Minggu, 27 November 2011

INTIFADAH AL-AQSA DALAM ANGKA


Semenjak hari pertama Intifadah tahap kedua, tentara Israel menanggapi lemparan batu orang Palestina dengan serangan helikopter, tank, dan senjata modern. Sejauh ini, lebih dari 1000 warga sipil kehilangan jiwanya, dan hampir 20.000 terluka. (Karena Intifadah masih merentang sayapnya saat penerbitan angka-angka ini, jumlah ini terus meningkat.) Rumah-rumah dan taman-taman Palestina masih dihancurkan oleh bulldozer-bulldozer Israel, perekonomian Palestina menderita kerugian besar, dan rakyatnya 50% lebih miskin. Sementara itu, mereka lebih dihambat lagi dengan balok semen, pembangunan pemukiman baru, dan jalan raya yang dibangun untuk pemukiman.
Jawaban Bekas Perdana Menteri Ehud Barak untuk semua keadaan tak berperikemanusiaan ini sangat menarik dalam hal mencerminkan sikap pemerintahan Israel:
Jangan tanya saya bagaimana bentrokan di Gaza dan Tepi Barat serta wilayah lain akan berhenti. Kami atas dasar hukum dapat menggunakan segala cara yang kami miliki melawan perlawanan Palestina. Saya tak peduli berapa banyak orang Palestina yang meninggal. Satu-satunya yang saya pedulikan adalah keamanan rakyat saya.99
APAKAH PENYEBAB KEBENGISAN INI?



Dilatih dengan filsafat Zionis, tentara Israel telah berubah menjadi pribadi yang kejam, kehilangan belas kasih, rasa sayang, cinta, dan tenggang rasa. Ini menerangkan mengapa tentara Israel menunjukkan penghinaan dan darah dingin, bahkan sewaktu membunuh orang tak bersalah.
Komentar Eitan, seorang jenderal dalam perang Israel, bahkan lebih mengejutkan lagi:
Kami tidak menyesali segala yang telah kami lakukan. Kami siap melakukan apa pun untuk keamanan tentara dan rakyat kami. Tentara-tentara kami telah diberi perintah untuk menembak para demonstran Palestina. Kami harus menimbulkan rasa takut ke dalam hati mereka dengan menembaki dada dan kepala mereka.100
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
(Qur'an, 41:34)
Pernyataan penting lain dibuat oleh Rabbi Ovadia Yosef, yang dianggap sebagai salah satu “orang alim” dari Partai Shas sayap kanan, seorang mitra koalisi persatuan nasional Sharon. Yosef berkata: "Terlarang hukumnya mengasihani mereka, kalian harus memberi mereka rudal, dengan sukarela, musnahkan mereka. Orang-orang jahat, orang-orang terkutuk."101
September 2000-Maret 2002
Distribusi usia yang Terbunuh di Bawah 15th
Jumlah
%
Under 15
151
11.7
16-18
138
10.7
19-29
656
51.0
30-39
171
13.4
40-49
68
5.3
Over 50
73
5.7
Tempat luka
Jumlah
%
Kepala dan leher (termasuk 10 orang tertembak di belakang)
330
25.7
Dada (termasuk 24 orang tertembak di belakang)
240
18.6
Perut
62
4.8
Tubuh secara umum
499
38.8
Tangan
8
7.2
Angka-angka ini, yang meliputi jangka waktu antara September 2000 dan Maret 2002 dilaporkan oleh Lembaga HDIP Palestina dengan menggunakan data yang diperoleh dari organisasi yang aktif di daerah ini, seperti PBB dan Palang Merah. (www.hdlp.org)
Angka-angka menunjukkan bahwa tentara Israel telah menjalankan perintah itu dengan penuh semangat. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Palestina, 23% dari lebih dari 1000 orang yang terbunuh selama Intifadah al-Aqsa bahkan belum berusia 18 tahun. Bahkan yang lebih penting lagi adalah bahwa 84% dari mereka yang tewas tidak ambil bagian dalam segala bentrokan maupun demonstrasi.; 33% dari mereka yang terluka di Tepi Barat ditembak dengan peluru tajam; dan 65% dari luka-luka tersebut terjadi di bagian atas tubuhnya. Dari jumlah yang terluka di Jalur Gaza, 37% dari semua luka berasal dari peluru tajam dan 60% luka itu berada di atas pinggang. Jumlah keseluruhan yang terluka mencapai 20.000 orang. Dari jumlah ini, 2000 orang menderita cacat seumur hidup. Bahkan, rumah sakit yang merawat warga Palestina yang terluka juga sering menjadi sasaran serangan itu. Sejumlah total 1850 orang, 50% dari mereka anak-anak telah ditahan; 900 di antaranya masih dalam penjara-penjara Israel.


HANYA ADA SATU TUJUAN: MEMBUNUH


Anak-anak yang menjadi sasaran peluru Israel, dan seorang ibu dengan bayinya yang berumur 6 bulan ditembak oleh tentara Israel ketika ia sedang menggendongnya. 

