Di sini kita akan mengikuti hasil-hasil penyelidikan ilmiah para ilmuwan, terutama bangsa Jerman, yang mengupas hubungan Hinduisme dan Yunani. Seluruh ahli Ketimuran setuju bahwa pengaruh Hinduisme, melalui mitologi, bahasa Sansekerta maupun filsafat, telah meliputi seluruh dunia. Ajaran Hindu atau reformatornya Budha, terlihat di China, Jepang, sampai ke Yunani. Pengaruh terhadap Yunani, jauh sebelum Nabi Isa lahir, adalah terang sekali. Pengaruh Hinduisme terhadap mitologi Yunani (Greek mythology) dapat dilihat dari persamaan 'dongeng-dongeng' itu sendiri termasuk nama-nama pahlawan yang melakoni mitos Yunani itu, yang berasal dari nama-nama Sansekerta. Deimikian pula, tuhan-tuhan atau dewa-dewa Olympus berasal dari sumber yang sama. Demikian pula nama-nama suku bangsa dan nama orang dalam sejarah Yunani sebelum Masehi banyak berasal dari bahasa Sansekerta. Berikut ini adalah beberapa contoh:
Demikianlah kita mengambil sekedar beberapa contoh, yang cukup memberi bayangan bahwa pengaruh antara Yunani dan Hindu adalah nyata sekali, sehingga tidaklah mengherankan bila Christopher Isherwood berkata dalam pengantar komentar terjemahan Upanishad, kitab suci Hindu:
These sacred documents have influenced Greek philosophy, Judaism, and Christianity
Dokumen-dokumen suci ini telah mempengaruhi falsafah Yunani, agama Yahudi dan agama Kristen awal
Demikianlah Pythagoras, pencipta rumus Phytagoras dalam ilmu ukur yang namanya dihapal oleh pelajar-pelajar di seluruh dunia, adalah seorang yang mempercayai ajaran reinkarnasi sesuai dengan ajaran Hinduisme; Seorang yang berbuat baik di dunia setelah mati akan lahir lagi ke dunia sebagai raja dan sebagainya. Dan orang yang berbuat jahat akan dilahirkan lagi sebagai pengemis, orang buta atau binatang, yang terkenal sebagai hukum karma. Pada suatu hari Pythagoras sedang berjalan-jalan dan bertemu dengan seekor anjing yang menyalak, lalu ia berseru: ‘Suara ini saya kenal. Ini suara teman saya. Anjing ini adalah reinkarnasi teman saya yang telah mati’.
Plato menyebut-nyebut pula ajaran Hindu tentang reinkarnasi, bahwa jiwa manusia berasal dari Jiwa Semesta Alam (Brahman) dan harus dilahirkan lagi ke dalam dunia setelah orang meninggal, dan menyatakan bahwa antara dua penjelmaan memakan waktu seribu tahun.
Empedocles, murid Pythagoras, berkata: ‘Saya juga pernah dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki, sebagai seorang budak wanita, pernah tumbuh sebagai kuncup pohon dan sebagai seekor ikan yang melayang-layang di dasar laut’.
Malah orang alim dan suci Kristen, Santo Agustinus dalam Confession-nya mengatakan: ‘Bukankah saya pernah hidup dalam tubuh lain sebelum memasuki rahim ibuku?’
Plato yang hidup tahun 429-389 sebelum Masehi, dalam Timaues, mengenai kejadian dunia membayangkan sifat Tuhan sebagai Bapak yang mencipta dan memberi hukum kepada dunia sesuai dengan sifat Bapak dalam rumah tangga (vaderlijke wereldmarker). Demikianlah pengoknuman Tuhan menjadi Bapak sebagai Causa Prima.
Dalam Hinduisme. Tuhan dioknumkan sebagai Bapak (Zupitri), yaitu Brahma. Wishnu yang merupakan oknum kedua adalah Anak Tuhan (Sohn Gottes) yang dapat menjelma menjadi manusia dalam bentuk Krisyna, Rama, Budha, dan lain-lain. Sedang Shiva adalah Roh Suci (TH. Plange, Christus Ein Inder?)
Dalam agama Kristen, Tuhan (Allah) mempunyai tiga oknum, yaitu Allah Bapak sebagai pencipta (Creator), Anak atau Putra sebagai juru selamat berupa inkarnasi ke dalam tubuh manusia (Redeemer) dan Roh Kudus, Roh Suci, the Holy Spirit.
Adalah suatu kenyataan bahwa agama Yunani yang berupa mitologi yang mempunyai pertalian dengan metologi Hindu yang mempercayai sejumlah Tuhan-huhan (Dewa-dewa) dalam bentuk manusia dan masih bersifat manusia, yang disebut anthropomorphic polytheism.
Sumber : Kesaan Tuhan, Penulis O. Hashem, Penerbit Al Huda