LINTAH DAN EMBRIO
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rasul untuk seluruh dunia sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam al-Quran,
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuknya rahmat bagi sernesta alam. ” (QS al-Anbiyaa’ : 107)
Dan Nabi Muhammad SAW juga utusan Allah untuk orang Badui yang tinggal di gurun sebagaimana dia utusan Allah untuk ilmuwan sekarang ini yang dipenuhi alat-alat laboratorium modern. Dia adalah utusan Allah untuk semua manusia di setiap saat. Sebelum Nabi Muhammad SAW setiap rasul diutus semata-mata untuk kaumnya sendiri. . .
“Kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. ” (QS ar-Ra’ad : 7)
Akan tetapi, pesan Nabi Muhammad SAW adalah untuk seluruh umat manusia, dan untuk alasan itulah Allah memberi bukti yang mendukung pesan Nabi Muhammad SAW Bukti ini berbeda dengan bukti-bukti yang diberikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Bukti kerasulan yang terdahulu hanya dilihat pada zamannya dan kemungkinan generasi setelah mereka. Kemudian Allah menurunkan rasul yang baru, yang didukung dengan keajaiban-keajaiban baru, untuk membangkitkan kepercayaan kaumnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW karena dipersiapkan sebagai rasul yang terakhir sampai Hari Kebangkitan, Allah memberinya mukjizat yang abadi sebagai bukti yang mendukung, yaitu al-Quran.
Jika kita bertanya kepada orang Yahudi atau Nasrani yang menunjukkan kepada kita mukjizat Nabi Musa AS atau Nabi Isa AS yang mungkin sebagai berkah dan perjanjian Allah kepada mereka, maka keduanya akan menyampaikan ini tidak dalam jangkauan manusia untuk mempertunjukkan kembali beberapa mukjizat sekarang. Nabi Musa memiliki mukjizat tongkat yang tidak dapat diciptakan atau Nabi Isa AS diminta untuk menghidupkan kembali orang dari kematian. Untuk kita sekarang, mukjizat-mukjizat ini tidak lebih hanya menjadi laporan sejarah. Tetapi jika seorang Islam ditanya tentang mukjizat terbesar Nabi Muhamad SAW dia dapat menunjukkan al-Quran. Al-Quran adalah sebuah mukjizat yang meninggalkan bekas di tangan kita. Al-Quran adalah buku yang terbuka untuk semua orang untuk mengujinya.
Sebagaimana firman Allah di dalam al-Quran:
“Katakanlah: Apakah keterangan (saksi) yang paling besar? Katakanlah: Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Quran ini diwahyukan kepadaku, supaya dengan itu aku dapat memberi pengertian kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Quran kepadanya. ” (QS al-An’am : 19)
Alam yang menakjubkan dari al-Quran di mana terletak pengetahuan di dalamnya. Allah Yang Maha Agung berfirman:
“. . . tetapi Allah mengakui al-Quran yang diturunkan Nya kepadamu (Muhammad), Allah menurunkannya dengan ilmu Nya. ” (QS anNisa : 166)
Oleh karena itu, para ilmuwan di zaman kita dan para sarjana, profesor di beberapa universitas yang memimpin pemikiran manusia, memiliki kesempatan untuk menguji pengetahuan yang ditemukan dalam firman Allah. Pada zaman sekarang, para ilmuwan telah mengungguli dalam penemuan alam semesta, akan tetapi al-Quran lebih dulu telah menjelaskan alam semesta dan sifat alami manusia sebelumnya. Sehingga, apa hasilnya?
Kami menghadirkan Profesor Emeritus Keith Moore, salah satu dari ilmuwan dunia yang terkemuka dalam bidang Anatomi dan Embriologi. Kami bertanya kepada Profesor Moore untuk memberikan analisis ilmiah dari beberapa versi al-Quran secara spesifik kepada kita dan hadis mengenai lapangannya secara khusus.
ProfesorMoore adalah penulis buku yang berjudul “The Development Human”. Dia adalah Profiesor Emeritus ahli Anatomi dan Sel Biologi Universitas Toronto, Kanada, di mana dia Ketua Jurusan Basic Sciences, Fakultas Kesehatan, dan selama 8 tahun Ketua Jurusan Anatomi. Prof. Moore sebelumnya juga mengabdi pada Universitas Winndipeg, Kanada, selama sebelas tahun. Dia mengepalai beberapa Internasional Associations of Anatomist and the Counalofthe Union of Biological Science. Profesor Moore juga terpilih anggota Royal Medical Associations of Canada, the Intemational Academy of Cytology, the Union of American Anatomist dan the Union of North dan South American Anatomist, dan pada tahun 1984 menerima penghargaan yang terkenal dalam bidang anatomi di Kanada, JCB Grant Award dari the Canadian Association of Anatomist. Dia menerbitkan beberapa buku di klinik Anatomi dan Embriologi, delapan dari buku ini digunakan sebagai referensi di sekolah medis dan talah diterjemahkaii ke dalam enam bahasa.
