Biar Anak-Anak dan Yang Lemah Datang Padaku?
Entah mengapa di masa prapaska, kasus-kasus pelecehan seksual di Gereja Amerika kembali mencuat. Kalau membaca beritanya (saya kutip di bawah), saya menjadi semakin yakin bahwa memang Hierarki Gereja dan juga kita semua itu perlu untuk semakin belajar rendah hati, belajar terbuka mengakui kesalahan dan melindungi mereka yang lemah. Tanpa keteladanan sikap yang demikian, kredibilitas Gereja menjadi semakin rapuh, dan kredibilitas para imamnya akan diragukan oleh semakin banyak orang. Tidak sedikit pastor di Indonesia yang menganggap soal pelecehan seksual di Gereja Amerika tidak akan ada di Gereja Indonesia. Saya pribadi justru beberapa kali mengetahui dan melihat bahwa pattern/pola yang dilakukan pimpinan Gereja/ordo/tarekat religius di Indonesia kok ya ada yang sama dengan "modus" yang terjadi di Amerika ini. Apakah soal ini menjadi soal yang institusional di dalam Gereja Katolik?
Mungkin masa prapaska menjadi masa yang tepat untuk kembali belajar rendah hati dari kasus-kasus skandal yang di minggu-minggu ini kembali mencuat di Amerika. Mawas diri tentu penting. Tidak ada salahnya berkaca pada apa yang terjadi pada Gereja Katolik di tempat lain.
Satu yang mengejutkan adalah bahwa pelaku pelecehan salah satunya pernah menjadi pembimbing rohani dan pembimbing retret Mother Teresa dan kelompok suster cinta kasih.
Semoga Gereja Katolik terus menjadi Gereja yang bertobat, berani membela dan memperjuangkan kejujuran dan kebenaran, sekalipun seringkali menyakitkan. Kalau tidak demikian, saya yakin semakin sedikit anak-anak dan yang lemah akan datang kepadanya.
Cerita/beritanya ada di bawah ini:
Beberapa minggu lalu, publik dan Gereja Katolik di Philadelphia dikejutkan dengan adanya fakta bahwa beberapa imam-imam diosesan yang tersangkut kasus-kasus pelecehan (sexual abuse/misconduct) ini ternyata masih dibiarkan bebas berkarya. Mengapa mengejutkan? Karena setelah gonjang-ganjing kasus pelecehan seksual di Gereja Amerika di awal era tahun 2000, sudah ada kesepakatan di antara para uskup (Dallas Charter), sesuai arahan vatikan bahwa hal semacam ini (membiarkan para abuser berkarya dan "berkeliaran") tidak akan terjadi lagi.
Tidak lama kemudian, ada berita mengejutkan lagi. Serikat Yesus Provinsi Oregon di Amerika Serikat menyetujui untuk pembayaran settlement/ganti rugi sebesar 166 juta dolar atau setara dengan 1,5 trilyun rupiah kepada sekitar 500 kasus pelecehan kepada kelompok umat katolik terpencil di Alaska dan kawasan penduduk Indian. Uang 1,5 trilyun itu kalau di Jakarta bisa membangun 150 gedung gereja baru (pengandaiannya 1 gereja butuh 10 milyar), atau bisa membangun dan memberi investasi pada 100 sekolah katolik sejumlah 15 milyar/sekolah, atau 1000 sekolah katolik sejumlah 1,5 milyar/sekolah (luar biasa bukan!!). Setelah kasus Oregon dengan jumlah settlement yang fantastis, berikutnya ada berita skandal "baru" lagi dari SJ Provinsi Chicago. Banyak media menyoroti kasus ini termasuk media milik Jesuit (misalnya America Magazine), media katolik (National Catholic Reporter) dan seperti biasa media sekuler The New York Times.
Kalau membaca berita di bawah ini, saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mengapa? Mungkin bisa saya sebutkan di sini poin beritanya:
1. Pimpinan Jesuit Provinsi Chicago dinilai “menganggap sepi” banyaknya laporan yang masuk ke provinsialat tentang adanya perilaku aneh dan menyimpang dari seorang Jesuit yaitu Pater McGuire. Laporan pertama mengenai hal ini terjadi medio 1960-an dan hampir selama 40 tahun tidak ada tindakan signifikan terhadap laporan-laporan ini. Sudah sejak awal tahbisan sudah ada surat/laporan dari seorang Pastor Austria tentang perilaku aneh Pater McGuire ketika studi di eropa, dan daftar laporan semacam ini semakin panjang selama 40 tahun.
2. Dia punya kebiasaan bergaul dekat dengan remaja laki-laki, mengajaknya pergi dan tidur bersama di kamarnya
3. Menarik juga bahwa di tahun 60an-70an Pater McGuire pernah dilarang terlibat di pendidikan oleh beberapa sekolah Jesuit, akibat perilakunya yang sering mengajak beberapa siswa untuk tidur di kamarnya.
4. Dilarang bekerja di sekolah, justru membuatnya menjadi Pembimbing Retret terkenal untuk retret 8 hari di banyak tempat, bahkan di kalangan Serikat beliau dikenal sebagai "master" pembimbing retret.
5. Hebatnya lagi: Dia pernah menjadi pembimbing rohani MOTHER TERESA di tahun 1980an . Dia diserahi kepercayaan oleh Mother Teresa untuk membimbing retret para suster Cinta Kasih di seluruh dunia, berkeliling memberi retret kepada mereka di banyak negara.
6. Pernah dituduh melakukan pelecehan terhadap 15 anak, dan tuduhan ini memaksa Provinsial memindahkannya, namun dengan alasan bahwa dia dipindah untuk sabatikal dan bukan karena kasus pelecehan
7. Pernah dilarang oleh Provinsial untuk melakukan perjalanan ditemani oleh anak-anak tetapi aturan ini dengan nekad dilanggarnya
8. Baru pada tahun 1993 (berarti sekitar 30 tahun dari adanya laporan pertama) dia dikirim untuk pemeriksaan dan penanganan psikologis selama 6 bulan. Di minggu2 terakhir, beliau diijinkan memberi retret dan gilanya dia melakukan pelecehan kepada anak-anak pada saat itu.
9. Tahun 1998, Provinsial Chicago menerbitkan surat bahwa tidak ada halangan apapun bagi Pater McGuire untuk melakukan pelayanan umat dan tidak ada bukti bahwa dia memiliki masalah pedophilia.
10. Tahun 2002, karena semakin banyaknya laporan, akhirnya Pater McGuire dibatasi pelayanannya sebagai imam. Akhirnya pada tahun 2008 beliau dibebastugaskan dari tugasnya sebagai imam sebagai kelanjutan dari proses hukum kasus-kasus tersebut