Menurut Matius, ketika Yesus dan murid2nya sudah mendekati Yerusalem dari arah timur, mereka sampai di dekat kampung Betfage, yang terletak di lereng sebelah timur Bukit Zaitun. Yesus kemudian memerintahkan 2 orang muridnya, dan mengarahkan mereka memasuki kampung tersebut, tempat mereka menemukan seekor keledai betina yang diikat, dan di sisinya ada seekor keledai jantan. Kedua murid tersebut kemudian membawa kedua keledai itu kepada Yesus. Jika ada orang yang berusaha menghentikan murid2 tersebut, mereka hanya tinggal mengatakan bahwa "Tuhan memerlukan mereka". Setelah menyelesaikan tugas ini, murid2 tersebut meletakkan jubah2 mereka di atas keledai, dan Yesus menunggangi kedua keledai itu memasuki Yerusalem. Peristiwa ini diklaim oleh Matius sebagai pemenuhan nubuat. Berikut petikan Matius:
21:4 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi:
21:5 "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai betina, dan seekor keledai jantan, seekor anak keledai beban."*
21:5 "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai betina, dan seekor keledai jantan, seekor anak keledai beban."*
Penting untuk dicatat bahwa Matius menduga ada DUA KELEDAI (Matius 21:2-3), dan Yesus duduk di atas keduanya (Matius 21:7)* Singkatnya, dengan mengamati ungkapan Matius secara harfiah, Yesus terus-menerus menunggangi kedua keledai itu memasuki Yerusalem, dan karenanya melakukan sesuatu yang sama dengan semacam tipuan sulap. Bagaimanakah Matius bisa menyuguhkan sesuatu yang sangat aneh ini?
Jawabannya terletak pada: ketidakmampuan penyusun Matius untuk memahami gaya literer Ibrani, yang merupakan petunjuk lain bahwa penyusun Matius bukanlah seorang murid Yesus dari Palestina, tetapi seseorang dari dunia yang terhellenisasi; dan keinginan penyusun itu adalah mengubah peristiwa2 dalam kehidupan Yesus demi menyesuaikan dengan pemahamannya atas nubuat tersebut. Namun, sebelum menguraikan lebih lanjut misteri ini, teks Perjanjian Lama yang sebenarnya dari Kitab Zakharia, yang dirujuk Matius, harus disuguhkan berikut ini:
9:9. Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai betina, seekor keledai jantan, seekor anak keledai.
9:10 Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi. (New Revised Standard Version & New American Bible).
9:10 Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi. (New Revised Standard Version & New American Bible).
Keterangan Zakharia merujuk pada "seekor keledai betina, seekor keledai jantan, seekor anak keledai". Ini merepresentasikan teknik kesusasteraan yang mendasar dan formal dalam puisi Ibrani, yaitu paralelisme. Paralelisme Ibrani bisa dipahami sebagai pengulangan gagasan yang sama dalam kata2 yang berbeda, dan sebagai satu keseimbangan dari pelbagai gagasan, dimana pemikiran dalam satu baris ditinggikan, dibandingkan, atau ditekankan dengan pemikiran yang paralel dalam baris selanjutnya. Singkatnya, keterangan Zakharia tersebut hanya berbicara tentang SATU KELEDAI, bukan dua. Frasa, "(menunggang) seekor keledai jantan, seekor anak keledai" hanyalah paralelisme Ibrani untuk penyebutan awal "seekor keledai betina". Konsep yang sama bisa dilihat lebih awal dalam keterangan Zakharia, dimana "hai putri Yerusalem" digunakan sebagai paralelisme untuk "hai putri Zion". (Harvey DW [1971]; Kee HC [1971]; Fenton JC [1973]).
