Ada ratusan dan mungkin ribuan perbedaan antara agama Hindu, Buddha, Yahudi danKristen; dan mereka boleh jadi berdiri dengan poros terpisah satu sama lain, tetapi ‘M’ yang agung, dimana semuanya berkumpul bersama dan sepakat, adalah ‘M’ dari Muhammad. Dalam kenyataannya, ada tiga ‘Ms’ dalam Muhammad. Dalam bahasa Arab, tanda perubahan pada ‘M’ yang kedua, sesungguhnya adalah pengganti dari kedua ‘Ms’, dan karenanya diungkapkan dalam bahasa Inggris sebagai dobel M. Seperti halnya ‘Om’ mempunyai kepentingan dan keutamaan yang besar di antara umat Hindu dan Buddhis, dengan cara yang sama, kaum Yahudi dan Kristiani mempunyai silabus mistik mereka, yakni Maranatha, Alpha dan Omega serta Emet. Nubuatan yang diucapkan oleh seluruh nabi di dunia ini menegenai kedatangan Nabi Suci Muhammad adalah sedemikian mencolok dan jelas sehingga menolak dan tidak senang atas hal itu sama juga dengan mengingkari cahaya matahari di siang bolong. Pengharapan atas seorang yang dijanjikan dalam semua agama rupa-rupanya semakin kuat setelah Isa Almasih, sebab saat kedatangan seorang Suci telah semakin dekat. Isa telah meninggalkan para muridnya dalam keadaan yatim. Sang pengantin harus menghadapi salib pada hari perkawinannya; sehingga pesta kawin itu menjadi berantakan dan harus lari ke persembunyian dengan terburu-buru. Tak seorangpun yang memberikan mereka kenyamanan dan penghiburan. Namun kumpulan angin kebencian tak dapat menghapuskan kedip sinar kebenaran. Iman dan Pengharapan timbul di antara mereka, yang cocok dengan ramalan Isa tentang kedatangan Ruh Kebenaran yang lain. Kami akan mewacanakan hal ini dengan terinci ketika berbicara mengenai Nubuatan tentang Paraclete, yang dicatat dalam Alkitab Santo Yohannes. Sekarang, kita hanya akan memecahkan dan mengungkapkan suatu kata singkatan (silabus) mistik setelah Isa Almasih.
Bila dua umat Kristen bertemu satu sama lain, maka mereka, sebagai ganti mengucapkan salaam, maka satu sama lain mengatakan salam ‘Maranatha’. Dan penyebutan silabus ini tidak saja dalam bersalam satu sama lain, melainkan juga dalam komuni Suci. Di saat mereka mencicipi anggur dan memecah roti, mereka serukan ‘Maranatha’ dengan suara keras. Bila mereka berkumpul untuk beribadah di malam gelap pada suatu tempat untuk memperoleh pembebasan dari rasa duka dan penderitaan, malam itu, sebagai pertanda atas pembacaan secara berkesinambungan ‘Maranatha’, maka mereka menyebutnya ‘Malam Maranatha’. Silabus ini dipercaya oleh mereka sebagai kata singkatan yang membawa rahmat besar. Ini menciptakan dalam diri mereka suatu perasaan hangat dari semangat dan gairah hidup, dan di dalamnya mereka memegang cahaya harapan dan sukses. Berangsur-angsur, jika ada sesuatu hal pokok untuk tujuan kehidupannya, yang menjadi harapan terakhir serta terpenuhinya ramalan, maka itu adalah ‘Maranatha’. Pagi dan sore mereka biasa mengumandangkan silabus ini di antara mereka. Juga, bila seorang Kristen menemukan dirinya kurang pas dan terabaikan, dia bersiap dengan seruan ‘Maranatha’, dan kekurangperhatian dan kurang aktifannya seketika berubah kedalam ayunan semangat serta penuh harapan. Dalam rumah, di jalanan, dalam gereja, di kegelapan malam, dalam pertemuan harian upacara dan ibadah keagamaan, di manapun, udara berdengung dengan seruan dan getaran ‘Maranatha’. Bila seorang Kristen menulis kepada saudara Kristennya, dia menutup suratnya dengan ‘Maranatha’, sebagai ganti upacara salam kita yakni ‘Assalamu’alaikum’.