  
Ketika pejabat berwenang Israel ditanya tentang penyebab kekerasan, jawabannya selalu sama: “Kami cuma membalas serangan yang dilancarkan pada kami.” Namun bagaimana anak-anak dan bayi bisa menyerang tentara Israel, dan dengan senjata apa? Bagaimana bisa anak-anak ini, yang ditembak di tempat-tempat paling kritis, mungkin membahayakan tentara Israel yang dipersenjatai dengan senjata otomatis?
Sejumlah total 4000 bangunan mengalami kerusakan parah, sementara 6584 rumah rusak sebagian. Dari rumah-rumah ini, 580 dimusnahkan sepenuhnya. Bangunan yang rusak meliputi 30 mesjid, 12 gereja, dan 134 unit penyimpanan air. Tentang sekolah, 66 buah sepenuhnya tak dapat digunakan dan 275 lainnya rusak berat. Tujuh dari sekolah yang rusak telah menjadi gudang-gudang militer Israel. Di samping itu, 30 sekolah lain dibakar oleh tentara Israel, yang menyebabkan kerusakan senilai $400.000. Selama 2 bulan pertama Intifadah al-Aqsa, 132 murid tertembak dan terbunuh sewaktu mereka pulang sekolah.102
All of these figures show one thing: The Israeli government is practicing a conscious and systematic policy of destruction toward the Palestinian people. The common excuse of "for security reasons" given by the authorities is nothing but a lie. These figures show that Israeli soldiers are using their weapons not to disarm or neutralize for security purposes, but to kill and maim. Most of those who have been crippled or killed were shot in the chest, head, and back. It must be obvious that a soldier cannot neutralize anyone by shooting him or her in the head or chest, or in the back while he or she is running away.
Harian Turki SABAH,
22 Mei 2001
JIKA PEMBOMAN SETIAP HARI BUKAN PERANG, JADI, APA NAMANYA?
Harian Turki TURKIYE, 11 Juni 2001
TANK-TANK ISRAEL MENYEBAR KEMATIAN

Harian Turki CUMHURIYET, 12 Juli 2001
PEMBERSIHAN ETNIS DI PALESTINA
Juru bicara Uni Arab Ashravi menuduh Israel berniat melenyapkan orang-orang Palestina.

Harian Turki YENI MESAJ, 7 Juli 2001
ISRAEL NEGARA RASIS

Harian Turki AKIT, 17 Juli 2001
SERANGAN ATAS AL-KHALIL
Tentara pendudukan Israel memasuki al-Khali dengan tank-tank dan menyerang kantor-kantor polisi Palestina. Sembilan orang terluka dalam peristiwa ini, yang disebut sebagai lebih besar dibanding serangan Kamis.

Harian Turki YENI MESAJ, 19 Juli 2001
BOM DIJATUHKAN DI ATAS WILAYAH PALESTINA

Harian Turki RADIKAL, 19 Mei 2001
ISRAEL MENGABAIKAN GENCATAN SENJATA
Dengan menggunakan ledakan di Tel Aviv sebagai alasan, Israel melangkah lebih jauh dalam pertikaian wilayah ini. Sewaktu pemerintah Palestina menyatakan gencatan senjata sebelah pihak, pesawat Israel terbang di atas Libanon dan dua orang Palestina dibunuh oleh pemukim Yahudi.

Harian Turki YENI MESAJ, 15 Mei 2001
SERANGAN PENGECUT ISRAEL
Tentara Israel membunuh petugas polisi Palestina ketika sedang tidur. Helikopter-helikopter Israel juga meluncurkan serangan roket dekat markas Arafat.

Bahkan semenjak hari pertama Intifadah al-Aqsa, Israel telah melakukan kebijakan pro-kekerasan. Bahkan ketika gencatan senjata dua pihak diumumkan, tentara Israel terus melanjutkan pengeboman terhadap rakyat Palestina.
Hasil jajak pendapat Gallup yang dilakukan selama salah satu masa terkeras dalam Intifadah al-Aqsa yang muncul pada edisi Oktober 2000 majalah Israel Ma’ariv, menunjukkan bahwa rakyat Israel mendukung kebijakan membabi buta ini. Sementara warga Israel mungkin menganggap diri mereka sebagai elang, merpati, atau burung dara, jajak pendapat ini mengungkap satu kenyataan penting: Bagi sebagian besar orang Israel, kekerasan menjadi bagian lazim kehidupan. Menurut penelitian ini, hanya 7% orang Israel yang menganggap bahwa militer telah menggunakan kekuatan berlebihan. Sebanyak 93% lainnya berpikir bahwa tanggapan militer itu layak, atau bahkan mereka seharusnya lebih keras lagi. Sejumlah 60% dari peserta jajak pendapat percaya bahwa warga Palestina seharusnya meninggalkan Tanah Suci sepenuhnya.103 Eprahim Sneh, yang saat itu menteri pertahanan, menyebutkan hal berikut ketika pembunuhan kejam dua wanita tak bersenjata memunculkan pertanyaan apakah tentara Israel tengah menggunakan kekuatan berlebihan: "Kami sedang bermain di taman bermain dengan aturan kami, dan tak seorang pun bebas dari hukuman."104
Harian Turki MILLI GAZETE, 6 Juli 2001
ISRAEL CEMAS TERBONGKAR MELAKUKAN PEMBANTAIAN
Harian Turki ZAMAN, 19 Sep. 2000
ISRAEL MEMBURU SATU ORANG
Harian Turki YENI SAFAK, 20 Mei 2001
KEKEJAMAN DALAM PEMBANTAIAN
Harian Turki TURKIYE, 15 Mei 2001
ISRAEL MEMICU KEKERASAN
Harian Turki ORTADOGU, 25 Mei 2001
TANK-TANK ISRAEL DI GAZA
LOS ANGELES TIMES, 29 Juli 2001
MIDDLE EAST, Juli 2001
IMPACT, Juli 2001
NEW YORK TIMES, 30 Juli 2001
W. REPORT, Januari 1996

Diumumkannya gencatan senjata atau babak baru perundingan damai tidak mengubah apa pun di Palestina, karena Israel telah menjalankan perang berdasar ideologi atas rakyat Palestina. Sepanjang Israel tidak meninggalkan mentalitas Zionisnya, darah, air mata dan ketakutan akan berlanjut. Bentrokan di Palestina digambarkan di berbagai laporan media di atas.