Ketika kami bertanya kepada Profesor Moore untuk memberikan analisis kepada kami tentang ayat al-Quran dan sabda nabi, maka dia terkejut. Dia heran bagaimana Nabi Muhammad SAW pada 14 abad yang lalu dapat mendeskripsikan embrio dan fase perkembangannya secara detail dan akurat, yang mana para ilmuwan untuk mengetahui hal itu baru tiga puluh tahun terakhir. Akan tetapi, keterkejutan Profesor Moore itu berkembang begitu cepat menjadi kekaguman terhadap wahyu dan petunjuk ini. Dia memperkenalkan sudut pandang ini secara intelektual dan lingkungan ilmiah. Dia juga memberi sebuah surat pada kesesuaian embriologi modern dengan al-Quran dan Sunnah, di mana dia menyatakan sebagai berikut: “Ini merupakan kesenangan yang besar bagi saya untuk membantu mengklarifikasi pernyataan di dalam al-Quran tentang perkembangan manusia. Telah jelas bagi saya bahwa pernyataan yang datang kepada Nabi Muhammad pasti dari Allah atau Tuhan sebab hampir semua pengetahuan tidak ditemukan sampai beberapa abad terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. “
Pertimbangan yang terkenal dan dihormati ilmuwan embriologi ini dinyatakan atas pembelajaran ayat al-Quran sesuai dengan disiplinnya. Dan kesimpulannya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Allah berfirman di dalam al-Quran tentang tingkatan penciptaan manusia:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. ” (QS al-Mukminun : 12-14)
Kata alaqah dalam bahasa Arab memiliki tiga arti. Pertama, berarti pacet atau lintah; kedua, berarti sesuatu yang tertutup; dan ketiga, berarti segumpal darah.
Dalam perbandingan lintah air tawar dengan embrio pada tingkat alaqah, Profesor Moore menemukan persamaan yang besar di antara keduanya. Dia menyimpulkan bahwa embrio selama tingkatanalaqah kenampakannya mirip dengan lintah itu. Profesor Moore menempatkan gambar sisi embrio dengan sisi gambar seekor lintah. Dia memperlihatkan gambar gambar ini kepada para ilmuwan di beberapa konferensi.
Arti kedua dari kata alaqah adalah sesuatu yang tergantung. Hal ini dapat kita lihat dalam penggabungan embrio dengan uterus dalam rahim ibu selarna masa alaqah. Arti ketiga kata alaqah adalah segumpal darah. Hal ini berarti, sebagaimana yang diungkapkan Profesor Moore, bahwa embrio selama selama fase alaqah melalui kejadian di dalam, seperti formasi darah di dalam pembuluh darah tertutup, sampai putaran metabolisme yang dilengkapi dengan plasenta. Selama fase alaqah, darah ditarik di dalam pembuluh darah tertutup dan itulah mengapa embrio tampak seperti segumpal darah, tampak juga seperti lintah. Kedua deskripsi itu dijelaskan secara menakjubkan dengan kataalaqah di dalam al-Quran.
Bagaimana Nabi Muhammad SAW kemungkinan telah mengetahui dirinya. Profesor Moore juga mempelajari embrio saat fase mudghah (gumpalan seperti zat/ substansi). Dia mengambil lempengan tanah liat yang kasar dan mengunyahnya ke dalam mulut. Kemudian membandingkan lempengan itu dengan sebuah gambar embrio saat fase mudghah.Profesor Moore menyimpullkan bahwa embrio saat fase mudghah tampak jelas seperti gumpalan zat. Beberapa majalah di Kanada menerbitkan beberapa pernyataan Profesor Moore. Lagi pula, dia menjelaskan dalam tiga acara TV di mana dia menyoroti kesesuaian ilmu pengetahuan modern dengan apa yang tersebut di dalam al-Quran selama 1400 tahun. Akibatnya, Profesor Moore ditanya dengan pertanyaan seperti berikut: “Apakah hal ini berarti kamu percaya bahwa al-Quran itu firman Allah?” Kemudian beliau menjawab: “Saya tidak menemukan kesulitan dalam penemuan hal ini.” Profesor Moore juga ditanya: “Bagaimana Anda percaya dengan Nabi Muhammad SAW jika Anda masih percaya dengan Yesus Kristus?” Dia menjawab: “Saya percaya keduanya, karena keduanya dari sekolah yang sama.”
Dengan demikian, semua ilmuwan modern yang ada di dunia sekarang ini datang untuk mengetahui bahwa al-Quran itu adalah pengetahuan yang diturunkan dari Allah.