Dalam Mss, dari Westcott, Tischendorf dan Hortianus, itu merupakan kata tunggal, tetapi dalam manuskrip yang lain itu merupakan dua kata yang ditulis terpisah yakni ‘Maran-ath’. Para pakar peneliti dari abad kini lebih cenderung pada pandangan bahwa ini adalah dua kata yang berbeda, tetapi para ahli berbeda pendapat mengenai titik dimana dua kata itu mestinya dipisahkan. Kebanyakan dari mereka menerima pendapat Bickell bahwa itu adalah ‘Marana-tha’ meskipun Schindt mengaku kata itu adalah ‘Maran-atha’. Encyclopaedia Biblica(1) dan Hastings Dictionary of the Bible(2) telah membuat suatu wacana terinci atas perkara itu, tetapi segala sesuatunya cuma dugaan dan pra-anggapan serta tak ada ilmu yang benar diberikan. Perjanjian Baru mempunyai dua Surat yang ditujukan oleh Paulus kepada Korintus. Dalam Surat pertama ditulis (1:Korintus: 16:22):
“Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!”
Maranatha telah ditafsirkan dengan arti ‘Tuhan kita datang’. Tetapi buat kaum Yahudi itu adalah suatu silabus dengan hujatan yang paling buruk, kutukan dan dampratan; dan tidak ada kata hujatan yang lebih keras yang dipunyai mereka dibanding kata singkatan ini. Karena itu, para komentator menghadapi kesulitan besar dalam menafsirkan baris-baris Surat Paulusdi atas. Namun, suatu jawaban bisa diraba untuk keluar dari dilema ini. Dinyatakan bahwaPaulus ingin mengatakan bahwa orang yang tidak mencintai Isa Almasih akan memperoleh pukulan dengan siksa yang paling keras, dan didoakan semoga Tuhan segera datang guna menghindarkan pembalasannya atasnya.
Betapa pun, fakta permasalahannya adalah bahwa kaum Kristiani oada abad-abad permulaan telah ditindas dengan kejam dan merupakan masyarakat yang kebingungan. Yesus meninggalkan mereka dalam lubang, perlakuan buruk yang menyakitkan, serta penguasaan dari musuh-musuhnya melebihi yang bisa dipikul dengan darah dan air mata. Keimanan dan daya tahan mereka, dalam kondisi tertekan seperti ini, telah digetarkan dan diguncangkan supaya runtuh, namun kata-kata ‘Maranatha’ telah memberi mereka kekuatan hati dan pengharapan. Nubuatan ini adalah, sebagaimana adanya, suatu penafsiran atas datangnya “Penghibur yang lain”, yang dibicarakan dalam Alkitab menurut Santo Yohannes. Hati mereka memetik keberanian dari pengharapan bahwa Tuhan akan datang untuk menghukum dan mencambuk para penentang serta penganiayanya. Kata-kata St.Yohannes (16:8-11)bahwa Penghibur itu, ketika dia datang, akan membalas terhadap dosa orang-orang kafir dan akan menjalankan keadilan sebagai bukti dan pembenaran atas pengharapan ini. Dan karena sebab inilah mengapa di antara kaum Kristen pada abad itu, ada getaran dan kegairahan semacam itu dalam ‘Maranatha’, yakni ‘Tuhan kami datanglah’. Tetapi karena yang datang adalah nasib malang, maka lebih lama ada penundaan atas datangnya Tuhan, semakin kecewalah umat Kristiani yang menjadi kurang sabar. Hati mereka tertekan, kegairahan mereka mendingin dan membeku; dan slogan itu, setelah beberapa waktu, seolah kurang berguna dan tidak penting bagi mereka, dan pelan-pelan itu meninggalkan arena dan hilang. Pengantin ini yang menantikan kedatangan pasangannya dengan obor di tangannya, ketika sebagian besar malam telah lewat, terlanjur jatuh menjadi korban perpecahan dan masa-bodoh. Tetapi janji ‘Maranatha’, hendaknya difahami dengan jelas, telah terpenuhi dan digenapi. Tuhan telah datang, dan dia telah membalas serta membuktikan kesalahan musush-musuh Isa Almasih, dan duduk di pengadilan terhadap para penentang Kebenaran.