THE NEWS TRIBUNE, 14 Agustus 2001
CRESCENT INT. 1-15 Sep. 2001
Sebuah artikel di The News Tribune, yang berjudul “Israel Strikes West Bank (Israel Menyerang Tepi Barat),” membahas salah satu dari serbuan yang kerap di lakukan atas wilayah Palestina. Kantor-kantor pemerintahan Palestina kewalahan menghadapi penyerangan ini. Artikel Herald Tribune, “Israeli Police Seize Palestinian Offices (Polisi Israel Mengepung Kantor-kantor Palestina),” melaporkan kejadian ini.
I. HERALD TRIBUNE, 11-12 Agustus 2001
SEATTLE POST, 6 September 2001

The Seattle Post membahas bagaimana Israel menjadikan kantor-kantor polisi Palestina sebagai sasarannya dalam pernyataannya “Israeli missiles batter Palestinian security post in Gaza (Rudal-rudal Israel memukul kantor petugas keamanan Palestina di Gaza)."
THE NEW YORK TIMES, 24 Agustus 2001
THE NEW YORK TIMES, 21 Agustus 2001
THE NEW YORK TIMES, 20 Agustus 2001

Meskipun The New York Times terkenal karena sikap pro-Israelnya, serangan dan kekejaman pemerintah Israel kadang-kadang sudah tak bisa diingkari lagi sehingga bahkan surat kabar ini harus melaporkan dilema rakyat Palestina. Artikel di atas melaporkan bahwa tentara Israel menduduki Hebron dalam 2 jam. Artikel “Palestinians’ Daily Chore: A Dirty Obstacle Course (Keseharian Rakyat Palestina: Jalanan Penuh Rintangan Tak Berprikemanusiaan,” dicetak tebal bersama foto seorang Palestina antri di pos pemeriksaan untuk mendapat izin melewati jalan itu. Artikel “Palestinian and His 2 Children in Day’s Toll (Seorang Palestina dengan 2 Anaknya Membayar Pajak Harian)” menerangkan bahwa orang-orang Palestina terbunuh hampir tiap hari.
Jadi, siapakah yang menentukan aturan permainan ini, dan bagaimana? Siapakah orang yang menetapkan aturan-aturan ini? Jawaban untuk pertanyaan seperti itu, seperti telah kita sebutkan sebelumnya, terkubur dalam pada ideologi Zionis rasis para pemimpin Israel. Menurut paham ini, dunia dibagi atas dua kelompok yang terdiri atas Yahudi dan non-Yahudi, dan semua non-Yahudi selalu bisa menjadi musuh. Menurut paham rasis, kekerasan dan penindasan sepenuhnya layak.
Perdana Menteri Ariel Sharon, yang memperuncing pertentangan dengan kunjungannya yang menghebohkan itu ke Mesjid Aqsa, menunjukkan sudut pandang ini. Misalnya, di kejadian ketika ia bertanggung jawab atas pembunuhan hampir 3000 warga sipil di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla, serta penyiksaan dan pembunuhan ratusan orang dalam penyerbuan ke desa-desa Palestina yang dilakukan oleh kekuatan Unit 101 yang dipimpinnya. Sharon juga seorang perancang kekejaman yang dilakukan di Palestina saat ini. Penulis Israel Uri Avnery menyimpulkan keadaan ini dalam sebuah artikel yang menggambarkan kehidupan dan kepribadian Sharon:
Sharon mempercayai dalil-dalil Zionis-Yahudi. Dunianya terbagi atas Yahudi dan Goyim (non-Yahudi)… Yahudi diizinkan menggunakan semua cara yang mungkin tersedia, atau non-Yahudi akan menghancurkan mereka. Nilai-nilai yang berlaku di seluruh dunia tidak ada artinya. Kami sedang berhadapan dengan mereka semua, mereka semua berhadapan dengan kami. Seperti lagu Israel yang populer: “Seluruh dunia melawan kita, tapi kita tidak memberi ampun."105
...Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qur'an, 5:2)
Bagian penting lain yang menentukan sikap para pemimpin Israel atas warga Palestina digambarkan oleh profesor psikologi Israel Benjamin Beit Hallahmi:
Etos bangsa Israel… adalah menyebut diri sebagai pemenang, dan tak berperasaan terhadap pecundang. Jangan pernah memiliki ciri orang yang lemah, karena kamu tidak ingin seperti mereka. Ini kelihatannya menjadi semangat penuntun kehidupan bangsa Israel… Seorang pejabat yang dilahirkan sebagai Israel… tidak pernah menjadi korban dalam keadaan apa pun. Satu-satunya kenyataan yang ia tahu adalah menjadi penguasa, pengendali, di atas orang lain… Apa yang menandai pengalaman menjadi seorang Israel adalah bertempur, terus menerus, tanpa harapan akan perdamaian abadi. Perang tidak hanya menjadi jalan hidup, melainkan cara memandang kehidupan. Ini mengarah pada sebuah pandangan dunia yang hanya bisa digambarkan sebagai tempat bersaing: melihat dunia sosial hubungan antara manusia dan antar manusia sebagai hutan di mana hanya yang paling kuat yang bertahan. Pendirian pandangan dunia Israel sangat terpengaruh oleh apa yang sering disebut dengan Darwinisme sosial, sebuah pandangan tentang dunia yang dibagi atas penguasa dan yang dikuasai, orang yang dominan dan orang lain.106
KEKEJAMAN DI MANA-MANA 

Tugas tentara Israel di pos-pos pemeriksaan adalah mempersulit kehidupan rakyat Palestina.

