oleh Jango
Tidak ada lagi selain RAJA SETAN (IBLIS) yang mengirim setan-setan kepada manusia. Tuhan tidak akan mengirim setan-setan melainkan utusan yang baik yg akan membimbing manusia namun auloh.swt telah mengirim setan-setan kepada orang kafir, itu berarti dialah yang menggoda dan menyebabkan manusia menjadi kafir. Siapa lagi yang mengirim SETAN-SETAN kalau bukan RAJA SETAN yaitu auloh.swt sebagaimana yang tertulis dalam quran.”Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah MENGIRIM SETAN-SETAN itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma’siat dengan sungguh-sungguh?,” (QS. Maryam9 : 83)
source: http://islam.nab.su/artikel1.html
Pertama-tama dalam menanggapi fitnahan ini adalah bahwa QS. Maryam bukanlah surah ke 9, melainkan ke 19. Dalam hal ini terlihat bahwa pengarang situs tersebut bukanlah orang yang teliti dan hanya bermaksud melakukan penyesatan. Ayat tersebut juga dipotong dengan semena-mena sehingga mengaburkan latar belakang dari turunnya ayat tersebut.
Saya mencoba memberikan sambungan dari QS. Maryam tersebut:
19. 83. Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan- syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma’siat dengan sungguh-sungguh?,
19. 84. maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.
19. 85. (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat,
9. 86. dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.
19. 87. Mereka tidak berhak mendapat syafa’at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah [910]. [910]. Maksudnya: “mengadakan perjanjian dengan Allah” ialah menjalankan segala perintah Allah dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya.
19. 88. Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
19. 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
19. 90. hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
19. 91. karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.
19. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
19. 93. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
19. 94. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.
19. 95. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.
19. 96. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah [911] akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. [911].
Dalam surat Maryam ini nama Allah “AR RAHMAAN” banyak disebut, untuk memberi pengertian bahwa,Allah memberi ampun tanpa perantara.
Patut dipahami bahwa Allah SWT adalah Maha Pencipta. Dia menciptakan malaikat, manusia, dan jin. Namun apakah patut Allah SWT disebut malaikat ketika dia menciptakan malaikat? Apakah patut Allah SWT disebut raja manusia ketika dia menciptakan manusia? Tentu tidak bukan? Maka tidak patutlah Allah SWT disebut sebagai raja setan ketika Dia menciptakan setan. Sebab Allah SWT bukanlah makluk ciptaan-Nya. Allah SWT adalah sang khalik sehingga tidak layak disamakan dengan hamba, walaupun dianugerahi gelar raja.
Kalau kita menyimak Quran Surat Maryam di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa surat tersebut berlatar belakang kemurkaan Allah SWT terhadap lahirnya ajaran kristen yang mengatakan bahwa Allah SWT memiliki anak. Jelas kentara betapa murkanya Allah SWT ketika disekutukan dengan makluk ciptaan-Nya.
Setan-setan diciptakan untuk menguji kualitas keimanan manusia kepada Allah SWT. Setan-setan diciptakan untuk menjadikan manusia yang tahan dengan godaannya, menjadi manusia yang berkualitas di sisi Allah. Tidak akan bisa kita membedakan intan dengan batu biasa, kalau intan itu tidak diasah. Tidak akan bisa kita melihat kualitas seorang yang beriman, kalau imannya belum diuji. Setanlah yang dijadikan Allah sebagai makluk penguji keimanan seorang anak manusia. Manusia diberi bekal akal fikiran untuk bisa membedakan yang baik dengan yang buruk.
Secara hakikat, setan bisa dianalogikan sebagai hawa nafsu di hati setiap manusia. Dan akal fikiran adalah kiasan untuk sosok malaikat penjaga di dada setiap manusia. Maka rusaklah si manusia itu jika nafsu sudah menguasai akal sehatnya. Dan baiklah si manusia itu ketika dia bisa meletakkan kendali nafsunya di bawah kendali akal fikiran yang sehat. Meletakkan nafsu setan dibawah kendali akal fikiran (malaikat) inilah yang disebut dengan “kecerdasan emosional” oleh ilmu pengetahuan modern. Lihatlah betapa Alquran sudah mengajarkan “kecerdasan emosional” itu jauh sebelum manusia tahu namanya. Sungguh tidak ada keraguan bahwa Alquran adalah berasal dari Sang Maha Mengetahui.
Jika kita kaji dengan pemikiran sederhana, penciptaan setan juga berfungsi sebagai pembanding akan adanya malaikat. Lihatlah ketika segala apa yang ‘ada’ di dunia ini diciptakan serba dua. Untuk apa? Untuk kita bisa mengenal tentang keberadaan itu sendiri.
Lihatlah kita baru akan mengenal siang ketika ada malam sebagai pembandingnya. Kita baru akan mengenal kiri ketika ada kanan sebagai pembandingnya. Kita baru akan mengenal atas ketika ada bawah sebagai pembandingnya. Dan kita barulah akan tahu bahwa kita berbuat baik, ketika ada yang buruk / jahat sebagai pembandingnya. Jadi kehadiran setan di dunia ini adalah sebagai pelengkap untuk mengetahui kehadiran malaikat di diri kita. Kehadiran bisikan-bisikan jahat dari setan memberitahu kita bahwa ada bisikan-bisikan kebaikkan di hati kita. Maka akan berkualitaslah kita jika terus menerus mampu menolak setiap bisikkan jahat dan mengerjakan bisikkan-bisikkan berbuat kebaikkan.
Perhatikanlah ketika Anda berbuat dosa. Maka hati Anda akan dilanda kegelisahan, ketakutan, dan ketidaktentraman. Anda akan merasa nyaman dan bahagia ketika mampu menolak suatu keinginan jahat dan menggantinya dengan perbuatan baik. Hati Anda merasa nyaman, tentram, dan bahagia. Dapatkah Anda merasakan semua kebahagiaan hati itu, tanpa Anda mengenal yang jahat dan menolaknya? Saia rasa tidak. Hidup akan monoton sekali ketika semua orang tidak mengenal baik dan buruk. Setiap orang tidak akan tahu bahwa dirinya bahagia ketika tidak pernah mampir rasa kegelisahan di hatinya. Jadi Allah SWT selalu menciptakan dua sisi, untuk mengetahui masing-masing sisi yang lainnya. Semua ini adalah hakikat penciptaan keduaan dari Allah SWT.
Semoga pengarang situs tersebut diberi petunjuk oleh Allah SWT.
Wassalam.