Nubuatan ini tidak saja diucapkan oleh Yesus Kristus, melainkan telah dinyatakan, sejak dunia di gelar, kepada segenap bangsa di dunia melalui mulut dari nabinya masing-masing. Henokh, yang oleh kaum Muslim disebut Idris, adalah seorang nabi besar generasi ke tujuh setelah Adam. Dengan mengacu kepada Kitab pengumumannya, ramalan ini telah dinyatakan kembali dalam Surat Yudas (Perjanjian Baru) sebagai berikut:
“Juga tentang mereka Henokh, keturunan ke tujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: “Sesungguhnya Tuhan datang dengan sepuluh ribu orang kudusnya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadapnya”. (Surat Yudas 14-16).
Nabi Henokh, atau Idris, mengumumkan dengan jelas bahwa Tuhan yang akan datang, akan datang dengan sepuluh ribu orang-orang kudusnya, dan adalah suatu peristiwa yang tak terbantah dalam sejarah, bahwa pada peristiwa futuh Mekkah, Nabi Suci ditemani oleh sepuluh ribu sahabatnya yang kudus. Selanjutnya, fakta akan kemenangan Mekkah ini membuktikan dengan nyata bahwa para penyembah berhala, terlepas dari usaha mati-matian mereka, telah ditaklukkan dan dimakzulkan, serta peradilan sepenuhnya dilangsungkan kepada para musuhnya itu atas kekafirannya.
Setelah Idris, nubuatan ini diulangi dan dinyatakan lagi oleh Musa dengan kata-kata berikut ini:
“Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu kepada orang Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: “Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dengan sepuluh ribu orang yang kudus”(Ulangan 33:1-2).
Untuk suatu wacana yang lebih lengkap dari masalah ini, acuan bisa dilakukan atas nubuatan dari Musa ini. Kenyataan bahwa Musa menyebutkan ramalan ini segera setelah beliau mau wafat, menunjukkan dan memperlihatkan penting dan keunggulannya yang besar. Setelah Musa, nubuatan ini diulang lagi dalam Maleakhi (3:1), akhir dari seluruh kitab Nabi-nabi Bani Israil, dari Perjanjian Lama, yang mengulangi lagi datangnya Utusan yang adalah Utusan dari Perjanjian dengan Ibrahim, mengenai berkhitan, yakni, bahwa dia adalah Utusan yang berkhitan. Yesus, sebelum keberangkatannya dari tanah itu juga mengungkapkan berita gembira akan kedatangannya (Yohannes 16:7-16). Nubuatan dari Henokh, atau Idris, juga diulang lagi dalam satu kitab terakhir dari Perjanjian Baru, yakni Surat Yudas (14-15), dan dalam bagian penutup dari Wahyu kepada Yohanes, janji yang sama atas kedatangan Tuhan juga disebut dan diulang lagi (Wahyu kepada Yohanes, 1:7, 22:12). Sekarang benar-benar jelaslah bahwa Nabi Suci Muhammad adalah Alpha dan Omega, karena kisah itu bermula dari nubuatan oleh Henokh, atau Idris, dan dengan pengulangan serta pernyataan kembali dalam Alkitab setelah mendekati akhir, dengan perkataan, yakinlah bahwa Aku segera datang, yakni untuk menyatakan, bahwa itu telah diwahyukan kepada Santo Yohanes bahwa Tuhan akan segera tiba.