Kantor-kantor polisi Palestina adalah target utama.
Anak-anak Yahudi dicuci otaknya untuk meyakini bahwa seluruh rakyat Palestina adalah musuh.

Pendudukan Orient House oleh tentara Israel, yang dianggap sebagai lambang Otorita Palestina di Yerusalem Timur, dan penahanan setiap orang yang bekerja di sana meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. Dengan perbuatan itu, Israel sekali lagi memperlihatkan bahwa mereka menentang perdamaian.
Contoh lain yang menggambarkan sikap Darwinis Sosial ini ditemukan dalam pernyataan tahun 1975 yang dilontarkan oleh pemimpin Israel terkenal Yitzhak Shamir. Setelah persetujuan PBB tentang resolusi yang menggambarkan Zionisme sebagai sebuah jenis pandangan rasis, Shamir mengungkap bagaimana ia memandang tidak hanya rakyat Palestina melainkan juga orang lain di dunia:
Tidak dapat diterima bahwa bangsa-bangsa yang terdiri atas orang-orang yang baru turun dari pohon harus menjadikan dirinya pemimpin dunia… Bagaimana makhluk terkebelakang seperti itu memiliki pendapat sendiri?107
Menachem Begin, seorang teroris yang bertanggung jawab atas banyak kejadian berdarah pada tahun 1940an, kemudian menjadi salah satu pemimpin politik terpenting Israel, tak perlu menyebutkan jabatan perdana menterinya. Ia bahkan melangkah lebih jauh dari Shamir, dengan angkara murka mengartikan orang Palestina sebagai “binatang berkaki dua."
Israel telah mengubah seluruh pernyataan ini, serta kejadian-kejadian kejam yang telah dimainkannya di Palestina selama 50 tahun terakhir, menjadi sejenis teror suci, jelas, Israel mengikuti kebijakan terencana untuk menghancurkan orang-orang Palestina. Setiap jenis kejadian teroris, dari embargo ekonomi hingga pembukaan pemukiman baru Yahudi, dari pembunuhan anak-anak di jalanan hingga penyiksaan orang Palestina di penjara, semuanya adalah tahap-tahap yang telah direncakan untuk penghancuran keseluruhan rakyat Palestina.
Rencana ini mempunyai peran dalam segala pembangunan strategis di tempat ini semenjak Perang Dunia I. Para Zionis membawa impian rasisnya menjadi kenyataan dengan memaknainya kembali sehingga memanfaatkan harapan keagamaan Yahudi akan penebusan dosa. Ini menyebabkan mereka pindah dalam gelombang-gelombang ke tempat ini, dan akhirnya mendirikan negara bangsa yang merdeka di atas tanah curian. Inilah mengapa para pemimpin Israel mengingkari dunia dengan mengatakan: “Jalur Gaza dan Tepi Barat adalah tanah yang dijanjikan untuk orang Yahudi oleh Tuhan; kami tidak akan meninggalkan tempat yang telah kami masuki.” Sebagian besar pemimpin Israel memiliki keteguhan atas pandangan Zionis seperti itu sebagai “tanah terjanji” dan “orang terpilih.” Keteguhan yang dimiliki oleh orang Israel atas pandangan agama seperti itu tidaklah berasal dari pengabdian yang ikhlas pada Tuhan, melainkan dari hubungan yang mereka buat antara ideologi rasis dan fasis mereka dengan penafsiran menyimpang atas Perjanjian lama. Dengan kata lain, agama suci Yudaisme telah dimanfaatkan untuk mencapai tujuan Zionisme, sebuah paham duniawi. Jika mereka tulus dalam keimanan agamanya, mereka akan menghentikan kebrutalan dan penyiksaan yang disebutkan dalam buku ini, karena rabbi anti-Zionis Dovid Weiss pernah berkata: orang-orang Yahudi diperintah oleh Tuhan Yang Maha Perkasa untuk hidup damai dengan semua manusia dan bangsa-bangsa di muka bumi."108
Melakukan Perjuangan yang Sejalan dengan Etika Al-Qur’an
Sewaktu mengkritisi pembersihan etnis atas rakyat Palestina, permasalahan lain yang harus dikemukakan adalah bagaimana orang Palestina dan Muslimin lainnya harus menanggapi teror ini.
Seluruh Muslimin harus hidup sesuai dengan tata cara yang telah diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Betapa pun adil dan benarnya Muslimin dalam kehidupannya setiap hari, dalam bisnisnya, atau dalam hubungan pribadinya, mereka harus menunjukkan nilai-nilai yang sama selama masa peperangan, sembari membela dirinya, atau bahkan sewaktu terusir dari tanah mereka. Mereka masih harus menempatkan dirinya di tangan Tuhan, menghormati hukum-hukum Allah, dan mengikuti perintah-perintah-Nya.
Kata “Islam” memiliki arti yang sama dengan kata “damai” dalam Bahasa Arab. Al-Qur’an mengajak manusia melakukan etika Islam, yang melaluinya dunia bisa dijadikan tempat bagi perdamaian dan tenggang rasa. Allah memerintahkan kita untuk memerintah dengan adil dan tanpa membeda-bedakan manusia, untuk melindungi hak-hak manusia, menentang kekejaman, membela yang tertindas dalam menghadapi kekejaman, dan membantu orang yang membutuhkan. Keadilan ini menuntut setiap Muslim melindungi hak kedua belah pihak, menilai kejadian-kejadian secara tidak berat sebelah, dan berpikir tanpa memutarbalikkan fakta. Ini menuntut keadilan, kejujuran, belas kasih, dan cinta.
Seperti yang dinyatakan Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Qur'an, 5:8)Muslim sejati tidak akan membiarkan keputusan atau tindakannya diwarnai oleh perasaan seperti benci, amarah, dan membabi buta. Muslim harus selalu memperlakukan dirinya menurut Al-Qur'an, berperilaku sabar dan terkendali, dan menghindari tanggapan yang berlebihan. Seperti diingatkan Allah: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Qur'an, 2:155)Oleh karena itu, dengan demikian kehidupan di dunia ini hanyalah cobaan, kita tidak boleh lupa bahwa Allah menguji yang beriman kepada-Nya dengan perang, serangan, penindasan, dan semua bentuk kesulitan. Hal terpenting adalah agar umat Islam menanggapi cobaan seperti itu dengan cara yang diridhai Allah dan selalu berperilaku sesuai ajaran dan prinsip-prinsip Islam.
Oleh karena itu, orang-orang Palestina harus ingat, sewaktu mereka membalas pendudukan Israel, bahwa segala kesulitan yang mereka tanggung sebenarnya adalah ujian keimanan mereka. Di samping itu, mereka harus dengan kuat berpegang pada etika, keadilan, dan perintah Allah untuk tidak melampaui batas. Sewaktu melawan serangan, penindasan, dan tindakan tak adil Israel, mereka harus hanya mengikuti cara perlawanan yang digambarkan dalam Al-Qur'an, hasil dari perjuangan seperti ini pastilah keselamatan karena "Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Qur'an, 3: 126)
Mengapa Menyerang Warga Sipil Israel Adalah Kesalahan
Ayat: "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (Al-Qur’an, 60:8) menggambarkan bagaimana orang-orang Palestina harus bertindak terhadap orang-orang sipil ketika mereka menghadapi pemerintah Israel Zionis. Dalam Al-Qur’an, Allah melarang membunuh orang-orang yang tak bersalah, perempuan tak bersenjata, anak-anak, dan orang tua. Rasulullah SAW memberi perintah khusus kepada para panglima yang akan pergi berperang, dan memperingatkan mereka agar tidak menyakiti orang-orang sipil.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang Palestina telah melakukan bom bunuh diri atas pemukiman sipil yang ditempati oleh orang-orang sipil, anak-anak, perempuan, dan lanjut usia. Serangan ini telah menetapkan sasaran kafetaria, bis sekolah, dan tempat-tempat para remaja bercengkerama, dan menyebabkan lusinan kematian orang-orang sipil. Menurut laporan Israel dari berbagai kantor berita, bom bunuh diri semenjak September 2000 telah membunuh 30 anak-anak Israel dan melukai 272 lainnya. Dari 177 orang Israel yang terbunuh, 128 adalah orang sipil; dari 1743 orang Israel yang terluka, 1216 adalah orang sipil.109 Umumnya, serangan ini memicu tanggapan keras dunia dan memberi lebih banyak kejelekan dibanding kebaikan untuk orang Palestina. Bahkan orang yang menentang kebijakan pendudukan Israel bertahun-tahun terpaksa mengutuk orang-orang Palestina dan menarik dukungan mereka.