“Akan tetapi Allah mengakui al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu Nya. . . . . .. ” (QS an Nisa : 166)
Hal ini juga diikuti bahwa ilmuwan modern tidak menemukan kesulitan dalam mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
LAUT YANG TAK BERCAMPUR
Kita mungkin mengira, semua lautan di bumi ini bercampur menjadi satu. Sama asinnya, sama warnanya, dan sama cairnya. Namun ternyata Allah menciptakan lautan dengan karakteristiknya masing-masing. Dan mereka tidak bercampur satu dengan lainnya.
Salah satu bukti ada di selat Gibraltar. Selat Gibraltar adalah lautan sempit yang berada di antara Dratan Maroko, Afrika dan daratan Spanyol, Eropa. Di selat Gibraltar inilah, terdapat tanda-tanda alam yang menakjubkan, yaitu pertemuan dua arus laut yang amat berbeda, Laut Mediterania dan Samudra Atlantik. Pertemuan dua arus laut ini ditandai perbedaan warna dari kedua lautan. Air laut dari Samudra Atlantik berwarna biru lebih terang, sedangkan air laut Mediterania berwarna biru lebih gelap, lebih pekat. Garis batasnya dapat terlihat jelas. Mengapa? Karena kedua lautan memiliki sifat-sifat air yang sangat berbeda. Suhu, kadar garam, dan kerapatan air (density) yang berbeda. Ketika keduanya bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing laut tidak berubah. Meski sama-sama zat cair, namun ternyata kedua air dari kedua lautan ini tidak bercampur. Bahkan, air laut Mediteranian menyusup sampai kedalaman 1.000 m di bawah Samudra Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya. Subhanallah!
Inilah bukti nyata dari ayat Al-Qur’an:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19-20)
MUNGKINKAH RASUL MENYELAMI DULU SELURUH SAMUDERA LALU MEMBUAT AYAT INI???
Sumber: Ar-Risalah Ramadhan-Syawal 1430 H/ September 2009
DIBALIK DI HARAMKAN NYA BABI
Posted: September 5, 2010 by christology in MUKJIZAT AL-QURAN
4
Bob : Tolong beritahu saya, mengapa seorang Muslim sangat mementingkan mengenai kata-kata “Halal” dan “Haram”; apa arti dari kata-kata tersebut?
Yunus : Apa-apa yang diperbolehkan di istilahkan sebagai Halal, dan apa-apa yang tak diperbolehkan diistilahkan sebagai Haram, dan Al-Qur’an lah yang menggambarkan perbedaan antara keduanya.
Bob : Dapatkah anda memberikan contoh?
Yunus : Ya, Islam telah melarang segala macam darah. Anda akan sependapat bahwa analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat), suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.
Bob : Anda benar mengenai sifat beracun dari uric acid, dalam tubuh manusia, senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan dalam kenyataannya kita diberitahu bahwa 98% dari uric acid dalam tubuh, dikeluarkan dari dalam darah oleh Ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui air seni.
Yunus : Sekarang saya rasa anda akan menghargai metode prosedur khusus dalam penyembelihan hewan dalam Islam.
Bob : Apa maksud anda?
Yunus : Begini… seorang penyembelih, selagi menyebut nama dari Yang Maha Kuasa, membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan urat-urat dan organ-organ lainnya utuh.
Bob : Oh begitu… Dan hal ini menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh, bukannya karena cedera pada organ vitalnya.
Yunus : Ya, sebab jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak dirusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun; hanya pada masa kini lah, para ahli makanan baru menyadari akan hal ini.
Bob : Selanjutnya, selagi masih dalam topik makanan; Mengapa para Muslim melarang pengkonsumsian daging babi, atau ham, atau makanan lainnya yang terkait dengan babi?
Yunus : Lebih lanjut lagi, apakah anda tahu kalau babi tidak dapat disembelih di leher karena mereka tidak memiliki leher; sesuai dengan anatomi alamiahnya? Muslim beranggapan kalau babi memang harus disembelih dan layak bagi konsumsi manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang hewan ini dengan memiliki leher. Namun diluar itu semua, saya yakin anda tahu betul mengenai efek-efek berbahaya dari komsumsi babi, dalam bentuk apapun, baik itu pork chops, ham, atau bacon.
Bob : Ilmu kedokteran mengetahui bahwa ada resiko besar atas banyak macam penyakit. Babi diketahui sebagai inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya.
Yunus : Ya, dan diluar itu semua, sebagaimana kita membicarakan mengenai kandungan uric acid dalam darah, sangat penting untuk diperhatikan bahwa sistem biochemistry babi mengeluarkan hanya 2% dari seluruh kandungan uric acidnya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya.