Sekarang kita ingin mengatakan sesuatu mengenai pengertian para pakar Yahudi dan Kristententang ‘Maranatha’. Bahwa ini merupakan kata gabungan yang berasal dari, ada yang mengatakan dua patah, yang lain menyatakan tiga patah kata, bagaimanapun telah diterima oleh segala kalangan. Tetapi mereka tetap berbeda dan tidak mufakat atas komponen yang menjadi bagiannya. Ditulis dalam leksikon bahasa-bahasa kuno (3), bahwa komponen bagiannya adalah ‘Maran-a-tha’, dan terjemahan yang diberikan adalah:
“Tuhan kita datang yakni untuk mengadili”.
Penafsiran ini selanjutnya disokong dan dibenarkan oleh Peshitta version of the Bible.
Leksikon yang lain menyatakan:
“Ini agaknya muncul untuk ditambahkan ‘sebagai suatu kata pelindung yang berat’ untuk menekankan bagi para murid pentingnya kebenaran bahwa Tuhan itu sudah dekat; maka mereka harus bersiap menyambutnya”.(4)
‘Maranatha’ ditafsirkan dengan tiga jalan yang berbeda:
- Tuhan telah datang.
- Tuhan kita sedang datang (Philo., 4.5.)
Bagaimanapun, para pakar sepakat bahwa ‘Maranatha’ itu tidak berasal dari Aramaic, Ibrani, ataupun Yunani, melainkan ini adalah suatu istilah Syria, dan tertulis dalam naskah Syria.
Seluruh pencarian atas arti penting ‘Maranatha’ ini bisa disimpulkan dan diringkas seperti di bawah ini.Dalam awal abad Kekristenan istilah ini merupakan kata yang sudah umum. Di kota dan di jalanan, di rumah dan di gereja, dalam pertemuan di malam hari, perkumpulan di siang hari, di mana saja, ada pekikan ‘Maranatha’ yang mengisi udara dengan suara, dan dipercaya bahwa Tuhan akan segera datang untuk menjatuhkan pembalasannya atas musuh-musuh Yesus dan kaum Kristen, serta melakukan pengadilan atas para penindas dan yang tertindas, dan bahwa dia tidak akan tanpadaya, taanpa teman, serta lemah seperti sebelumnya, melainkan akan dikaruniai kekuatan dari langit, dan datang dengan pasukan malaikat yang menerapkan hukuman yang setimpal bagi musuh-musuhnya.
Tetapi sebaliknya kaum Yahudi mengira, bahwa ‘Maranatha’ adalah suatu istilah kutukan. Bangsa Mesir, Iran, Babylonian, semua telah menzalimi dan memperlakukan buruk atas bani Israil, yang adalah umat pilihan Tuhan, dengan penindasan yang paling keras; karena itu kedatangan Tuhan bukanlah hari penuh berkah dan kasih sayang; Tuhan kita, kata mereka, adalah Tuhan yang suka melaknat dan murka, dan kedatangannya akan menjatuhkan pembalasannya terhadap musuh-musuh yahudi. Tetapi setelah beberapa lama pekik harapan dan kemenangan ini tersapu habis dari kalangan mereka, sehingga orang-orang mulai tertekan dan kecewa menyangkut kedatangan Tuhannya ini. Bagaimanapun, sebagai fakta, Tuhan telah datang, dan muncul pada saat yang telah ditentukan. Tetapi para perawan (yakni para pakar) yang menunggu pengantin ini jatuh dalam kekurang-perhatian dan kelambanan, mengantuk dan jatuh tertidur nyenyak, dan karenanya tidak dapat masuk ke rumah bersama sang pengantin.