Palestina harus berbuat sesuai dengan akhlak Qur’ani bahkan ketika menanggapi pendudukan Israel, karena Allah melarang pembunuhan orang tak bersalah, perempuan, anak-anak, dan lanjut usia. Dia memerintahkan keadilan, kasih, sayang, dan tenggang rasa.
Jelaslah, serangan seperti itu tak dapat dibenarkan. Seperti telah diterangkan di atas, cara seperti ini jelas-jelas tidak sejalan dengan Islam. Ketika kita memeriksa tindakan Rasulullah dan ajaran Al-Qur’an, kita menemukan bahwa Islam tidak mendukung serangan atas warga sipil. Baik selama penaklukan Mekah maupun selama peperangan lainnya, Rasulullah SAW dengan hati-hati melindungi hak-hak orang-orang tak bersalah dan tak bersenjata dan mencegah mereka disakiti. Ia mengingatkan Muslimin dalam berbagai kesempatan dengan mengatakan pada mereka:: "Lakukanlah perang dengan nama Allah dan atas nama Allah. Janganlah layangkan tanganmu pada orang tua yang berada di ambang kematian dan tempat-tempat ibadah."110Peringatan lainnya adalah:
"Janganlah membunuh orang-orang lanjut usia, anak-anak, atau wanita."111
"Jangan membunuh rahib-rahib ditempat-tempat peribadatan"112 atau "Jangan membunuh orang-orang yang tengah berada di tempat-tempat ibadah."113
Seperti terlihat dalam hadits-hadits di atas, orang Islam harus berjuang sejalan dengan Al-Qur'an. Dengan kata lain, perjuangan mereka haruslah adil, bertenggang rasa, dan bebas dari perbuatan melampaui batas. Jelas, Allah menganjurkan sikap tidak berlebihan: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Al-Qur'an, 2:190)Orang-orang Islam harus menentang tirani dan kebiadaban, dan penggunaan kekerasan yang tak perlu. Ayat lainnya menyebutkan bahwa mereka harus selalu di sisi perdamaian dan ishlah:
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qur'an, 8:61)
Harian Turki MILLIYET, 3 Desember 2001
DARAH TUMPAH DI ISRAEL

