Selain memberikan kesaksian di tabloid rohani Kristen, Saifuddin Abraham juga mengumbar alasan-alasan murtad dari Islam dan beralih menjadi penginjil Kristendalam buku biografinya. Dalam buku testimoni 138 halaman yang ditulisnya, bekas ustadz Ma’had NII Al-Zaytun asal Bima NTB ini bercerita bahwa salah satu alasan dia meninggalkan Islam dan beralih menjadi Kristen, karena menurutnya Islammengajarkan perang dan radikalisme, sedangkan Kristen tidak mengajarkan perang sama sekali. Menurutnya, ayat-ayat perang dalam Al-Qur’an yang memperbolehkan untuk membunuh orang kafir di mana saja mereka berada. Tiga ayat yang dimaksud adalah Al-Baqarah 191, At-Taubah 5, At-Taubah 29. Terhadap ayat-ayat ini, Saifuddin berkomentar menantang:
“Saya tidak menemukan ayat dengan fi’il amar (kata perintah) dalam Alkitab yang secara gamblang menyuruh membunuh orang, dan juga tidak menemukan ayat dalam kitab Tripitaka atau kitab Wedha perintah yang sama. Ini harus menjadi perhatian para ulama dan pendeta untuk membimbing umat dengan arif, penuh toleran dan damai.” (hlm. 35-36).
Menuding Islam sebagai agama sadis yang menyuruh umatnya untuk membunuh orang Kristen secara biadab sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an, adalah sebuah pembodohan dan pembohongan agama. Karena ayat-ayat yang berbicara dalam konteks perang terhadap kafir harbi (orang kafir yang melakukan permusuhan) ini hanya berlaku dalam situasi perang, tidak dalam kondisi damai.
Dalam peperangan, teori apapun pasti menyatakan boleh bahkan wajib mengangkat senjata untuk melawan dan memerangi musuh yang zalim dan terlebih dahulu melakukan penyerangan dan pembunuhan. Jadi, tidak ada yang aneh dalam syariat perang yang diajarkan Al-Qur’an.
Saifuddin masuk Kristen karena menganggapnya sebagai agama kasih yang jauh dari perang dan pembunuhan. Sehingga ia berani berkata lantang: “Saya tidak menemukan ayat dengan fi’il amar (kata perintah) dalam Alkitab yang secara gamblang menyuruh membunuh orang.”
Pernyataan ini membuktikan bahwa Saifuddin sangat tidak paham terhadap Alkitab (Bibel), kitab suci barunya. Dalam Bibel, ayat perang yang sangat buas justru diperagakan oleh Tuhan. Dengan kalimat sadis “Bunuhlah dan tumpaslah,” Tuhan Yang Maha Kasih dalam Bibelnya Saifuddin juga mengeluarkan fi’il amar untuk menumpas habis semua penduduk dan makhluk bernyawa, sampai punah tanpa belas kasihan sama sekali:
“Majulah ke negeri Merataim, majulah menyerangnya dan menyerang penduduk Pekod! Bunuhlah dan tumpaslah mereka, demikianlah firman Tuhan, lakukanlah tepat seperti yang Kuperintahkan!” (Yeremia 50:21).
”Karena Tuhan yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa” (Yosua 11:20).
”Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kau biarkan hidup apa pun yang bernafas, melainkan kau tumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu” (Ulangan 20:16-17, baca selengkapnya ayat 1-20).
Bahkan sekedar untuk membalaskan dendam Israel kepada orang Amalek, Tuhan dalam Bibel mengeluarkan perintah (dengan fi’il amar) untuk membunuh dan menumpas seluruh rakyat dan binatang ternak tanpa ada belas kasihan sedikitpun, baik laki-laki, perempuan, anak balita, maupun binatang ternak (1 Samuel 15: 1-11).
Di ayat lain Tuhan memerintahkan Yosua untuk melakukan membantai semua penduduk, membunuh semua makhluk yang bernafas, menjarah harta dan membakar kota (Yosua 11:6-15).
Tanpa banyak komentar, semua orang bisa melihat dalam ayat-ayat Bibel tersebut Tuhan memerintahkan (dengan fi’il amar) untuk membuang belas kasihan dalam membunuh dan menumpas seluruh penduduk yang bernyawa baik manusia dewasa, wanita, anak balita maupun binatang. Membaca ayat-ayat Bibel tersebut, sungguh terlalu bila Saifuddin tidak tercelikkan matanya, dan keukeuh meyakini Tuhan Bibel tidak pernah menyuruh orang untuk membunuh.
Situasi ini berbeda dengan konsep Islam yang membolehkan memerangi kafir harbi dengan sepenuh etika dan aturan kemanusiaan yang tidak boleh dilanggar, antara lain: tidak boleh berlebih-lebihan dan melampaui batas (Qs. Al-Baqarah 190); dilarang melakukan penyiksaan, mutilasi, mengorbankan anak-anak, dan membunuh orang di rumah ibadah (HR Muslim).
Alasan Saifuddin meninggalkan Islam lalu beralih menjadi Kristen dengan alasan Islammengajarkan radikal sedangkan Kristen mengajarkan kasih, adalah alasan yang keliru bahkan terbalik. Dengan kata lain, Saifuddin murtad karena pemahaman yang keliru dan terbalik.
Saifuddin Abraham harus merenung dan berpikir ulang dengan hati nurani yang jernih terlepas dari berbagai keinginan, nafsu kedagingan dan iming-iming duniawi. Karena fakta sejarah maupun teologis, justru bertolak-belakang dengan alasan yang dijadikan alasan Abraham untuk pindah agama.
Semoga dengan fakta-fakta yang terungkap dalam artikel ini, Saifuddin bisa mengambil ibrah. Jika tidak, maka benarlah firman Allah dalam surat Hud 24, bahwa perbandingan golongan kafir dan golongan mukmin itu seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan mendengar. Tidakkah Saifuddin mengambil pelajaran daripada perbandingan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar