Di dalam Al Qur'an tidur diterangkan sebagai berikut :
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir" (Az Zumar : 42)
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan" (Al An'am : 60)
Dalam Al Qura'an, istilah 'tidur' dihubungkan sebagai 'kematian'. Tidak ada pembedaan yang tegas antara tidur dan mati. Ini menunjuk dengan jelas bahwa apa yang kita alami saat tidur sangat mirip dengan apa yang dialami seorang yang mati.
Apa yang sama antara tidur dan mati dan signifikansi apa yang ada antara keduanya ?. Ketika tidur, ruh seseorang meninggalkan tubuhnya, atau lebih tepat dikatakan, Allah mengambilnya. Dalam bermimpi, sebaliknya, seseorang mendapatkan tubuh yang lain dan mulai mempersepsikan setting yang sama sekali berbeda. Apa yang dikatakan sebagai 'bangun dari tidur' sebenarnya adalah kembalinya sang jiwa ke tubuh semula dan merasakan kembali 'kehidupan sehari-hari'.
Dengan kata lain, kematian mengakhiri hidup yang kita alami di dunia, yang mana ia memproses sang jiwa mendapatkan tubuh baru dan dengannya menjalani hidup yang sangat berbeda. Sebenarnya ini adalah konsep kunci yang menjelaskan ide dari agama yang tampak sulit dipahami. Contohnya, kematian dan kebangkitan hanyalah sebuah pertukarann imej yang diperlihatkan Allah kepada jiwa kita. Setiap hari, setiap saat, Allah menciptakan kembali dunia untuk kita dan mempresentasikan kepada jiwa kita suatu pertunjukan alam indah yang kontinyu dan konsisten. Hal yang sama juga berlaku bagi fenomena tidur. Imej-imej halus yang diciptakan pada siang hari diciptakan kembali pada malam hari dalam mimpi kita.
Mirip dengan itu, perpindahan dari dunia ini ke dunia setelah ini mungkin akan semudah pindah fase tidur; imej yang menghasilkan gambaran dunia ini berganti dengan imej dari dunia lain, dan kematian hanya sebagai titik peralihan.
Mimpi juga dipersepsikan jiwa kita persis seperti pengalaman kita dalam kehidupan sehari-hari. Ayat berikut mengingatkan kita tentang kedekatan Allah kepada manusia kemudian menjelaskan untuk tujuan apa Allah menciptakan mimpi.
"Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: 'Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia. ' Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk di dalam Al Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka" (Al Isra : 60)
Manusia yang mensifatkan mimpi sebagai salah satu fungsi otak, mengatakan bahwa selama seseorang bermimpi ada sinyal-sinyal yang diterima dari otak dan bukti ini memperlihatkan semua yang terjadi di dalam otak. Namun kita harus ingat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu menurut hubungan sebab-akibat. Artinya, tubuh dan jiwa manusia berhubungan sangat erat. Emosi seperti sedih, gembira, cinta dan lain sebagainya, memunyai efek di otak dan ini merupakan konsekuensi yang wajar dalam hubungan antara tubuh dan jiwa. Namun bukan otak yang mengalami emosi-emosi ini, tapi jiwanya.
Seumber : Pernahkan Anda Merenung Tentang Kebenaran, Penulis Harun Yahya, Penerbit Robbani Press