Harian Turki GOZCU, 3 Februari 2002
ANCAMAN BOM BUNUH DIRI DI YERUSALEM

Harian Turki ZAMAN, 28 Januari 2002
YERUSALEM DIGUNCANG SERANGAN BUNUH DIRI BARU

Seperti ketika umat Islam mengutuk pembunuhan warga sipil Palestina yang tak bersalah, begitu pula mereka mengutuk pembunuhan warga sipil Israel yang tak bersalah.
Masalah Israel dan Yahudi harus dinilai dari sudut pandang prinsip-prinsip dasar. Orang-orang Islam yang hidup menurut Al-Qur'an tidak boleh punya pandangan yang tak pada tempatnya terhadap orang-orang Yahudi.
Seperti telah ditekankan sebelumnya, orang-orang Yahudi meyakini keesaan Allah dan mengikuti agama yang diwahyukan Allah kepada utusan-utusannya. Bahkan, Al-Qur'an menyebutkan mereka sebagai para Ahli Kitab. Mereka menganut banyak nilai, berdasarkan wahyu Allah, serta pandangan tentang dosa, hal haram, dan halal. Dalam Al-Qur'an, kita bisa melihat bahwa ada hubungan persahabatan antara orang-orang Islam dan Ahli Kitab. Karena alasan ini, jika ada Ahli Kitab yang memasak makanan, orang Islam bisa memakannya dan sebaliknya, dan lelaki Islam dapat mengawini wanita-wanita mereka. Perintah ini menunjukkan bahwa ikatan bertetangga bahkan berkeluarga yang hangat dapat dibangun antar Yahudi, Kristen, dan Islam, dan bahwa mereka dapat menerima undangan satu sama lain. Ayat lainnya mengajak kedua kelompok ini untuk bersatu, berdasarkan ajakan umum kepada keimanan (Al-Qur'an, 3:64).
Karena alasan-alasan ini, masyarakat Islam menurut sejarah telah bertindak lemah lembut dan tenggang rasa terhadap para Ahli Kitab. Keadaan ini secara khusus terbukti dalam Kesultanan Ottoman, yang menerima orang-orang Yahudi yang diusir oleh Spanyol Katolik di akhir abad kelima belas dan mengizinkan mereka hidup dengan damai dalam kesultanan tersebut.
Keadilan dan sifat lemah lembut juga diperlihatkan pada pengikut keimanan yang tidak mengakui satu Tuhan dan kepada orang yang tak punya keimanan sama sekali, yang keduanya sangat jauh dari orang Islam. Al-Qur'an menuntut untuk membedakan antara orang yang tidak beriman, yang tidak mengakui Tuhan dan agama, dengan orang yang menjadi musuh agama. Orang yang tidak menunjukkan permusuhan harus diperlakukan dengan baik:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qur'an, 60:8-9)
Singkatnya, Muslimin yang ikhlas dalam agamanya, mematuhi Allah, dan menghormati Al-Qur'an tidak akan menumbuhkan permusuhan pada orang Yahudi hanya karena agama dan keyakinan mereka, dan tidak akan memperlakukan mereka dengan permusuhan hanya karena mereka Yahudi. Demikian pula, orang-orang Islam tidak bisa menuduh semua warga sipil Israel hanya karena pemerintah mereka menganut kebijakan pendudukan dan penindasan. (Dan memang, banyak orang Israel yang menentang pendudukan ini.) Oleh karena itu, perlu menghindari fanatisme ketika berjuang melawan Zionis Israel dan menentang semua perbuatan tak adil dan kekerasannya dengan keadilan dan sifat lemah lembut yang dituntut dalam nilai-nilai akhlak Al-Qur'an.
Islam Melarang Bunuh Diri
Ketika membahas serangan atas warga Israel, pandangan Islam tentang bunuh diri harus dikaji. Beberapa orang telah jauh menyalahtafsirkan Islam, dengan mempercayai bahwa agama perdamaian ini mengizinkan bom bunuh diri; tidak ada yang bisa menjauhi kebenaran. Padahal, Islam melarang seorang Islam untuk mengakhiri hidupnya, sama seperti larangan untuk mengakhiri kehidupan orang lain. Allah dengan jelas mengutuk bunuh diri: "janganlah kamu bunuh dirimu” (Al-Qur'an, 4:29), apa pun alasannya. Rasulullah juga mengatakan hal ini pada pengikutnya bahwa bunuh diri adalah salah satu laknat abadi:
Barangsiapa yang dengan sengaja menjatuhkan drinya dari gunung dan membunuh dirinya akan berada dalam api (neraka), jatuh ke dalamnya dan tinggal di dalamnya abadi selamanya. Barangsiapa yang meminum racun dan membunuh dirinya dengannya, ia akan membawa racunnya di tangannya dan meminumnya dalam api (Neraka), dan di dalamnya ia akan abadi selamanya. Barangsiapa membunuh dirinya dengan senjata tajam akan membawa senjata itu di tangannya dan menusuk perutnya dengannya dalam api (Neraka), dia kekal di dalamnya selamanya.114
Seperti diterangkan dalam hadits tersebut, melakukan bunuh diri dan terlibat dalam bom bunuh diri, tak usah menyebutkan pembunuhan orang tak berdosa karena hal itu, melanggar etika Al-Qur'an. Setiap Muslim harus mengutuk kejadian ini, yang menyebabkan kemunduran atas keadilan Palestina.
Tidak boleh dilupakan bahwa orang yang memaksa pemuda Palestina agar terlibat dalam perilaku tak adil dan tak masuk akal itu juga telah memaksa pemuda Israel maupun Palestina untuk masuk dalam lingkaran pertumpahan darah dan dendam yang tak berkesudahan. Bom bunuh diri yang terus berlangsung ini menghancurkan masa depan orang-orang muda ini dan tanah mereka sendiri. Pemuda yang mengenakan sabuk berisi bahan peledak dan meledakkan dirinya di antara warga sipil akan hancur di jalan yang tidak pernah mengarah pada keberhasilan. Perbuatan ini menyakiti orang-orang tak bersalah di kedua belah pihak dan membuat pertikaian baru yang bahkan lebih tanpa harapan lagi. Agar kedua pihak memiliki masa depan, kekerasan yang terus terjadi ini harus dihentikan segera.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada edisi 3 Februari 2002 New York Times, pemimpin PLO Yasser Arafat dengan keras mengutuk serangan ini, dengan menyatakan bahwa tidak ada serangan pada warga sipil, apa pun alasannya, yang dapat dibenarkan:
Namun pertama-tama, biar saya jelaskan. Saya mengutuk serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris atas warga sipil Israel. Kelompok ini tidak mewakili rakyat Palestina atau keinginan merdeka mereka yang sebenarnya… Pandangan masa depan perdamaian Palestina adalah negara Palestina yang merdeka dan adil makmur, di atas wilayah yang ditempati Israel pada tahun 1967, hidup sebagai tetangga yang berdiri sama tinggi bersama Israel dengan damai dan aman baik untuk rakyat Israel maupun Palestina… Namun tidak ada penindasan dan keputusasaan yang dapat membenarkan pembunuhan warga sipil tak bersalah. Saya mengutuk terorisme. Saya mengutuk pembunuhan orang-orang sipil, baik itu Israel, Amerika, maupun Palestina; baik mereka dibunuh oleh ekstrimis Palestina, pemukim Israel, maupun oleh pemerintah Israel… Meski kekerasan brutal orang Palestina selama empat dasawarsa terakhir telah terjadi, percayalah bahwa jika Israel memandang orang-orang Palestina sama derajatnya, dan bukan sebagai manusia yang lebih rendah sehingga bisa mereka perlakukan semaunya, cita-cita ini bisa menjadi nyata. Dan itu pasti.115
Penafsiran Cendekiawan Islam tentang Persoalan Ini
Tentang masalah serangan bunuh diri yang ditujukan kepada sasaran sipil Israel, pandangan berbagai cendekiawan Islam adalah bukti lebih jauh bahwa serangan ini tidak dapat dibenarkan. Berada di puncak daftar cendekiawan itu adalah Syekh Mohamed Tantawi, imam besar Universitas al-Azhar yang terkenal. Pandangan Tantawi dihormati secara luas di dunia islam, dan ketika ditanya apa pemikirannya tentang serangan bunuh diri, ia menjawab:
Saya menentang orang yang mengatakan bahwa membunuh wanita, anak-anak, dan warga sipil lainnya itu diizinkan, hanya karena anak-anak itu bisa jadi nantinya bekerja untuk militer. Ini perkataan yang lucu, bodoh sehingga harus benar-benar ditentang. Dan ini bertolak belakang sama sekali dengan anjuran Nabi. Serangan atas orang-orang jujur sepenuhnya ditentang dalam hukum Islam.116
STAR, 11 Maret 2002