MENDAPAT HIDAYAH DARI KULIT
Kulit Sebagai Panca Indera
Profesor Tejatat Tejasen mengucapkan kalimat “Laa illaha illallah Muhammad Rasul Allah.” Pria ini mengucapkan kalimat shahadah. Dengan demikian dia menyatakan menjadi seorang Muslim. Hal ini terjadi selama Konferensi Kedokteran ke-5 yang diadakan di Riyadh, Saudi Arabia. Dialah Profesor Tejatat Tejasen, Ketua Jurusan Anatomi di Chiang Mai, Universitas Thailand. Dia sebelumnya Dekan Fakultas Kedokteran di Universitas yang sama.
Kami menunjukkan beberapa ayat al-Quran dan Hadis Nabi kepada Profiesor Tejasen yang sesuai dengan keahliannya dalam bidang anatomi. Dia memberi alasan bahwa mereka juga memiliki kitab dalam agama Budha yang menerangkan gambaran fase perkembangan embrio yang sangat akurat. Kami mengatakan kepadanya bahwa kami sangat senang dan tertarik untuk melihat gambaran itu dan belajar tentang kitab itu. Setahun kemudian, Profesor Tejasen datang ke Universitas King Abdul Aziz sebagai penguji dari luar. Kami mengingatkannya tentang pernyataan yang dibuatnya setahun yang lalu, tetapi dia minta maaf dan mengatakan bahwa pada saat dia membuat pernyataan itu tanpa mengetahui persoalan itu dengan pasti. Akan tetapi, ketika dia mencek Kitab Tripitaka, ternyata dia tidak menemukan pertalian dengan pokok masalah.
Atas dasar hal ini, kami menghadirkan sebuah kuliah tertulis Profesor Keith Moore tentang kecocokan antara embriologi modern dengan apa yang tertulis di dalam al-Quran dan Sunnah. Dan kami bertanya kepada Profesor Teja sen jika dia tahu tentang Profesor Keith Moore. Bahkan dia menjawab bahwa dia tentu tahu Profesor Moore dan menambahkan bahwa Profesor Moore adalah salah satu ilmuwan dunia yang terkenal dalam bidangnya.
Ketika Profesor Tejasen mempelajari artikel ini, dia juga sangat heran. Kami menanyakannya beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan keahliannya. Salah satu pertanyaan itu menyinggung tentang penemuan terbaru dalam hal dermatologi tentang sifat-sifat kulit sebagai salah satu alat panca indera.
Dinyatakan kepada Profesor Tejasen: “Anda akan tertarik untuk mengetahui isi kitab ini, kitab al-Quran, sebagai referensi pada 1400 tahun yang lalu yang menyinggung tentang persoalan hukuman bagi orang yang tidak beriman atau kafir yaitu akan masuk neraka yang dipenuhi api. Dalam hal ini dinyatakan bahwa ketika kulit mereka mengalami kerusakan, Allah membuat kulit lain untuk mereka sehingga mereka merasakan hukuman balasan di dalam neraka itu. Ini menunjukkan pengetahuan tentang bagian terakhir dari urat syaraf dalam kulit dan ayat tersebut artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kulit mereka hangus, Kami ganti mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ” (QS an-Nisa : 56)
Kami menanyakannya: “Jadi Anda setuju bahwa ini referensi tentang pentingnya bagian terakhir dari urat syaraf dalam perasaan kulit, 1400 tahun yang lalu?” Profesor Tejasen menjawab: “Ya, saya setuju.”
Pengetahuan tentang perasaan kulit ini telah diketahui lama sebelumnya, sebab hal ini dikatakan jika seseorang berbuat salah, kemudian dia akan dihukum dengan menghanguskan kulimya dan kemudian AIlah akan menggantinya dengan kulit baru, yang menutupi mereka agar mereka tahu bahwa dia disiksa kembali. Hal ini berarti mereka tahu beberapa tahun lalu bahwa rangsangan perasaan sakit pasti ada di kulit, sehingga mereka akan diganti dengan kulit yang baru. Kulit adalah pusat kepekaan luka bakar. Oleh karena itu, jika kulit terbakar api seluruhnya, akan kehilangan kepekaannya. Dengan berdasar alasan inilah maka Allah akan menghukum orang-orang kafir di hari kiamat dengan mengembalikan kulit mereka ke keadaan semula secara terus menerus, sebagaimana Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia berfirman dalam al Quran surat an-Nisa : 56.
