And all our yesterdays have lighted fools
The way to dusty death. Out, out brief candle!
Life’s but a walking shadow, a poor player
That struts and frets his our upon the stage
And then is heard no more; it is a tale
Told by an idiot, full of sound and fury
Signifying nothing.
[William Shakespeare]
Dalam agama Kristen, Tuhan mempunyai oknum tiga, yaitu Allah-Bapak [Latin: Peter; Inggris: Father, Belanda: Vader; Jerman: Vater] sebagai oknum pertama. Anak laki-laki [Putra, Son, Zoon, Sohn] disebut Tuhan [Pangeran, Lord, Heer, Herr] sebagai oknum kedua, dan Rohul Kudus [Roh Suci, the Holy Spirit] sebagai oknum ketiga. Bapak sebagai pencipta, anak sebagai juru selamat penebus dosa [redeemer]. Ketiga-tiga oknum ini disebut Trinitas [Tritunggal, Trinity, Drieeenheid, Dreieinigkeit].
Dalam Hinduisme terdapat kepercayaan akan Trimurti, sama dengan Trinitas yang mempercayai Tuhan beroknum tiga, yaitu Brahma, Allah Bapak atau Pencipta sebagai oknum pertama, Wisynu adalah oknum kedua, sebagai pelindung umat manusia yang dapat menjelamakan diri menjadi manusia. Oknum ketiga adalah Shiva, yang oleh Plange disebut Rohul Kudus:
Siva [order Nara] der heilige Geist, ist das Prinzip das die auflosung und Wiederstehung leitet.
Syiwa [atau Nara], atau Rohul Kudus, adalah prinsip dasar untuk menguraikan dan memberi keterangan dan dapat sering-sering kembali ke dunia.
Dalam mitos, Krisyna telah disebut sebagai anak Tuhan yang lahir tiga ribu tahun sebelum Masehi dan mengaku dirinya Tuhan, seperti sabdanya kepada Arjuna dalam Bhagavad Gita [Nyanyian Tuhan] sajak ke-14:
For I am God
Within this body
Life immortal
That shall not perish
I am the truth
And the Joy Forever
Karena Aku adalah Tuhan
Dalam tubuh ini
Kehidupan abadi
Tak akan musnah
Aku adalah kebenaran
Dan kebahagiaan selama-lamanya.
Dalam sajak ke-4 Bhagavad Gita, Krisyna berkata bahwa ia akan kembali lagi ke dunia sebagai Tuhan:
In every age I come back
To deliver the Holy
To destroy the sin of the sinner
To establish righteousness
Tiap zaman aku akan kembali
Untuk menyampaikan kesucian
Untuk menghilangkan dosa orang berdosa
Untuk menegakkan kebenaran
Juga Krisyna bersabda:
Ueberall, wo unglaube uberhand nimmt, und die wahre Religion dar niederlight, offenbare inch mich in ienem menshlichen Gestalt, um die Gerechtigkeit weider herzustellen und das Bose zu zerstoren.
Di mana-mana, kala ketidakpercayaan meningkat, dan agama yang benar dipijak, aku akan menjelmakan diriku dalam bentuk manusia, untuk menegakkan kebenaran dan menghapus kejahatan.
Namun demikian, Krisyna adalah anak manusia kelahiran Devanaki, seorang manusia biasa, tepat seperti Yesus anak manusia adalah anak Maria, namun adalah juga Tuhan. Mengenai ini Christopher Isherwood dalam terjemahan Upanishads, hal. 28, berkata:
Sri Krishna [Sri=Lord] has been called the Christ of India. There are in fact, some striking parallels between the life of Krishna as related in the Bhagavatan and elsewhere and the life of Jesus of Nazareth. In both cases legend and fact mingle.
Sri Krisyna disebut sebagai Kristus Hindu. Sebenarnya terdapat persamaan-persamaan yang menyolok antara riwayat hidup Krisyna dalam Bhagavatan dan dalam kitab suci Hindu lainnya, dengan riwayat hidup Yesus dari Nazaret. Dalam kedua hal, dongeng dan kenyataan telah bercampur aduk.
