Mengkritisi Buku Penodaan Islam di Gramedia (1)
Buku “Sang Putra dan Sang Bulan; Kristen dan Islam” yang dijual bebas di toko buku Gramedia mengundang reaksi keras dari umat Islam karena sarat hujatan terhadap Islam. Inilah beberapa hujatan dalam buku setebal 197 halaman yang diterjemahkan dari edisi Inggris “Christianity and Islam: The Son and The Moon” karya Curt Fletemier, Yusuf dan Tanti.
Inilah beberapa hujatan dalam buku yang dijual bebas di Gramedia itu:
1. Menghujat Allah SWT sebagai Tuhan yang bertindak ganjil dalam Al-Qur’an surat Al-Waqi’ah ketika bersumpah.
“Bukankah ini sedikit ganjil? “Allah” harus meminta kuasa dari bintang untuk menunjukkan betapa mulianya Al-Qur’an???”(hlm. 140).
2. Melecehkan Nabi Muhammad adalah manusia yang berdosa, sama seperti manusia yang lainnya
“Berdasarkan fakta-fakta ini, bagaimana anda membandingkan Muhammad dengan Yesus Kristus? Kami hanya menunjukkan beberapa berdasarkan Al-Qur’an dan Alkitab. Muhammad adalah manusia (yang berdosa) sama seperti manusia yang lain.” (hlm. 177).
3. Menghina Nabi Muhammad adalah orang yang kurang pengetahuan
“Kurangnya pengetahuan yang benar tentang Yesus dalam diri Muhammad membuat pengertian akan Yesus menjadi berubah, dan kurangnya pengetahuan tentang Yesus dalam Al-Qur’an membuat mereka mengenal ‘Yesus” yang lain, yang pribadinya berbeda dengan yang kita kenal” (hlm. 142);
4. Menuduh semua ibadah dalam rukun Islam menjiplak praktik penyembahan berhala
“Kebudayaan Islam berakar dari penyembahan dewa bulan. Setidaknya, lima tiang utama dalam Islam berasal langsung dari praktik penyembahan berhala” (hlm 146);
5. Menyamakan ibadah shalat umat Islam dengan praktik ritual penyembah dewa bulan
“Para penyembah dewa bulan, yaitu para Sabean, mempunyai waktu sembahyang yang rutin. Saat sembahyang, mereka akan sujud menyembah menghadap Ka’bah, seperti yang dilakukan para kaum Muslim pada masa ini. Sembahyang mereka hampir identik dengan sembahyang yang dilakukan oleh muslim pada masa ini” (hlm. 148);
6. Menyebut ibadah haji sebagai ritual yang berasal dari praktik penyembahan berhala
“Kaum Islamis melakukan ibadah Haji setiap tahun pada bulan Djul-Hijjah. Ritual ini berasal dari praktik penyembahan berhala, hampir tidak ada perubahan yang berarti. Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali juga dilakukan pada masa sebelum Islam, dilakukan untuk menyembah Hubal dan Shams (dewa bulan dan matahari), dua dewa yang ada di atas Ka’bah, dan sebagai penghormatan kepada “putri-putri allah” (hlm. 146).
7. Menuding ibadah puasa Ramadhan sebagai penerus praktik keagamaan agama penyembah berhala.
“Bulan puasa kaum Sabean dimulai pada saat bulan sabit dan tidak akan berakhir sampai bulan lenyap, lalu kembali bulan sabit muncul (sama seperti Ramadhan bagi Islam pada masa kini). Muhammad hanya meneruskan praktik keagamaan yang dipakai oleh para penyembah berhala” (hlm. 148);
8. Menghina lima ayat Al-Qur’an dalam surat An-Najm sebagai ayat-ayat setan.
“Jika ada kebenaran dalam Islam, maka kisah ‘ayat-ayat setan’ juga benar, dan pengikut Islam harus bergumul dengan implikasi dari kisah tersebut. Saya sangat bersyukur, sebagai orang Kristen, kita tidak memiliki permasalahan seperti itu” (hlm. 138-139);
9. Melecehkan Al-Qur’an sebagai kitab yang tidak cocok bagi Muslim yang berakal sehat dan berperikemanusiaan.
“Orang-orang Muslim biasa yang mempunyai akal sehat dan yang tinggi nilai kemanusiaannya, akan mengabaikan saja ayat-ayat semacam ini. QURAN 9:111, “Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an” (hlm. 26);
10. Menuduh Al-Qur’an mengalami kesalahan penulisan (hlm 164), tidak masuk akal (hlm 17), tumpang tindih (hlm. 113), dan kontradiktif/ bertentangan satu sama lainnya (hlm 155).