Kami menanyakan kepadanya sebuah pertanyaan sebagai berikut: “Apakah mungkin ayat-ayat al-Quran ini datang dari Nabi Muhammad SAW dari sumber manusia?” Profesor Tejasen mengakui bahwa ayat-ayat al-Quran tidak mungkin bersumber dari manusia. Akan tetapi dia masih menanyakan tentang sumber ilmu pengetahuan itu dan dari mana Nabi Muhammad kemungkinan menerima ayat-ayat itu? Kami menjawab: “Dari Allah, Yang Maha Agung dan Maha Mulia.” Kemudian dia bertanya: “Siapakah Allah itu?” Kami menjawab: “Dia adalah pencipta semua yang ada di jagat raya ini. Jika Anda mendapatkan kebijakan kemudian hal ini hanya datang dari satu-satunya Yang Maha Bijaksana. Jika anda menemui pengetahuan dalam pembuatan alam semesta ini, Dialah pencipta alam semesta, satu satunya Yang Maha Mengetahui. Jika Anda mendapatkan kesempurnaan komposisi ciptaan-Nya, inilah bukti bahwa Dialah Yang Maha Sempurna. Dan jika Anda mendapatkan kemurahan hati kemudian memberikan kesaksian ini pada kenyataan bahwa penciptaan itu dimiliki sebagai satu kesatuan tata tertib dan menghubungkan bersama dengan kuat, kemudian inilah bukti bahwa inilah ciptaan Sang Pencipta, Allah Yang Maha Agung dan Maha Kuasa.
Profesor Tejasen setuju dengan apa yang kami terangkan kepadanya. Dia kembali ke negaranya di mana dia menyampaikan beberapa perkuliahan tentang pengetahuan barunya dan penemuannya. Kami telah memberikan informasi kepada lima orang mahasiswa yang kemudian masuk Islam sebagai hasil dari perkuliahan ini. Kemudian pada saat Konferensi Kedokteran ke-5 yang diselengagrakan di Riyadh, Profesor Tejasen mengikui seri perkuliahan tentang tanda-tanda kedokteran dalam al-Quran dan Sunnah. Profesor Tejasen menghabiskan empat hari dengan beberapa perkuliahan, Muslim dan non-Muslim, membicarakan tentang fenomena di dalam al-Quran dan Sunnah. Pada sesi akhir itu, Profesor Tejasen berdiri dan berkata:
“Pada hari ketiga tahun-tahun terakhir ini, saya menjadi tertarik mempelajari al-Quran yang mana Syeikh Abdul Majid az-Zindani berikan kepada saya. Tahun lalu, saya mendapati tulisan Profesor Keith Moore terakhir dari Syeikh. Dia meminta saya menerjemahkan ke dalam bahasa Thai dan memberikan sedikit kuliah kepada Muslim di Thailand. Saya telah memenuhi permintaannya. Anda dapat melihatnya dalam video tape yang saya berikan kepada Syeikh sebagai sebuah hadiah. Dari penelitian saya dan apa yang saya pelajari secara keseluruhan dalam konferensi ini, saya percaya bahwa semuanya yang telah tertulis di dalam al Quran pasti sebuah kebenaran, yang dapat dibuktikan dengan peralatan ilmiah. Sejak Nabi Mubammad SAW yang tidak dapat membaca maupun menulis, Muhammad pasti seorang utusan yang menyiarkan kebenaran yang diturunkan kepadanya sebagai seorang yang dipilih oleh Sang Pencipta. Pencipta ini pasti Allah atau Tuhan. Oleh karena itu, saya berpikir inilah saatnya saya mengucapkan kalimat “Laa illaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah) Muhammad Rasul Allah (Muhammad adalah utusan Nya). “
Saya tidak hanya belajar dari pengetahuan ilmiah selama konferensi itu, tetapi juga kesempatan yang bagus bertemu dengan beberapa ilmuwan baru dan bertemu dengan mereka sebagai sesama peserta. Hal yang paling berharga yang saya peroleh ketika datang ke konferensi ini adalah saya mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasul Allah,” dan saya menjadi seorang Muslim.
Kebenaran itu datangnya dari Allah sebagaimana firmannya di dalam al-Quran:
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menyuruh (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkara lagi Maha Terpuji. ” (QS Saba’: 6)
LINTAH DI PERUT IBU
“Kemudian Kami jadikan nutfah itu ‘alaqah. Lalu ‘alaqah tadi Kami jadikan mudgah, ….” (QS.Al-Mukminun 23:14)
Ayat di atas merupakan firman Allah SWT mengenai tahapan kejadian manusia sejak berupa air mani (nutfah)sampai menjadi janin di dalam kandungan ibu. Suatu mukjizat karena pada 1400 tahun yang lalu belum ada ilmu kedokteran dan teknologi USG yang bisa menjelaskan secara akurat tahapan terjadinya bayi. Aristoteles memang telah menulis tantang tahap pertumbuhan embrio anak ayam pada abad ke 4 SM. Galen menulis buku tentang plasenta dan selaput fetal di abad ke-2 M. Gambar janin dalam kandungan baru dilukis oleh Leonardo da Vinci di abad ke-15 M. Leeuwenhoek dengan mikroskop sederhana mengamati tahap perkembangan embrio anak ayam pada 1673. Sedangkan tahap perkembangan embrio manusia baru dirinci pada 1941. Tafsir Departemen Agama mengartikan kata ‘alaqah sebagai “segumpal darah” dan kata mudgah diartikan sebagai “segumpal daging”. Suatu terjemahan yang mudah dimengerti umum.