Swami Abhedananda berkata mengenai kehidupan Yesus:
Die Lehre von der Inkarnation Gottes oder des Logos [das Wort] ist einer indisch-aryanische Theorie, und die Hindus galuben, dass viele solcher Inkarnation bereits stattfanden und noch stattfinden werden. Die Theorie vom Logos order Wort order dem Sohne Gottes, kam von Indiennach Griecheland und fand in den Shcriften der fruhensten griechischen Philosophen wie Heraklit, Platon, der Neuplatoniker sowie in den Shcriften des Philo und seines Nachfolgers dem Scheiber der vier Evangelien-Ausdruck, bis sie von der Kirche als Grundlehre angenommen wurde.
Ajaran ikarnasi Tuhan atau Logos adalah teori Hindu-Arya, dan orang-orang Hindu percaya bahwa banyak inkarnasi telah terjadi dan masih akan terjadi. Teori Logos atau Kata atau Anak Tuhan, datang dari India melalui Yunani dan terdapat melalui penulisan filosof-filosof Yunani, seperti Herkalitus, Plato, kaum Neo-Platonis sebagaimana dalam penulisan-penulisan Philo dan pengikut-pengikutnya penulis keempat Injil sehingga ajaran ini diambil oleh Gereja sebagai ajaran dasar.
Demikianlah Abhedananda yang berpendapat bahwa teori mengenai anak Tuhan [Putra Allah] ataupun Logos berasal dari Hinduisme. Dalam filsafat Yunani istilah Logos atau kalam yang menjelma jadi manusia tentu menpunyai persamaan dengan Logso dalam Injil.
Mengenai hal ini lihatlah misalnya falsafah dari Justinus Martyr yang lahir sesudah Masehi dan Heraklitus serta Philo sebelum Masehi.
Abhedananda mengatakan pula:
Wenn ein Hindu das leben und die lehren von Jesus Christus, Wie sie in den synoptichen Evangelien aufgezeichnet sind, liest und die Lehren Krischanas und Buddhas vergleicht, so ist er urber die eigentumliche Uebereinstimmung dieser beiden Schriften bis in die kleinsten Einzelheiten erstaunt, angefangen von der unbefleckten Empangnis, dem Aufgehen des Sternes, bis zur Aufertehung.
Apabila seorang Hindu membaca riwayat dan ajaran Yesus yang tertulis dalam Injil Sinoptik [Matius, Markus dan Lukas] dan menyamakannya dengan riwayat hidup dan ajaran Krisyna dan Budha, maka ia akan sangat terheran-heran akan persamaan yang sangat menyolok antara kedua penulisan, sampai kepada kejadian-kejadian luar biasa yang kecil-kecil, mulai dengan sambutan suci bintang yang mengambang, sampai kepada kebangkitan.
Memang tak dapatlah disangkal bahwa Injil telah kemasukan unsur-unsur Yunani, yang mempunyai hubungan erat dengan Hindu. Hindu sebagai sumber puisi, sumber mitologi, sumber dongeng dan falsafah, telah mempengaruhi hampir seluruh dunia dengan filsafatnya yang telah berhasil menarik hati Wolfgang von Goethe, Arthur Schopenhauer dan lain-lain ahli pikir besar.
Berikut ini kami kemukakan sedikit persamaan riwayat Tuhan Krisyna dan Tuhan Yesus pada waktu kelahirannya, suatu mitos dalam Athar Veda, kitab suci Hindu.
Mitos Hindu ini berasal kira-kira tiga ribu tahun sebelum kelahiran Yesus. Pada masa itu raja Kansa berkuasa di negeri Madura. Kansa berhati busuk, dan ia dikuasai oleh seorang dari isteri-isterinya yang bernama Nysumba, seorang penyihir, yang sangat mempengaruhi dirinya. Nyumba adalah anak Kalaveni yang memuja Dewi Kali, Dewi Kerinduan dan Kematian.
Pada suatu malam, waktu raja Kansa tak dapat tidur, berdirilah baginda di teras istananya, digerakkan oleh suatu kekuatan gaib. Ia melihat bintang bergerak dan sinarnya jatuh ke bumi. Ia bertanya kepada Nysumba, istrinya, tetapi Nysumba tak mengetahuinya. Maka dipanggilnya para brahmana [pendeta Hindu] untuk menyuruh mereka melihat bintang itu dan menceritakan kebenarannya.
