Kalau kita telusuri kitab-kitab tafsir, terus terang sebenarnya ada juga para mufassirin yang menafsrikan bahwa yang disembelih itu adalah Nabi Ishaq as dan bukan Nabi Islamil as, namun argumen atau hujjah mereka yang mengatakan hal itu terlalu lemah bila mengadapi argumentasi jumhur yang mengatakan bahwa yang disembelih itu adalah Nabi Ismail as.
Perbedaan itu dkarenakan memang tidak tercantumnya nama Nabi Ismail secara eksplisit di dalam ayat yang menceritakan tentang klihan dalam surat Ash-Shaaffaat ayat 99-102.
Sedangkan kita mengatakan bahwa yang disembelih adalah nabi Ismail as. dengan dasar-dasar sebagai berikut:
Hadits Rasulullah SAW telah bersabda dalam sebuah hadits yang menceritakan tentang dirinya.
“Aku adalah anak keturunan dua orang zabihain”.
Yang dimaksud dengan dua orang zabihain adalah dua orang yang dalam hidupnya terancam akan disembelih. Yang pertama adalah ayah kandungnya langsung yaitu Abdullah. Dan kedua adalah kakek buyutnya yaitu Ismail. Karena Nabi Muhammad memang keturunan dari Nabi Ismail as., bukan keturunan dari Nabi Ishaq as.
Dan julukan Ibnu Zabihain adalah julukan yang terkenal, karena diriyawatkan bahwa orang Arab pun menyapa beliau SAW dengan panggilan itu.
Kisah tentang ayah kandung Rasulullah SAW yang juga terancam mau disembelih adalah kisah yang juga sudah kita kenal yaitu nazar kakeknya Abdul Muttalib. Sang kakek ini ketika menggali sumur zamzam pernah bernazar untuk menyembelih anak. Ketika berhasil menggali sumur zamzam, maka Abdul Muttalib berkewajiban untuk melaksanakan nazar, lalu diundilah dengan menggunakan anak panah, namun selalu keluar nama Abdullah anaknya yang sangat dicintainya itu. Sehingga setelah beberapa kali selalu nama Abdullah yang keluar, akhirnya ada orang yang menasehatinya untuk menggantinya dengan 100 ekor unta. Barulah setelah Abdul Muttalib menyembelih 100 ekor unta, tidak lagi keluar nama Abdullah dari anak panah undian. saya tak akan berpanjang lebar pada cerita ini, sebab ini bukanlah esensi dari permasalahan yang ada.
Argumen Abu Amru bin Al-Ala Diriwayatkan dari Al-Ashmai bahwa dia bertanya kepada Abu Amru bin Al-Ala tentang siapakah sesungguhnya anak nabi Ibrahim yang disembelih? Ismail-kah atau Ishaq-kah?
Beliau menjawab, ”Wahai Asmai, di mana otakmu? Sejak kapan Nabi Ishaq itu tinggal di Makkah. Yang di Makkah itu adalah Nabi Ismail as. Dialah yang membangun Ka’bah bersama ayahnya. Dan tempat penyembelihan itu adanya juga di Makkah.
Dalil Ayat Quran: Tentang Ciri Nabi Ismail Meski tidak disebutkan secara eksplisit, namun ayat Quran menunjukkan bahwa yang disembelih itu adalah Ismail, bukan Ishaq. Buktinya, ketika Qur’an menyebut nama Ismail, beliau disifati dengan sifat penyabar .
“Dan Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar”.
Dan yang dimaksud dengan sabar pada Ismail adalah sabarnya atas penyembelihan. Dan selain itu Allah juga mensifati beliau dengan sifat Shadiqul Wa’di atau orang yang menepati janjinya.
“Dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Al-Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi”.
Dan yang dimaksud dengan yang menepati atau benar janjinya adalah Ismail yang telah berjanji untuk sabar menghadapi cobaan dari Allah untuk disembelih, lalu beliau menepati janjinya untuk tetap bersabar.
Dalil Ayat Qur’an Tentang Kondisi Nabi Ishaq as Sedangkan sebaliknya, kalau kita teliti secara cermat, Allah SWT menyebutkan tentang kondisi Nabi Ishaq yang memiliki anak bernama Yaqub. Silahkan perhatikan ayat berikut:
“Dan isterinya berdiri lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang Ishaq dan setelah Ishaq: Ya’qub”.
