Memahami Iman Ibrahim:
Sanggahan atas Brosur Gelap “Siapa Membelenggu TUHAN?”
Hari Sabtu (17 Mei 2008), Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Medan mendapat kiriman ‘surat kaleng’. Surat kaleng tersebut dikemas dalam satu amplop berukuran sedang, dalam map berwarna kuning. Isinya satu booklet dan tiga brosur.[1] Yang menerima surat tersebut adalah Wakil Direktur Pesantren, Ust. Drs. J U N A I D I. Baru membaca mukadimah brosur tersebut, Wakil Direktur menyimpulkan bahwa ini adalahgawe orang Kristen. Kemudian, Ust. Junaidi –lewat ustadz Aman Lingga, S.Pd. I—memanggil saya. Ust. Junaidi kemudian menyerahkan amplop tersebut.
Setelah membaca tiga brosur, penulis merasa ‘bertanggungjawab’ untuk memberikan bantahan terhadap booklet dan tiga brosur tersebut. Karena isinya sangat melecehkan ayat-ayat Al-Qur’an melakukan manipulasi hadits Rasulillah s.a.w. Penulisnya sengaja mengutip ayat-ayat Kitabullah dan hadits Rasulillah untuk dijadikan hujjah dan dalil dalam mendukung dogma Kristen yang jelas-jelas salah, khususnya tentang ayat surah Ali ‘Imran tentang “mukjizat” nabi ‘Isa a.s. Penulis yakin bahwa booklet dan brosur tersebut sudah disebarkan ke mana-mana: untuk melakukan propaganda dogma Kristen dan mencoba untuk menyesatkan umat Islam. Walaupun di dalam booklet dan brosurnya, sang penulis mengaku tidak melakukan kristenisasi.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk memberikan bantahan secara kritis dan objektif. Agar umat Islam tahu bahwa apa yang ditampilkan oleh sang penulis tidaklah benar. Dan tujuannya hanya melakukan “pendangkalan akidah Islam” dan menyesatkan.
SEBUAH CATATAN AWAL
Dalam kata pengantarnya, sang penulis menulis:
“Secara rohani, penulis adalah murid Isa/Yesus, bukan dalam bentuk agama Kristen, melainkan menganut ajaran Injil yang murni, sebelum agama Kristen dikenal. {Istilah Kristen mulai dikenal bertahun-tahun setelah Yesus kembali ke sorga, tercatat [ada Kisah Para Rasul 11: 26}. Penulis menata kehidupan sesuai Injil yang diajarkan oleh Yesus{Quraan menyatakan bahwa Isa/Yesus adalah pembawa Injil}, yang berbeda dari norma/syariat agama Kristen. Penulis bukanlah pengikut sesuatu sekte kristiani, yang baru terbentuk ratusan tahun, atau bahkan ribuan tahun setelah Yesus kembali ke sorga; Penulis adalah murid Yesus dalam arti yang murni. Dengan secara berhati-hati, selama empat puluh tahun, Penulis menelaah Kitab Perjanjian Lama (yang merekam pengajaran Agama Yahudi), Kitab Perjanjian Baru (pegangan umat beragama Kristen), Quraan (Kitab Suci kaum Muslimin), bahkwan Weda (dari umat Hindu). Dari studi empat puluh tahun itu, oleh bimbingan sorgawi, Penulis menemukan, lalu menyembah dan menaati TUHAN yang tidak terbelenggu. Penulis tidak memuliakan salib, gereja, patung kayu ataupun batu.”
Dari pernyataan di atas, kita dapat melihat pernyataan yang sangat rancu dan tak dapat dipertannggungjawabkan. Setidaknya hal itu dapat dilihat dari beberapa sisi:
Pertama, apakah masih ada Injil yang murni saat ini? Seluruh umat Kristen sepakat, bahwa bahasa asli Injil adalah bahasa “Yunani”. Darimana sang penulis menyatakan bahwa Injil yang menjadi pedomannya adalah Injil yang asli, sebelum masa kekristenan. Jika ditanya lebih lanjut: bagaimana bentuk Injil Yesus yang asli itu? Umat Kristen hanya bangga dengan Injil mereka yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia. Padahal, sebagus apapun terjemahan Injil, tidak akan pernah bisa mewakili bahasa aslinya. Bahasa komunikasi Yesus adalah “Arami” (Aramaic). Dan tidak ada Injil yang asli, yang mempertahankan bahasa awalnya.
