1. Encyclopedia Britannica,
(Regarding Muhammad) “… a mass of detail in the early sources shows that he was an honest and upright man who had gained the respect and loyalty of others who were likewise honest and upright men.” [Vol. 12]
(Terhadap Muhammad)”..banyak sumber secara detail menunjukkan dia seorang manusia yang jujur dan benar yang memperoleh kehormatan dan kesetiaan dari yang lain yang juga jujur dan benar”.
2. Michael H. Hart, “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History. New York: Hart Publishing Company, Inc., 1978, page. 33.]
“My choice of Muhammad to lead the list of the world’s most influential persons may surprise some readers and may be questioned by others, but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular level.”
“Pilihanku kepada Muhammad sebagai pemimpin dunia yang paling berpengaruh. Satu-satunya manusia yang secara menakjubkan sukses dalam kehidupan Religi dan Sekuler”
3. Reverend R. Bosworth-Smith wrote in “Mohammed & Mohammedanism” in 1946:
“Head of the state as well as the Church, he was Caesar and Pope in one; but, he was pope without the pope’s claims, and Caesar without the legions of Caesar, without a standing army, without a bodyguard, without a palace, without a fixed revenue. If ever any man had the right to say that he ruled by a Right Divine, it was Mohammad, for he had all the power without instruments and without its support. He cared not for dressing of power. The simplicity of his private life was in keeping with his public life.”
“Memimpin pemerintahan sebaik Gereja, dia merupakan Kaisar dan Paus dalam kesatuan, tetapi dia Paus tanpa pengakuan diri, dan Kaisar tanpa legiun Kaisar. Tanpa tentara yang disediakan. Tanpa pengawal, tanpa istana, tanpa penghasilan tetap. Jika ada orang yang harus disebutkan bahwa dia memerintah dengan kebenaran Tuhan, dia adalah Muhammad, Untuk segala kekuasaan tanpa instrument dan dukungan. Dia tidak mempedulikan pakaian kebesaran. Secara sederhana kehidupan sederhananya adalah menjaga kehidupan masyarakatnya.”
4. Lamartine, HISTOIRE DE LA TURQUIE, Paris, 1854, Vol. II, pp. 276-277.
“Philosopher, orator, apostle, legislator, warrior, conqueror of ideas, restorer of rational dogmas, of a cult without images; the founder of twenty terrestrial empires and of one spiritual empire, that is Muhammad. As regards all standards by which human greatness may be measured, we may well ask, is there any man greater than he?”
“Seorang filsuf, orator, nabi, pembuat undang-undang, Ksatria, penakluk ide, pembangun dogma rasional, tentang memuja tanpa imajinasi, pendiri 20 kerajaan dunia dan satu kerajaan agama, itulah Muhammad. Diantara manusia dengan nama besar, adakah yang lebih besar darinya?.”
5. George Bernard Shaw, [The Genuine Islam, Singapore, Vol. 1, No. 8, 1936] a famous writer and non-Muslim says:
“He must be called the Savior of Humanity. I believe that if a man like him were to assume the dictatorship of the modern world, he would succeed in solving its problems in a way that would bring it much needed peace and happiness.”
“Dia harus dipanggil sebagai penyelamat manusia. Saya percaya jika manusia seperti dirinya untuk mengambil kediktatoran di dunia modern, dia akan sukses memecahkan masalah dengan sebuah cara yang akan menghasilkan kedamaian dan kebahagiaan”
6. K. S. Ramakrishna Rao, Seorang professor of Philosophy, dari India yang beragama Hindhu dalam booklet “Muhammad the Prophet of Islam” memanggilnya ”model manusia sempurna”
“The personality of Muhammad, it is most difficult to get into the whole truth of it. Only a glimpse of it I can catch. What a dramatic succession of picturesque scenes. There is Muhammad the Prophet. There is Muhammad the Warrior; Muhammad the Businessman; Muhammad the Statesman; Muhammad the Orator; Muhammad the Reformer; Muhammad the Refuge of Orphans; Muhammad the Protector of Slaves; Muhammad the Emancipator of Women; Muhammad the Judge; Muhammad the Saint. All in all these magnificent roles, in all these departments of human activities, he is alike a hero.”
“Kepribadian Muhammad, merupakan yang paling sulit untuk mendapatkan kebenarannya secara menyeluruh. Hanya sekilas yang dapat saya tangkap. Rangkaian dramatis dari adegan yang indah. Itulah nabi Muhammad. Disanalah Muhammad sebagai Ksatria, Pengusaha, Orator, Pemerintah, Pereformasi, pelindung anak yatim, pelindung budak, pengemansipasi wanita, seorang hakim, dan orang suci. Semuanya dalam seluruh peran yang bagus, dalam seluruh bagian aktifitas manusia ini, dia seperti seorang pahlawan”.
7. Mahatma Gandhi, berbicara tentang sifat nabi Muhammad, dalam ‘Young India’:
“I wanted to know the best of one who holds today undisputed sway over the hearts of millions of mankind… I became more than convinced that it was not the sword that won a place for Islam in those days in the scheme of life. It was the rigid simplicity, the utter self-effacement of the Prophet, the scrupulous regard for his pledges, his intense devotion to his friends and followers, his intrepidity, his fearlessness, his absolute trust in God and in his own mission. These and not the sword carried everything before them and surmounted every obstacle. When I closed the 2nd volume (of the Prophet’s biography), I was sorry there was not more for me to read of the great life.”