Brahmana-brahmana itu mengatakan bahwa itulah gerangan tanda turunnya Tuhan ke dalam tubuh manusia yang dikandung oleh Devanaki, anak saudara perempuan baginda raja sendiri yang bernama Parvady. Anak yang dikandung itulah yang akan jadi Tuhan di dunia, raja dunia.
Ini dibandingkan dengan riwayat kelahiran Yesus Kristus seperti tersebut dalam Injil Matius 2:2[10]:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya:”Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia...
Maka dikumpulkannya [Herodes] semua Iman kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka... Dan lihatlah, bintanh yang mereka di Timur itu mendahului mereka sehingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka.
Demikianlah pula Budha sebagai inkarnasi Tuhan yang lahir tahun 547 sebelum Masehi. Pada waktu Budha meninggal, terjadilah gerangan gempa bumi, meteor jatuh, terjadninya gerhana matahari, dan guntur dan halilintar bersahut-sahutan di langit:
Der Budha starb achtzig Jahre alt. Bei seinem Tode erlebte die Erde, es fiel ein Meteor, die Sonne verfinsterds sich, und des Domer des Himmels brach hervor.
Budha wafat dalam usian delapan puluh tahun. Pada saat wafatnya terjadilah gempa bumi, meteor jatuh, kelamlah matahari, langitpun bergemuruh.
Ketika Yesus wafat:
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah...[Matius, 27:51]
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh saerah itu sampai jam tiga, sebab matahati tidak bersinar. [Lukas, 23:44-45]
Karena bukan maksud kami untuk menyampaikan segala persamaan itu, yang akan memerlukan penulisan tersendiri; namun contoh-contoh di atas cukuplah sekedar menunjukkan hasil penyelidikan para pakar itu.
Kita harus arif, bijak dan berlapang dada dalam mencari kebenaran.
Sumber: Keesan Tuhan, O. Hashem, penerbit Al Huda
Life’s but a walking shadow, a poor player
That struts and frets his our upon the stage
And then is heard no more; it is a tale
Told by an idiot, full of sound and fury
Signifying nothing.
[William Shakespeare]
Dalam agama Kristen, Tuhan mempunyai oknum tiga, yaitu Allah-Bapak [Latin: Peter; Inggris: Father, Belanda: Vader; Jerman: Vater] sebagai oknum pertama. Anak laki-laki [Putra, Son, Zoon, Sohn] disebut Tuhan [Pangeran, Lord, Heer, Herr] sebagai oknum kedua, dan Rohul Kudus [Roh Suci, the Holy Spirit] sebagai oknum ketiga. Bapak sebagai pencipta, anak sebagai juru selamat penebus dosa [redeemer]. Ketiga-tiga oknum ini disebut Trinitas [Tritunggal, Trinity, Drieeenheid, Dreieinigkeit].
Dalam Hinduisme terdapat kepercayaan akan Trimurti, sama dengan Trinitas yang mempercayai Tuhan beroknum tiga, yaitu Brahma, Allah Bapak atau Pencipta sebagai oknum pertama, Wisynu adalah oknum kedua, sebagai pelindung umat manusia yang dapat menjelamakan diri menjadi manusia. Oknum ketiga adalah Shiva, yang oleh Plange disebut Rohul Kudus:
Siva [order Nara] der heilige Geist, ist das Prinzip das die auflosung und Wiederstehung leitet.
Syiwa [atau Nara], atau Rohul Kudus, adalah prinsip dasar untuk menguraikan dan memberi keterangan dan dapat sering-sering kembali ke dunia.
Dalam mitos, Krisyna telah disebut sebagai anak Tuhan yang lahir tiga ribu tahun sebelum Masehi dan mengaku dirinya Tuhan, seperti sabdanya kepada Arjuna dalam Bhagavad Gita [Nyanyian Tuhan] sajak ke-14:
For I am God
Within this body
Life immortal
That shall not perish
I am the truth
And the Joy Forever
Karena Aku adalah Tuhan
Dalam tubuh ini
Kehidupan abadi
Tak akan musnah
Aku adalah kebenaran
Dan kebahagiaan selama-lamanya.