1) ISRAEL MELANJUTKAN TEKANAN DENGAN SERANGAN ROKET DI KAMP-KAMP. SEBANYAK 45 ORANG PALESTINA TEWAS.
2) 11 REMAJA ISRAEL TERBUNUH KARENA BOM BUNUH DIRI DI SEBUAH KAFE JUM’AT.
Kekerasan dan kekejaman, siapa pun yang menjadi sasarannya, harus dikutuk. Palestina harus menjadi tempat untuk orang-orang dari seluruh suku bangsa dan agama bisa hidup damai dan aman. Baik Israel maupun Palestina tidak boleh menderita dan bersedih. Cara paling mungkin untuk menghentikan pertumpahan darah adalah membentuk ikatan antar orang-orang yang mendukung perdamaian.
Dalam pidatonya yang lain, Tantawi menyatakan bahwa pengebom yang meledakkan bahan peledak di tengah warga sipil tidak sedang berjuang dalam perang sejati. Kalangan agamawan lain yang menyatakan pandangan yang sama adalah Mufti Agung Saudi Arabia, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah al-Syekh. Pernyataannya “(ini) merupakan bentuk bunuh diri, sehingga terlaknat,” adalah pernyataan tentang kenyataan bahwa serangan seperti ini tidak sejalan dengan Islam.
Dr. Zaki Badawi, dekan London’s Muslim College, adalah cendekiawan lain yang menyatakan bahwa serangan bunuh diri itu tidak sejalan dengan Islam. Dr. Badawi menyatakan bahwa meskipun keadaan yang dialami oleh orang Palestina saat ini tidak dapat diterima, tetap tidak diizinkan untuk menyerang sasaran sipil untuk menghadapi kekejaman ini:
Saya secara pribadi berpikir mereka itu salah memahami Islam dan saya pikir mengerikan sekali melakukan kejahatan atas orang yang tak bersalah karena ini menentang hukum Islam.117
Kenyataan bahwa menyerang warga sipil itu sepenuhnya tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam ditegaskan kembali berkali-kali oleh begitu banyak ulama Islam. Salah satu fatwa yang dikeluarkan pada 27 September 2001, dan ditandatangani oleh sejumlah besar kalangan agamawan, berisi pernyataan berikut ini, “Dalam pandangan Islam, orang yang terlibat dalam serangan teroris melakukan kejahatan hirabah.” Beberapa kalangan agama yang menandatangai fatwa ini adalah:
Syekh Yusuf al-Qardawi, Cendekiawan besar Islam dan Ketua Dewan Sunnah dan Sirah, Qatar
Hakim Tariq al-Bishri, Wakil Presiden Utama Dewan Ulama, Mesir
Dr. Muhammad s. al-Awa, Profesor hukum Islam dan syari’ah, Mesir
Dr. Haytham al-Khayyat, Cendekiawan Islam, Siria
Shaykh Fahmi Houaydi, Cendekiawan Islam, Mesir
Shaykh Taha Jabir al-Alwani, Ketua Dewan Tinggi Amerika Utara
Pemecahannya adalah Penerapan Etika Al-Qur'an
Seperti telah kita tekankan pada bagian sebelumnya, perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel harus sepenuhnya sejalan dengan nilai-nilai Al-Qur'an. Segala bentuk perjuangan di luar sistem nilai ini, misalnya, taktik gerilya yang diilhami oleh ideologi komunis, tidak benar dan tidak akan berhasil. Karena itu, keadaan saat ini harus dinilai secara bijaksana dan masuk akal, dan strategi baru yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur'an harus ditetapkan.
Kedua kelompok saling bertempur dengan pegangan yang tak sama. Militer Israel mempunyai prasarana teknologi yang kuat dan merupakan yang termaju dan terkuat di dunia. Angkatan udara mereka memberi mereka keunggulan kuat atas orang-orang Palestina, sehingga memungkinkan mereka mengebom wilayah Palestina tanpa kerugian apa pun sejauh ini. Palestina, di pihak lain, tidak mempunyai tentara yang terorganisir. Kekuatan keamanannya saat ini kekurangan teknologi dan peralatan militer. Tanpa angkatan udara, rakyat Palestina kelihatannya tak punya harapan dalam menghadapi arus pengeboman Israel. Sekelompok remaja dan anak-anak yang tidak dilengkapi apa pun selain pentungan dan batu-batu membentuk gerakan ofensif Palestina. Lebih mungkin bahwa perjuangan tak seimbang seperti ini akan berakhir untuk kemenangan Israel. Oleh karena itu perjuangan Palestina hanya bisa berhasil jika perjuangan bersenjata ini dialihkan ke bentuk ideologi dan dengan dukungan kampanye pendidikan yang kuat. Untuk ini, orang-orang Palestina membutuhkan tim yang kuat yang terdiri atas orang-orang terpelajar dan maju yang sadar akan kebijakan hukum, diplomasi, dan internasional, yang bertindak sesuai dengan etika Al-Qur'an.