Sekali lagi, penyusun Matius menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang Yahudi Palestina atau murid Yesus, karena gagal mengenali paralelisme Ibrani dalam Zakharia. Namun, ia memahami keterangan Zakharia itu secara harfiah, dan beranggapan bahwa dua keledai itu diperlukan untuk menggantikan pemenuhan atas nubuat. Karena dua keledai itu memang diperlukan untuk memenuhi nubuat Zakharia, maka kedua keledai tersebut dimasukkan ke dalam teks Matius. Tanpa penyesalan apa pun, penyusun Matius telah mengubah banyak peristiwa dalam kehidupan Yesus. Sementara Markus, Lukas, dan Yohanes sepakat untuk menyatakan hanya ada SATU KELEDAI (Markus 11:1-11; Lukas 19:28-40; Yohanes 12:12-19), penyusun Matius memperkenalkan keledai kedua, karena ia tidak memahami paralelisme Ibrani yang ada dalam Zakharia. Mungkin perlu diingat bahwa sementara Markus dan Lukas tidak merujuk pada keterangan Zakharia, Yohanes justru merujuknya. Namun demikian, penyusun Yohanes jelas memahami hakikat paralelisme Ibrani, dan ia merasa tidak harus menciptakan keledai yang kedua.
Bagaimanakah jika tidak ditambahkan keledai kedua dalam kutipan Matius di atas? Bagaimanakah jika hanya diambil satu keterangan Zakharia, dan menerapkannya pada masuknya Yesus ke Yerusalem? Kita bisa membayangkan bahwa secara harfiah ada ribuan orang yang telah memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai, dan tidak ada alasan untuk menerapkan keterangan Zakharia tersebut hanya untuk Yesus seorang!
Keterangan:
**Dalam Alkitab Indonesia, kata "dan", yang menunjukkan ada 2 ekor keledai menurut Matius, ditiadakan! Sebagai referensi, lihat versi New American Bible berikut ini:
MATIUS:
21:5. "Say to daughter Zion, ‘Behold, your king comes to you, meek and riding on an ass, and on a colt, the foal of a beast of burden.’"
21:7. They brought the ass and the colt and laid their cloaks over them, and he sat upon them.
21:7. They brought the ass and the colt and laid their cloaks over them, and he sat upon them.
ZAKHARIA:
9:9. Rejoice heartily, O daughter Zion, shout for joy, O daughter Jerusalem! See, your king shall come to you; a just savior is he, Meek, and riding on an ass, on a colt, the foal of an ass.
Di dalam Zakharia tidak ada kata "and" yang berarti hanya SATU KELEDAI (ingat gaya bahasa paralelisme Ibrani!). Perhatikan baik2 di bawah ini:
"on an ass, on a colt, the foal of an ass" artinya: "(naik) seekor keledai betina, seekor keledai jantan, seekor anak keledai."
Sementara pengarang Matius mendistorsinya menjadi:
"on an ass, and on a colt, the foal of a beast of burden", yang artinya: "(naik) seekor keledai betina, dan seekor keledai jantan, seekor anak keledai."
Jelaslah sekarang, bahwa pengarang Injil Matius bukanlah seorang Yahudi dari Palestina dan bukan pula seorang murid Yesus, karena telah gagal total menerjemahkan paralelisme Ibrani. Sekali lagi, Matius menduga ada 2 keledai, karenanya dia menyuguhkan 2 keledai dalam narasi injilnya, padahal yang dimaksud Zakharia adalah 1 keledai (gaya bahasa paralelisme Ibrani).
Catatan:
Seluruh pemenuhan nubuat gagasan Matius dikutip oleh pengarangnya dari Septuaginta Perjanjian Lama berbahasa Yunani. Mengapa Matius tidak mengutip dari Perjanjian Lama berbahasa Ibrani? Bukankah lebih otentik sumbernya? Inilah salah satu bukti kuat bahwa pengarang Matius bukanlah seorang Yahudi dari Palestina, apalagi seorang murid Yesus. Matius tidak benar2 menguasai budaya, bahasa, dan kesusasteraan Ibrani, oleh karenanya, Matius mengutip seluruh pemenuhan nubuat gagasannya dari Septuaginta Perjanjian Lama berbahasa Yunani.
Wassalaam.