Dalam sajak ke-4 Bhagavad Gita, Krisyna berkata bahwa ia akan kembali lagi ke dunia sebagai Tuhan:
In every age I come back
To deliver the Holy
To destroy the sin of the sinner
To establish righteousness
Tiap zaman aku akan kembali
Untuk menyampaikan kesucian
Untuk menghilangkan dosa orang berdosa
Untuk menegakkan kebenaran
Juga Krisyna bersabda:
Ueberall, wo unglaube uberhand nimmt, und die wahre Religion dar niederlight, offenbare inch mich in ienem menshlichen Gestalt, um die Gerechtigkeit weider herzustellen und das Bose zu zerstoren.
Di mana-mana, kala ketidakpercayaan meningkat, dan agama yang benar dipijak, aku akan menjelmakan diriku dalam bentuk manusia, untuk menegakkan kebenaran dan menghapus kejahatan.
Namun demikian, Krisyna adalah anak manusia kelahiran Devanaki, seorang manusia biasa, tepat seperti Yesus anak manusia adalah anak Maria, namun adalah juga Tuhan. Mengenai ini Christopher Isherwood dalam terjemahan Upanishads, hal. 28, berkata:
Sri Krishna [Sri=Lord] has been called the Christ of India. There are in fact, some striking parallels between the life of Krishna as related in the Bhagavatan and elsewhere and the life of Jesus of Nazareth. In both cases legend and fact mingle.
Sri Krisyna disebut sebagai Kristus Hindu. Sebenarnya terdapat persamaan-persamaan yang menyolok antara riwayat hidup Krisyna dalam Bhagavatan dan dalam kitab suci Hindu lainnya, dengan riwayat hidup Yesus dari Nazaret. Dalam kedua hal, dongeng dan kenyataan telah bercampur aduk.
Swami Abhedananda berkata mengenai kehidupan Yesus:
Die Lehre von der Inkarnation Gottes oder des Logos [das Wort] ist einer indisch-aryanische Theorie, und die Hindus galuben, dass viele solcher Inkarnation bereits stattfanden und noch stattfinden werden. Die Theorie vom Logos order Wort order dem Sohne Gottes, kam von Indiennach Griecheland und fand in den Shcriften der fruhensten griechischen Philosophen wie Heraklit, Platon, der Neuplatoniker sowie in den Shcriften des Philo und seines Nachfolgers dem Scheiber der vier Evangelien-Ausdruck, bis sie von der Kirche als Grundlehre angenommen wurde.
Ajaran ikarnasi Tuhan atau Logos adalah teori Hindu-Arya, dan orang-orang Hindu percaya bahwa banyak inkarnasi telah terjadi dan masih akan terjadi. Teori Logos atau Kata atau Anak Tuhan, datang dari India melalui Yunani dan terdapat melalui penulisan filosof-filosof Yunani, seperti Herkalitus, Plato, kaum Neo-Platonis sebagaimana dalam penulisan-penulisan Philo dan pengikut-pengikutnya penulis keempat Injil sehingga ajaran ini diambil oleh Gereja sebagai ajaran dasar.
Demikianlah Abhedananda yang berpendapat bahwa teori mengenai anak Tuhan [Putra Allah] ataupun Logos berasal dari Hinduisme. Dalam filsafat Yunani istilah Logos atau kalam yang menjelma jadi manusia tentu menpunyai persamaan dengan Logso dalam Injil.
Mengenai hal ini lihatlah misalnya falsafah dari Justinus Martyr yang lahir sesudah Masehi dan Heraklitus serta Philo sebelum Masehi.
Abhedananda mengatakan pula:
Wenn ein Hindu das leben und die lehren von Jesus Christus, Wie sie in den synoptichen Evangelien aufgezeichnet sind, liest und die Lehren Krischanas und Buddhas vergleicht, so ist er urber die eigentumliche Uebereinstimmung dieser beiden Schriften bis in die kleinsten Einzelheiten erstaunt, angefangen von der unbefleckten Empangnis, dem Aufgehen des Sternes, bis zur Aufertehung.
