Sabtu, 04 Juni 2011

Imam Khomeini: Hadapi Israel di Medan Nyata, Bukan di Meja Perundingan

Posted: 02 Jun 2010 08:02 AM PDT
Dunia akhirnya membuka mata kantuknya saat para aktivis perdamaian dari 44 ‎negara menuju ke tanah Gaza demi membawa pesan kebebasan mereka dari ‎blokade rezim Zionis Israel. Aksi mereka membuka kembali jendela harapan bagi ‎‎1,5 juta warga Gaza. Dunia ingin bangkit, namun mentari belum juga muncul.‎
Para pembawa misi perdamaian dan persahabatan tersungkur bersimbah darah ‎oleh rezim penjarah. Pejaman mata dunia masih belum juga terbuka untuk ‎menyaksikan mimpi buruk yang didemonstrasikan rezim buatan yang didukung ‎para pengusung (baca: pengaku) hak asasi manusia. Segala kebiadaban ini telah ‎dilakukan selama 60 tahun, dan dunia Barat yang mengaku beradab masih saja ‎asyik mengingkarinya.‎
Imam Khomeini ra sebagai pemimpin besar dunia adalah politikus besar yang ‎paling pertama menyikapi rezim penjajah Palestina.‎
Ketika orang-orang Zionis membakar Masjidul Aqsa pada 18 Agustus 1969, Imam ‎Khomeini ra langsung mengutuk tindakan tersebut. Beliau dalam pernyataan ‎bersejarahnya mengenai renovasi Masjidul Aqsa menyatakan, "Selama Palestina ‎belum dibebaskan, umat Islam tidak boleh merenovasinya dan puing-puing ‎Masjidul Aqsha dampak kejahatan Zionis disaksikan oleh seluruh dunia."‎
Pada periode Revolusi Islam, Imam Khomeini ra dalam berbagai pernyataannya ‎senantiasa menegaskan wajib jihad bagi seluruh umat Islam untuk membebaskan ‎Palestina, mendukung kelompok-kelompok pejuang Palestina dan pentingnya ‎memerangi Zionis. Semua ini dilakukan Imam Khomeini ra agar opini publik dunia ‎terus mengingatnya.‎
Fakta-fakta sejarah membuktikan bahwa perselisihan paling penting Imam ‎Khomeini ra dengan rezim Syah Pahlevi kembali pada masalah pengaruh rezim ‎Zionis Israel di Iran dan kehadiran anasir-anasir Zionis Israel di sejumlah jabatan ‎pemerintahan.‎
Sikap pertama Imam Khomeini ra bersamaan dengan dimulainya perjuangan politik ‎beliau terhadap rezim Syah Pahlevi terkait dengan penolakan rezim ini memboikot ‎minyak bagi Zionis Israel dan pemutusan hubungan dengan rezim penjajah al-‎Quds.‎
Imam Khomeini ra dalam wawancaranya tertanggal 17 Desember 1978 ‎mengatakan, "Satu alasan mengapa saya berhadap-hadapan dengan Syah, ‎kembali pada sikapnya membantu Israel. Ia menjarah minyak umat Islam dan ‎memberikannya kepada Israel. Ini dengan sendirinya menjadi faktor penentangan ‎saya terhadapnya."‎
Puncak sikap anti-Zionis Israel Imam Khomini ra dan dukungannya terhadap rakyat ‎tertindas Palestina dalam menentukan Hari Quds Sedunia, hari Jumat terakhir ‎bulan Ramadhan sebagai hari perjuangan melawan para arogan, zalim dan Zionis. ‎Sekaitan dengan hari ini, Imam Khomeini ra dalam pesannya mengatakan, "Hari ‎Quds adalah hari sedunia. Bukan hari yang dikhususkan untuk al-Quds, tapi hari ‎orang-orang tertindas menghadapi para arogan…"‎
Bila saat ini, dunia tengah sedih menyaksikan pembantaian para aktivis ‎perdamaian, mengapa tidak menyimak petunjuk Imam Khomeini ra dalam ‎menghadapi arogansi rezim Zionis Israel?‎
Cara pandang komprehensif Imam Khomeini ra terhadap masalah perjuangan ‎melawan Zionis Israel mengantarkan beliau pada satu kesimpulan bahwa Zionis ‎Israel adalah manusia-manusia yang tidak pernah taat pada hukum internasional. ‎Mereka berbuat segalanya sekehendak hati. Bagi Israel, masyarakat internasional ‎hanya angin lalu.‎
Dalam pemikiran Imam Khomeini ra, solusi masalah Palestina bukan melalui jalur ‎politik dan diplomasi. Menurut Imam Khomeini ra, rezim Zionis Israel merupakan ‎kanker dan satu-satunya jalan mengobatinya adalah dengan memusnahkannya. ‎Imam Khomeini ra berkeyakinan bahwa negara-negara dunia harus mengisolasi ‎rezim Zionis Israel dan memutuskan segala bentuk hubungan perdagangan dan ‎diplomasi.‎
Sekaitan dengan peran lembaga-lembaga internasional yang berafiliasi dengan ‎kekuatan-kekuatan imperialis dunia, Imam Khomeini ra menyampaikan pandangan ‎tegasnya. Kepada seluruh umat Islam dan banga-bangsa independen dunia Imam ‎berkata, "Umat Islam tidak perlu menanti lembaga-lembaga internasional ‎melakukan sesuatu untuk mereka. Bangsa-bangsa harus bangkit dan memaksa ‎setiap pemerintahnya menghadapi Israel. Jangan cukup hanya dengan ‎mengecam."‎
Serangan brutal rezim Zionis Israel hari Senin yang berujung pada syahidnya 20 ‎aktivis perdamaian dan melukai puluhan lainnya, dunia semakin terbuka matanya. ‎Debu yang dahulunya menutupi wajah para pemimpin Zionis Israel mulai menepi ‎dan wajah bengis mereka semakin tampak. Dunia semakin ngeri menyaksikan ‎wajah asli Zionis Israel.‎
Namun sampai kini dunia masih bingung dan jalan di tempat. Sementara ular yang ‎diciptakan oleh kekuatan hegemoni dunia mulai membuka mulutnya ingin ‎membinasakan manusia. Peristiwa perang 6 hari, 22 hari dan 33 hari serta ‎pelbagai kebiadaban lainnya dan pada akhirnya serangan brutal terhadap konvoi ‎bantuan kemanusiaan menyadarkan manusia. Apa yang dikatakan oleh Imam ‎Khomeini ra itu benar adanya.‎
Menghadapi Zionis Israel bukan di meja perundingan, tapi harus di medan nyata. ‎‎(IRIB/SL/PH)‎
Wassalam