Seorang dokter Muslim, Ibrahim B. Syed, dari Fakultas Kedokteran Universitas Louiseville, Kentucky, Amerika Serikat, mengungkapkan hasil temuannya yang berbeda. Menurutnya, kata ‘alaqah dalam bahasa Arab mempunyai dua pengertian. Pertama, sesuatu yang menempel dan menyangkut pada sesuatu yang lain. Ini menggambarkan tentang terjadinya proses penyangkutan, lalu menempel dan tertanamnya blastocyst ke lapisan kompak endometrium. Suatu proses mengagumkan yang mustahil diketahui orang 14 abad yang lalu. Kedua, ‘alaqah berarti lintah (leech), binatang pengisap darah. Embrio manusia melekat di dinding endometrium dari uterus, dengan cara persis seperti seekor lintah yang melekat di kulit kita.
Seperti lintah yang mengisap darah korban, embrio manusia juga mengisap darah, nutrisi dari dinding endometrium sang ibu hamil. Lebih ajaib lagi, bentuk embrio pada umur 24 hari juga miirp sekali dengan bentuk seekor lintah. Pada abad-7 M belum ada mikroskop, jadi bagaimana mungkin nabi Muhammad SAW bisa menggambarkan bahwa calon manusia di perut ibu awalnya berbentuk seperti lintah? Allaahu Akbar.
Al-Qur’an melanjutkan bahwa pada tahap berikutnya bentuk lintah tadi dijadikan Allah sebagai mudgah. Terjemah Indonesianya ialah “segumpal daging”. Namun, Dr.Ibrahim B.Syed mengutarakan bahwa arti asli darimudgah adalah sesuatu yang bekas digigit (chewed substances or chewed lumps). Nah, gambar foto ukuran 4 minggu ternyata menyerupai daging yang ada bekas deretan gigi yang menggigitnya. Deretan yang mirip bekas gigitan itu adalah bakal tulang punggung dan kerangka utama sang bayi nantinya.
Paparan beliau semakin memantapkan keyakinan kita bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat luar biasa. Dia berisi isyarat-isyarat sains dan teknologi yang akan terbukti satu per satu, untuk meyakinkan orang yang masih ragu bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk hidup di segala bidang di dunia ini. Wallahu a’lam.
Sumber: “Mukjizat Sains dalam Al Qur’an” oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI
BERBICARA DENGAN POHON
“Bertasbih kepada-Nya tujuh langit dan bumi dan siapa yang ada di sana, dan tidak ada sesuatu pun yang tidak bertasbih memuji-Nya, namun kamu tidak paham tasbih mereka, sesungguhnya Dia Maha Lembut dan Maha Pengampun.” (QS.Al-Israa’ 17:44)
Haikal, alumnus Teknik Planologi Unisba, mengaku bahwa dia bisa bercakap-cakap dengan pohon. Suatu hal yang tidak masuk akal bagi anggapan umum. Tetapi dia tidak sendirian, komunitas orang-orang yang memiliki kemampuan di luar normal semacam itu jumlahnya banyak di dunia. Ternyata, Islam pun tidak menolak fenomena seperti itu.
Dalam Sahih Bukhori kitab Al Manaqib tertulis sejarah sebuah tiang yang diberi nama ‘istiwanah al mukhallaqahdi Mesjid Nabawi, Madinah. Ubay bin Ka’ab r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu sholat di dekat tiang mesjid yang terbuat dari tunggul batang kurma dan bersandar pada batang itu waktu berkhutbah. Kemudian seorang sahabat membuatkan mimbar dengan tiga anak tangga supaya Rasululllah SAW bisa tampak dari barisan belakang. Ketika beliau mulai memakai mimbar yang baru, terdengar oleh para jama’ah suara jeritan batang kurma yang ditinggal, sedih karena tidak disentuh lagi oleh tangan beliau yang mulia. Menurut Jabir r.a rintihannya seperti suara unta 10 bulan. Mendengar suara itu, Rasulullah SAW turun lagi dari mimbar, mengusap batang kurma itu, dan membujuknya sampai tenang berhenti menangis. Hasan al-Bashri dalam Fathul Baariberkomentar, “Batang kurma saja merintih rindu agar Rasulullah SAW kembali padanya, manusia seharusnya lebih rindu lagi bertemu beliau.”
Di waktu yang lain, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memanggil sebuah pohon, lalu pohon itu menghampiri. Ketika Rasulullah SAW bersama Abu Bakar dan Umar berjalan di lereng gunung, terjadi gempa kecil,beliau berbicara kepada gunung, “Wahai gunung, diamlah, di atasmu ada utusan Allah dan dua manusia utama.” Gempa itu pun berhenti. Pada waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, untuk menentukan lokasi mesjid Nabawi, beliau menyerahkan kepada untanya yang bernama Qaswah, “Ikuti saja untaku, di mana dia berhenti dan mendekam, di sana mesjid harus dibangun, karena untaku dibimbing Allah.”