Kalau ingin dipaksakan bahwa yang disembelih adalah Nabi Ishaq, maka ada dua kemungkian kapan turunnya perintah penyembelihannya.
Kemungkinan pertama: Perintah penyembelihan itu sebelum lahirnya anak Ishaq yaitu Yaqub. Dan kemungkinan ini jelas tidak bisa diterima. Mengapa? Bagaimana mungkin Allah memerintahkan untuk menyembelih Ishaq padahal sementara itu Allah juga memberi informasi bahwa Ishaq itu akan punya anak yang bernama Yaqub. Jadi seolah-olah sejak awal perintah untuk menyembelih Ishaq itu sudah ketahuan akhirnya bahwa Ishaq tidak akan mati, lantaran ada informasi bahwa nanti dia akan punya anak yang namanya Yaqub. Kalau Ibrahim tahu bahwa perintah penyembelihan itu pasti akan diganti dengan seekor kambing dan bahwa anaknya itu terus akan hidup dan malah akan punya anak segala, namanya bukan ujian, kan? Tapi main-main.
Kemungkinan kedua: Perintah untuk menyembelih Ishaq itu setelah Ishaq punya anak yang bernama Yaqub. Artinya, bisa saja perintah itu datang dan Ishaq sudah dewasa dan bahkan sudah punya anak. Ini malah lebih tidak bisa diterima lagi, sebab langsung bertentangan dengan ayat Al-Quran. Sebab mengenai kisah penyembelihan anak Ibrahim itu, Allah menyebutkan sebagai berikut:
“Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Jadi usia anak yang disembelih itu adalah ketika masih muda dan baru bisa berusaha berjalan menyusul ayahnya. Bukan anak yang sudah punya anak lagi atau sudah jadi bapak buat orang lain.
Sehingga dua kemungkinan itu sama-sama tertolak.
Ayat Al-Quran: Urut-urutan Kisah Semua sepakat bahwa anak Nabi Ibrahim yang pertama adalah Ismail dan yang kedua adalah Ishaq. Sebelum punya anak, Ibrahim memohon kepada Allah agar diberi anak.
“Ya Tuhanku, Berilah Aku keturunan yang shalih”.
Karena tidak mungkin Ibrahim meminta anak ketika sudah punya anak pertama. Secara logika, orang yang berdoa meminta anak adalah orang yang belum punya anak.
Lalu Allah mengabulkan doa Ibrahim dengan firman-Nya:
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar”.
Dan ayat seterusnya menceritakan tentang anak pertama yang akan disembelih itu. Jadi amat jelas bahwa yang disembelih adalah anak pertama yang bernama Ismail karena selesai Allah memberitakan bahwa doa Ibrahim dikabulkan dan diberi anak, langsung ayat berikutnya berbicara tentang kisah penyembelihan anaknya. Selesai kisah penyembelihan anak, baru Allah berkisah tentang anak Ibrahim yang lain yaitu Ishaq.
Dengan demikian, memang kuatlah pendapat yang mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail dan bukan Ishak. Baik dengan dalil hadits yang matsur, keterangan tafsir antara satu ayat dengan ayat lain, kenyataan sejarah dan juga logika.
Intinya:
1. secara eksplisit, Qur’an memang tak menyebutkan nama Ismail, namun pada rangkaian ayat berikutnya, dikatakan bahwa Ibrahim telah menyemblih anak sulung, dan anda pun tahu, bahwa anak sulung Ibrahim bukanlah Ishaq, melainkan Ismail. setelah bicara masalah penyemblihan, barulah ayat berikutnya menceritakan Ishaq.
2. Terlepas dari kontroversi yang ada antara Islam dan Kristen, saat ini, siapa yang masih menjalankan ajaran penyemblihan tersebut, ISLAM atau KRISTEN.
3. Nabi Muhammad jelas meneruskan ajaran Ibrahim as, yaitu menyemblih, begitupun dengan yesus. Bagaimana dengan Kristen sekarang ???
4. Apa hubungannya antara penyemblihan yang dilakukan oleh Ibrahim as dengan PENYALIBAN YESUS??
by.fakhrudin