Dalam hubungan ini, satu argumen yang menentukan dari kebenaran pengakuan Nabi Suci ialah bahwa, sebagaimana kaum Hindu dan Rishi Weda memiliki dalam ‘Mamaha’ nubuatan tentang M yang agung, dan dalam penarikan nafas panjang mereka mengulang-ulangi ‘OM’, maka kontemplasi terhadap M yang sama, dianjurkan (hal mana telah didiskusikan panjang lebar dalam halaman yang telah lalu), dengan cara yang sama, jika ada, dengan kaum Yahudi dan Kristen; Sulaiman mencintai Muhammad (6), dan di samping itu, pekik ‘Maranatha’ di antara kaum Kristiani. Tetapi rahasia tentang ini tidak bisa diungkap baik oleh pakar Yahudi maupun Kristiani. Karena itu, tinggallah bagi seorang pengikut yang berbakti dalam cahaya Muhammad untuk menyingkap dan membuka penutupnya.
Struktur yang sejati dan benar dari ‘Maranatha’ adalah Ma-ara-natha yang berarti ‘Yang Agung, yang dijanjikan ‘M’ akan segera datang’. Karena itu, adalah tanpa guna dan sia-sia sekarang ini untuk menyerukan slogan itu. Bergeraklah di sekeliling dan tunjukkan keimananmu kepada Muhammad, Dia yang Dijanjikan, dari semua agama di dunia ini, dan lihatlah betapa dia mengutuk dan menghinakan yang menyerang Isa Almasih, dan juga menghukum serta membalas para penindas kaum Yahudi dengan hukuman yang setimpal, dan, dengan memasukkan orang-orang lain ke dalam iman Islam, telah membuat mereka mendatangkan kedamaian serta rahmat bagi para nabi Bani Israil. Berkelilinglah di jalan-jalan di Mesir dan Iran, Syria dan Babylonia, serta pasanglah telingamu ke dinding masjid dan dengarkanlah:
“Ya Allah, jadikanlah Muhammad serta para pengikut Muhammad penuh sukses, sebagaimana telah kaujadikan Ibrahim dan para pengikut Ibrahim penuh sukses”.
Siapakah orang-orang ini yang bersama-sama Nabi Suci Muhammad s.a.w. memohonkan rahmat bagi Ibrahim serta anak-anaknya, Ishak dan Ya’kub, Musa dan Isa, tidak hanya sekali setahun, atau sekali pada saat bulan purnama di suatu hari khusus, melainkan lima kali sehari terus-menerus? Mereka bermohon semoga Tuhan Yang Maha-tinggi mengaruniai kedamaian dan rahmat kepada segenap nabi suci dari seluruh dunia. Inilah umat yang tadinya merupakan musuh yang keras bagi umat Yahudi dan agamanya, tetapi yang menunjukkan keimanan kepadanya yang namanya dimulai dengan M yang agung. Dan tiada orang lain kecuali Muhammad, dimana dia juga ada dalam tiga M dari Brahma, Ibrahim serta Gautama Buddha, yang dijanjikan oleh para nabi dan rishi. Berkahilah dia yang mencintai dan ‘M’ Besar yang telah diramalkan oleh mereka, serta yang memperoleh keselamatan dan pembebasan!
1. Cheney, Encyclopaedia Biblica, “Maranatha”.
3. Boxterf: Lexicon of Chaldian, Co.1248.
4. Alfred’s Greek Testament adloe. Cyclopaedia Biblical Literature, vo.v, h.730-731,1894, New York.
6. Lihat nubuat Sulaiman di bawah judul ‘Solomon Muhammadin’ Song of Solomon, 5:16.
—————————————————
Sumber :
MUhammad Dalam Kitab Suci Dunia
Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 – 1978)
—————————————————
Sumber :
MUhammad Dalam Kitab Suci Dunia
Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 – 1978)
—————————————————