Kedua, penulis mengaku dirinya sebagai murid Yesus. Ini hanyalah angan-angan belaka. Ia hanya ingin mengelabui pembacanya, tentunya umat Islam. Dia lupa, bahasa dalam Bible murid Yesus hanya 12 orang, yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut sebagai al-Hawariyyun. Jika yang dia maksud dengan ‘murid Yesus’ adalah karena mengikuti Injil yang asli, itupun tidak masuk akal. Karena Injil tersebut sudah tidak ada lagi, raib entah kemana.
Ketiga, pengakuan penulis yang tidak mengikuti satu sekte kristen pun adalah penipuan belaka. Ini dapat kita buktikan dari tulisannya dalam booklet-nya nanti. Betapa rancu argumentasinya: sangat kontradiktif dengan apa yang diklaimnya. Sebelum penulis ini, seorang pendeta juga mengklaim dirinya menganut “Islam Hanif”. Padahal secara historis, tidak ada istilah yang menyebut “Islam Hanif” itu. Islam adalah Islam, tidak ada Islam Hanif itu. Yang ada adalah ajaran al-Hanifiyyah al-Ibrahimiyyah:ajaran lurus Tawhid nabi Ibrahim a.s. Seperti yang dianut oleh Siti Khadijah r.a. istri Rasul s.a.w. yang pertama.
Keempat, pengakuannya yang menyatakan bahwa telah mempelajari Taurat, Injil, Al-Qur’an dan Weda selama 40 tahun adalah bulshit: omong kosong dan angan-angan yang tak dapat dibuktikan. Kita lihat nanti dalam tulisannya, dimana dia banyak memanipulasi ayat-ayat Al-Qur’an. Kesimpulan ‘wisata batinnya’ atas berbagai kitab suci tersebut sangat ‘menyedihkan’. Akhirnya dia tidak memuliakan salib, tidak memuliakan gereja, tidak menyembah patung kayu (mungkin patung Yesus Kristus_pen) dan batu. Jika selama 40 tahun mempelajari Al-Qur’an, mustahil sang penulis tidak menemukan ramalan Yesus Kristus di dalam Qs. Al-Shaff: 6, yang menyatakan bahwa akan datang seorang nabi setelahnya yang bernama “Ahmad” alias Muhammad. Artinya, sang penulis harus memeluk agama Islam alias menjadi Muslim. Sebelum penulis booklet ini, Frans Donald pernah mengklaim dirinya sebagai “Kristen Tauhid”.[2] Jika Frans mengklaim dirinya sebagai “Kristen Tauhid”, maka itu keliru. Karena saat ini tidak ada agama Kristen yang “Tauhid”. Semua sekte Kristen saat itu adalah Kristen Trinitas: menyembah tiga tuhan. Jika klaimnya tetap pada “Kristen Tauhid” berarti dia Muslim. Sayangnya Frans tidak mau menyatakan dirinya sebagai “Muslim”.
Kelima, dalam booklet-nya sang penulis menulis satu bab tentang peristilahan. Ketika mendefenisikan kata “Allah” dia menyebutkan: “Allah, adalah nama-pribadi, disembah oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya. Nama Allah sudah diseru-seru sebelum kelahiran Nabi Muhammad.”[3] Kemudian dalam foot-note, penulis mencatat: “CONTOH: Dalam Terjemahan Quraan yang disahkan oleh Departemen Agama R.I (1999) dalam surah an-Najm [53]: 19-20: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Jelaslah bahwa leluhur Muhammad, yakni kaum Quraisy Jahiliyah sudah menyembah Allah, berhala yang memiliki anak-anak perempuan.”[4]
Jika dikatakan leluhur Nabi Muhmmad s.a.w. menyembah berhala, ini tidak benar. Karena faktanya tidaklah demikian. Abdullah dan Siti Aminah (kedua orangtua Nabi s.a.w.) tidak pernah dikabarkan menyembah berhala. Benar bahawa kata “Allah” sudah digunakan oleh para kafir-musyrik Quraisy, sebelum kedatangan Islam. Namun ketika Islam muncul, istilah Allah sudah berubah konsepnya. Ia bukan Allah yang memiliki anak-anak perempuan: Al-Latta, al-‘Uzza dan Manah.(sumber : http://qosim.multiply.com/tag/my%20christologies)