Berbicara kepada pohon, tanaman, binatang, dan gunung batu dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Selama ini, bicara dengan semut, burung, dan angin dianggap monopoli mukjizat Nabi Sulaiman a.s yang tidak mungkin dicapai manusia lain. Rasanya pembatasan itu tidak mutlak dan bisa dilonggarkan (ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits harus menjadi inspirasi bagi hidup manusia sekarang). Peristiwa-peristiwa aneh yang disebut mukjizat para nabi itu dulu berfungsi meyakinkan umatnya yang kafir. Tetapi bagi umat yang sudah beriman hari ini, peristiwa-peristiwa ganjil itu harus beralih fungsi menjadi isyarat untuk diteliti lebih lanjut. Selama penelitian ilmiah tentang mukjizat ditujukan untuk memperkuat aqidah bukan menggoyahkannya, dia harus didukung penuh. Mukjizat tidak haram diteliti.
Dr. Zajir Abdul Karim, seorang ilmuan india, ketika berceramah di Pusat Riset King Fahd Hospital di Jeddah menyebutkan tentang penemuan sains modern bahwa semua tumbuhan bisa merasakan sakit. Tumbuh-tumbuhan bisa merasa bahagia, sedih, dan bisa menjerit kesakitan. Masya Allah… Telinga manusia tidak dapat mendengarnya karena frekuensi jeritan yang berbeda. Suatu percobaan di labolatorium menghubungkan tanaman dengan elektroda, untuk meneliti apakah tumbuh-tumbuhan yang dicincang bisa “mengenali” orang yang mencincangnya. Lonjakan grafik terjadi di monitor ketika orang yang mencincangnya masuk ke ruangan. Ini membuktikan tentang hal itu. Konon, tanaman yang dirawat dengan kasih sayang sambil diajak bercakap-cakap, bisa tumbuh lebih sehat dan subur.
Larangan memotong pohon-pohonan, memindah batu-batuan, dan berburu di tanah haram, seharusnya menimbulkan renungan inspirasi bagi ilmu ekologi. Firman Allah SWT di atas telah membuktikannya. Dalam Al-Qur’an dan hadits masih banyak terdapat keterangan yang menjelaskan tentang sujud dan tasbihnya gunung, ikan, dan rumput. Seharusnya hal ini mendorong ilmuan Muslim lebih aktif meneliti komunitas antar manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan batu-batuan. Wallahu a’lam…
Sumber: “Mukjizat Sains dalam Al Qur’an” oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI
GUNUNG TERBANG
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.An-Naml 27:88)
Para ahli tafsir klasik agak kesulitan menjelaskan ayat di atas. Gunung yang jelas-jelas besr dan berhenti, kok disebut terbang melayang? Al-Khazin dalam tafsirnya Lubabut Ta’wii fi Ma’anit-Tanzil mengatakan bahwa gunung-gunung itu tadinya beterbangan di udara, lantas jatuh ke bumi menancap sehingga memperkokohnya. Sedangkan al-Baghawy dalam tafsir Ma’alimut-Tanzil mengatakan bahwa ayat tadi menggambarkan hari kiamat. Saat itu, gunung-gunung akan beterbangan seperti awan.
Wahbah Zuhaily, mufassir tahun 2000, dalam tafsir Al-Wasith juga menyebutkan bahwa ayat itu tentang hari kiamat. Padahal, bunyi ayat tadi jelas: Engkau melihat gunung seperti tidak bergerak, padahal dia terbang. Ini tentunya mengenai kejadian sekarang. Sebab di hari kiamat nanti, ketika gunung sedang beterbangan, akan terlihat beterbangan juga.
Cara Allah menyandingkan sifat gunung yang diam sekaligus terbang memerlukan tafsir ilmiah. Sains menemukan bahwa bumi kita ini sedang berputar berotasi dengan kecepatan 1670 km per jam. Manusia yang sedang berdiri di permukaannya, tidak merasa bahwa sebetulnya dia tidak diam, tetapi sedang melaju secepat peluru. Artinya, gunung-gunung juga sedang melaju secepat itu. Padahal tampaknya diam berdiri kokoh. Lalu pada saat yang sama bumi juga melayang mengitari matahari dengan kecepatan lebih tinggi lagi, 108.000 km per jam. Jadi manusia dan gunung-gunung yang tampak diam, sebenarnya sedang melesat 60 kali kecepatan peluru. Ternyata matahari juga tidak berhenti. Dia sedang melaju bersama planet-planetnya mengitari pusat galaksi Bima Sakti denagn kecepatan 720.000 km per jam. Lebih dari 400 kali kecepatan peluru. Dan galaksi Bima Sakti kita bersama 200 miliar mataharinya juga sedang melesat dengan kecepatan 950.000 km per jam mengarungi angkasa luar. Allaahu Akbar.
