki (Maha Menguasai Kerajaan), Dzul Jalaali wal Ikraami (Maha Memiliki), Kebesaran dan Kemuliaan), Al-Muqsithu (Maha Adil), Al-Jaami’u (Maha Mengumpulkan), Al-Ghaniyyu (Maha Kaya), Al-Mughniy (Maha Pemberi Kekayaan), Al-Maani’u (Maha Menolak/Membela), Adh-Dhaarru (Maha Pemberi Bahaya), An-Naafi’u (Maha Pemberi Manfaat), An-Nuuru (Maha Bercahaya), Al-Haadi (Maha Pemberi Petunjuk), Al-Badii’u (Maha Pencipta Yang Baru), Al-Baaqii (Maha Kekal), Al-Waaritsu (Maha Mewarisi), Ar-Rasyidu (Maha Cendekia), dan Ash-Shabuuru (Maha Penyabar).[]
(Dimuat berseri di Majalah Al-Mujtama’ edisi 5 Th 1/12 Sya’ban 1429 h. 50-51 dan edisi 6 Th 1/11 Ramadhan 1429, hlm. 40-41)