Apabila seorang Hindu membaca riwayat dan ajaran Yesus yang tertulis dalam Injil Sinoptik [Matius, Markus dan Lukas] dan menyamakannya dengan riwayat hidup dan ajaran Krisyna dan Budha, maka ia akan sangat terheran-heran akan persamaan yang sangat menyolok antara kedua penulisan, sampai kepada kejadian-kejadian luar biasa yang kecil-kecil, mulai dengan sambutan suci bintang yang mengambang, sampai kepada kebangkitan.
Memang tak dapatlah disangkal bahwa Injil telah kemasukan unsur-unsur Yunani, yang mempunyai hubungan erat dengan Hindu. Hindu sebagai sumber puisi, sumber mitologi, sumber dongeng dan falsafah, telah mempengaruhi hampir seluruh dunia dengan filsafatnya yang telah berhasil menarik hati Wolfgang von Goethe, Arthur Schopenhauer dan lain-lain ahli pikir besar.
Berikut ini kami kemukakan sedikit persamaan riwayat Tuhan Krisyna dan Tuhan Yesus pada waktu kelahirannya, suatu mitos dalam Athar Veda, kitab suci Hindu.
Mitos Hindu ini berasal kira-kira tiga ribu tahun sebelum kelahiran Yesus. Pada masa itu raja Kansa berkuasa di negeri Madura. Kansa berhati busuk, dan ia dikuasai oleh seorang dari isteri-isterinya yang bernama Nysumba, seorang penyihir, yang sangat mempengaruhi dirinya. Nyumba adalah anak Kalaveni yang memuja Dewi Kali, Dewi Kerinduan dan Kematian.
Pada suatu malam, waktu raja Kansa tak dapat tidur, berdirilah baginda di teras istananya, digerakkan oleh suatu kekuatan gaib. Ia melihat bintang bergerak dan sinarnya jatuh ke bumi. Ia bertanya kepada Nysumba, istrinya, tetapi Nysumba tak mengetahuinya. Maka dipanggilnya para brahmana [pendeta Hindu] untuk menyuruh mereka melihat bintang itu dan menceritakan kebenarannya.
Brahmana-brahmana itu mengatakan bahwa itulah gerangan tanda turunnya Tuhan ke dalam tubuh manusia yang dikandung oleh Devanaki, anak saudara perempuan baginda raja sendiri yang bernama Parvady. Anak yang dikandung itulah yang akan jadi Tuhan di dunia, raja dunia.
Ini dibandingkan dengan riwayat kelahiran Yesus Kristus seperti tersebut dalam Injil Matius 2:2[10]:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya:”Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia...
Maka dikumpulkannya [Herodes] semua Iman kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka... Dan lihatlah, bintanh yang mereka di Timur itu mendahului mereka sehingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka.
Demikianlah pula Budha sebagai inkarnasi Tuhan yang lahir tahun 547 sebelum Masehi. Pada waktu Budha meninggal, terjadilah gerangan gempa bumi, meteor jatuh, terjadninya gerhana matahari, dan guntur dan halilintar bersahut-sahutan di langit:
Der Budha starb achtzig Jahre alt. Bei seinem Tode erlebte die Erde, es fiel ein Meteor, die Sonne verfinsterds sich, und des Domer des Himmels brach hervor.
Budha wafat dalam usian delapan puluh tahun. Pada saat wafatnya terjadilah gempa bumi, meteor jatuh, kelamlah matahari, langitpun bergemuruh.
Ketika Yesus wafat:
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah...[Matius, 27:51]
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh saerah itu sampai jam tiga, sebab matahati tidak bersinar. [Lukas, 23:44-45]
Karena bukan maksud kami untuk menyampaikan segala persamaan itu, yang akan memerlukan penulisan tersendiri; namun contoh-contoh di atas cukuplah sekedar menunjukkan hasil penyelidikan para pakar itu.
Kita harus arif, bijak dan berlapang dada dalam mencari kebenaran.
Sumber: Keesan Tuhan, O. Hashem, penerbit Al Huda