Jadi, manusia, gunung, dan benda-benda di bumi saat ini sedang melayang dengan kecepatan yang sangat berbahaya, hamper sejuta km per jam. Setiap saat bisa terjadi tabrakan fatal dengan benda langit yang melintas. Tetapi manusia tidak merasakan gerakan itu. Manusia tidak khawatir apa-apa. Masih tenang-tenang saja berbuat maksiat. Astaghfirullahal ‘adzim…
Sumber: “Mukjizat Sains dalam Al Qur’an” oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS.An-Naba’ 78: 6-7)
Sepanjang sejarah, manusia selalu terpana oleh tinggi dan besarnya gunung. Mereka menganggap gunung adalah tempat suci, tempat bersemayam Tuhan. Orang Jepang Menyakralkan gunung Fuji. Dewa-dewi orang Yunani tinggal di gunung Olympus. Pegunungan Himalaya merupakan tempat dewanya orang India dan Tibet. Gunung Merapi dianggap angker oleh orang Yogyakarta. Gunung Agung tempat dewanya orang Bali. Semua mengaitkan gunung pada fungsi mistik supranatural. Hanya Islam yang menempatkan kembali fungsi gunung secara ilmiah.
Dalam Al-Qur’an kita temukan kata gunung sebanyak 49 kali. Di antaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Pasak atau paku besar adalah benda yang menancap ke dalam. Artinya, kepala pasak yang tampak di luar selalu jauh lebih pendek dibanding panjangnya batang yang terhujam. Ketika agama-agama primitive selama selama ribuan tahun hanya takjub pada ketinggian gunung, Al-Qur’an mementahkan kekaguman sesat mereka itu. Ternyata bukan tingginya, tetapi kedalaman akar gunung yang menghujam sampai 15 kali lipat dari tinggi di atas permukaan bumi, itulah yang lebih dahsyat. Al-Qur’an menegaskan bahwa fungsi gunung adalah pasak bumi yang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Itu adalah sebuah konsep tentang gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal.
Baru 20 tahun yang lalu para ahli geofisika menemukan bukti bahwa kerak bumi berubah terus. Ketika itu baru ditemukan teori lempeng tektonik (plate tectonics) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan horizontal lithosfer.
وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan Dia menancapkan di bumi supaya tidak goncang bersama kamu …. (QS. An-Nahl 16:15)
Rasulullah SAW “Tatkala Allah Menciptakan bumi, bumi bergoyang dan menyentak, lalu Allah menenangkannya dengan gunung.” Bagaimana mungkin Nabi SAW yang buta huruf dan hidupnya di abad ke-6 di tengah masyarakat padang pasir, bisa mengetahui tantang gerakan horizontal lithosfer bumi yang berfungsi menstabilkan goncangan? Subhanallah…
Memang, sejak tahun 1620-an, para ilmuan seperti Francis Bacon dan RPF Placet dari Perancis mengamati kemungkinan bahwa dahulu benua Amerika, Eropa, dan Afrika pernah menyatu. Pada 1858, Antonio Snider mengemukakan tentang konsep Continental Drift, mengambangnya benua-benua. Kemudian menurut ahli geologi Austria, Eduard Sues, semua benua dulunya memang menjadi satu, diberi nama Godwanaland. Sedangkan ilmuan Jerman Alfred Wegener menamakannya Pangea. Namun teori-teori itu belum mendapatkan pengesahan, sampai tahun 1960-an saat ditemukannya bukti-bukti meyakinkan bahwa benua-benua memang bergerak. Kecepatan pergerakan itu 1 cm per tahun di khatulistiwa, sampai 9 cm per tahun di jalur pegunungan. Dan itu adalah 1400 setelah Al-Qur’an memberitahukan tentang konsep gunung kepada manusia! Allaahu Akbar!
Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengepung di atas substratum plastis (astenosfer), yang tebalnya sampai 3000 km. lempengan itu bergerak secara horizontal dan saling bertabrakan dari waktu ke waktu dan terlipat ke atas dan ke bawah, melahirkan gunung-gunung. Misalnya, tabrakan lempeng India dan lempeng Eurasia menghasilkan formasi rantai pegunungan Himalaya dengan puncak tertingginya gunung Everest setinggi 8,848 km, terbentuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke dalam bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya pergerakan lempeng lithosfer. Itulah fungsi gunung. Tanpa gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antar lempang akan lebih drastis dan mungkin membahayakan kehidupan. Wallahu a’lam
Ir.H.Bambang Pranggono, MBA. IAI