“Aku ingin tahu manusia terbaik yang memegang kekuasaan tak terbantahkan sampai hari ini atas jutaan umat manusia… Aku menjadi lebih yakin bahwa bukanlah pedang yang memenangkan tempat untuk Islam hari itu dalam skema hidup. Merupakan kesederhanaan yang kaku, penghapusan pengucapan nabi sendiri, Janjinya yang cermat dan ter hormat, pengabdian yang intensif kepada teman-teman dan para pengikutnya, keberaniannya, tanpa rasa takut, kepercayaan penuhnya pada Tuhan dan misinya sendiri. Inilah dan bukannya pedang membawa semuanya didepan mereka dan mengatasi setiap rintangan. Ketika aku menutup volume kedua (atas biografi nabi), aku minta maaf belum semua tentang kehidupan besarnya aku baca”.
8. Thomas Carlyle (seorang penulis Inggris) dalam bukunya ’Heroes and Hero Worship’,
“How one man single handedly, could weld warring tribes and wandering Bedouins into a most powerful and civilized nation in less than two decades.”
“Bagaimana seorang manusia sendirian mampu, merubah suku badui yang suka berperang dan mengembara menjadi negara paling kuat dan beradab dalam waktu kurang dari dua decade”.
9. Diwan Chand Sharma menulis dalam buku “The Prophets of the East”: [D.C. Sharma, The Prophets of the East, Calcutta, 1935, pp. 12]
“Muhammad was the soul of kindness, and his influence was felt and never forgotten by those around him”
“Muhamamd merupakan jiwa dari kebaikan, pengaruhnya tak pernah terlupakan dari mereka di sekitarnya”
Muhammad, peace and blessings be upon him, was nothing more or less than a human being, but he was a man with a noble mission, which was to unite humanity on the worship of ONE and ONLY ONE GOD and to teach them the way to honest and upright living based on the commands of God. He always described himself as, ‘A Servant and Messenger of God’ and so indeed every action of his proclaimed to be.
“Muhammad, damai dan berkat atasnya, tidak kurang dan tidak lebih daripada seorang manusia, tetapi dia adalah manusia dengan misi agung, untuk menyatukan manusia dalam menyembah pada yang SATU dan SATU SATUNYA TUHAN dan mengajar mereka jalan menuju kejujuran dan kehidupan yang baik berdasarkan perintah Tuhan. Dia selalu mendiskripsikan dirinya sebagai “Pelayan dan Utusan Tuhan” dan bahkan setiap ucapannya dijalankan”.
10. Sarojini Naidu , seorang penyair puitis dari India. [S. Naidu, Ideals of Islam, vide Speeches & Writings, Madras, 1918, p. 169]
“It was the first religion that preached and practiced democracy; for, in the mosque, when the call for prayer is sounded and worshippers are gathered together, the democracy of Islam is embodied five times a day when the peasant and king kneel side by side and proclaim: ‘God Alone is Great’… I have been struck over and over again by this indivisible unity of Islam that makes man instinctively a brother.”
“merupakan agama pertama yang melakukan dan mempraktekkan demokrasi, Dalam Masjid, ketika panggilan shalat didengungkan orang yang beribadah berkumpul bersama, demokrasi dalam Islam dibentuk dalam 5 kali sehari ketika Petani dan Raja berlutut dan mengatakan “Tuhan satu yang Agung”…Aku tergetar berulang kali dengan kesatuan tak terpisahkan dalam Islam yang membuat manusia secara insting merasa bersaudara”.
11.Edward Gibbon dan Simon Ockley, “History of the Saracen Empires”[History of the Saracen Empires, London, 1870, p. 54]
“I BELIEVE IN ONE GOD, AND MAHOMET, AN APOSTLE OF GOD’ is the simple and invariable profession of Islam. The intellectual image of the Deity has never been degraded by any visible idol; the honor of the Prophet have never transgressed the measure of human virtues; and his living precepts have restrained the gratitude of his disciples within the bounds of reason and religion.”
“ Aku percaya dalam 1 Tuhan, dan Muhammad, nabi dari Tuhan”, merupakan pernyataan yang sederhana dan sama dalam Islam. Gambaran intelektual atas Tuhan tak pernah dikurangi dengan berhala yang terlihat; Kehormatan dari sang nabi tak pernah melanggar ukuran kebajikan manusia”.
12. E Wolfgang Goethe, seorang penyair besar Eropa [Noten und Abhandlungen zum Weststlichen Dvan, WA I, 7, 32]
“He is a prophet and not a poet and therefore his Koran is to be seen as Divine Law and not as a book of a human being, made for education or entertainment.”
“Dia seorang nabi, dan bukan seorang penyair, maka dari itu Al-Quran nya dilihat sebagai hukum suci dan bukan buku dari manusia, dibuat untuk pendidikan dan penghiburan”.
BY WEDUL SHERENIAN
sumber: Islamtomorrow