GRAMEDIA MEMANCING KERUSUHAN UMAT BERAGAMA
Tindakan Gramedia menjual buku yang memancing kerusuhan umat beragama itu memang keterlaluan. Pasalnya, buku tersebut tergolong buku gelap, karena penerbitnya tidak mencantumkan alamat jelas. Penerbit yang menamakan Sonrise Enterprise hanya mencantumkan email dan nomor kontak 08881613377 yang tidak bisa dihubungi karena sudah tidak aktif alias mati.
Maka tak heran jika Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Slamet Effendi Yusuf mengecam Gramedia sebagai penjual buku sampah.
“Kami meminta agar toko buku itu (Gramedia) agar selektif, dan tidak memancing kemarahan umat Islam. Tentu, akan lebih baik agar toko buku itu menarik buku yang bisa merusak suasana dan mengganggu kerukunan antar umat beragama,” tegas Slamet. Menurutnya, buku penodaan yang dijual di Gramedia itu adalah garapan kelompok fundamentalis Kristen yang sangat berpotensi menimbulkan gejolak seperti yang terjadi di Temanggung beberapa bulan lalu.
Ironinya, meski penuh dengan hujatan terhadap Islam, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad, sang penulis berani mengklaim bukunya sebagai bentuk kasih-sayang terhadap umat Islam.
“Apakah pembaca yang budiman adalah seorang Muslim? Jika ya dan jika Anda yakin telah memiliki kebenaran dalam Islam, maka tidaklah masalah bagi Anda untuk membaca buku ini. Membaca buku ini mungkin merupakan cara terbaik untuk menguji iman Anda” (hlm 7 alinea ke-3).
“Jadi, kesimpulannya bahwa buku ini pertama dan terutama ditulis untuk orang Kristen. kedua, untuk orang yang menganggap semua agama sama. Ketiga, bagi mereka yang sedang mencari kebenaran, dan terakhir bagi orang Muslim yang berpikiran terbuka” (hlm 7 alinea ke-7).
“Buku ini sama sekali tidak ditulis dari hati yang benci atau tidak senang terhadap orang Muslim. Kami mengasihi orang-orang Muslim. Buku ini ditulis dengan ketulusan hati pengikut Kristus yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang tinggi.” (hlm 9 alinea ke-4).
Kata-kata ‘kasih’ dan ‘ketulusan’ yang keluar dari mulut evangelis Kristen itu patut diragukan seratus persen. Jika mereka tulus mengasihi umat Islam dengan buku tersebut, mengapa mereka tidak menulis nama dan alamat terang penerbit? Mengapa mereka justru memajang nomor telepon palsu?
Selain itu, pada bagian lain disebutkan bahwa tujuan inti buku penodaan agama itu adalah untuk meneguhkan iman kristiani kepada Yesus Kristus.
“Buku ini memang ditulis khusus untuk umat Kristen, guna menguatkan iman mereka” (hlm 7 alinea ke-6).
Buku ini ditulis terutama bagi orang-orang Kristen, guna meneguhkan iman mereka kepada Yesus” (hlm 127 alinea 1).
Dengan demikian, jelaslah bahwa sang evangelis Kristen mengasihi umat Islam sekaligus mengokohkan iman kristiani dengan hujatan terhadap Islam, Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’anul Karim. Mereka menyamakan makna KASIH dan HUJAT.
Selain itu, patut disimpulkan bahwa iman kristiani yang diyakini penulis buku ini adalah iman yang didasarkan pada kebencian dan permusuhan. Bagaimana mungkin menguatkan iman Kristen dilakukan dengan cara menghujat agama lain? Mungkinkah iman bertumbuh dengan spirit kebencian?
Jargon-jargon mengasihi umat Islam dari mulut para penginjil adalah kebohongan besar atas nama Yesus untuk misi Kristenisasi. Kebohongan untuk misi ini sesuai dengan ajaran Paulus: “Tetapi kalau kebohonganku menjajakan kebenaran Allah, bagaimana mungkin aku dihukum sebagai pendosa?”(Roma 3:7, Alkitab Arnoldus Ende-Flores 1969).
Para penginjil mengidolakan praktik kebohongan misi untuk meninggikan nama Yesus, padahal dalam Yohanes 8:44, Yesus mengecam para pendusta sebagai hamba iblis, bukan hamba Tuhan!!