Umat Yahudi dan Islam percaya pada Tuhan yang sama. Tuhan memerintahkan seluruh manusia untuk memperlakukan satu sama lain dengan cinta dan damai. Hanya jika manusia menerapkan akhlak yang dianjurkan dalam Al-Qur’an-lah perdamaian yang abadi bisa tercipta di wilayah ini.
Tentu saja ada banyak orang-orang yang sangat terdidik, berpikiran terbuka di antara rakyat Palestina. Hal penting di sini adalah pekerjaan para cendekiawan ini akan berperan membangkitkan kesadaran pemuda, menggerakkan mereka dalam arah yang benar dan membela kepentingan Palestina di hadapan dunia internasional. Saat ini gambaran yang sangat berbeda tentang perjuangan rakyat Palestina tengah ditampilkan pada dunia, sebuah gambaran yang sepenuhnya berbeda dengan kebenaran. Kepentingan rakyat Palestina menderita kerusakan parah karena serangan yang tak masuk akal, yang tak sesuai dengan nilai-nilai Islam, yang dilakukan oleh beberapa orang fanatik dan merusak yang menentang perdamaian dengan kekerasan. Seperti pernyataan tentang bahaya ini oleh banyak cendekiawan, begitu pula gambaran para pengamat di berbagai negara, termasuk Turki. Penulis Harian Zaman Kerim Balci, yang tinggal di Palestina, memberi perhatian pada hal ini dalam artikelnya:
Serangan bunuh diri itu tidak hanya merupakan pelanggaran nilai-nilai Islam, namun juga merusak kepentingan rakyat Palestina. Tidak hanya saya, pemikiran jernih rakyat Palestina pun akan mengatakan hal yang sama… Kepentingan Palestina adalah masalah seluruh dunia Islam. Orang-orang yang mengepalai gerakan ini tidak dapat bertindak atas kepentingan pribadinya, hanya untuk keinginan balas dendam dan mengutamakan penghormatan dan kebanggaan. Para militan yang membunuh anak-anak Yahudi tak bersalah di Palestina mungkin meyakini bahwa mereka membela Islam. Padahal semua tindakan mereka telah membuat segalanya lebih suilit untuk orang-orang yang berusaha memperbaiki kerusakan yang terjadi atas citra Muslim di seluruh dunia… Secara gamblang terbukti bahwa serangan seperti ini lebih menguntungkan Israel ketimbang Palestina.118
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Qur'an, 4:58)
Bahkan rakyat Palestina, yang acuh tak acuh dengan akhlak Al-Qur'an sesungguhnya, ikut ambil bagian dalam hasutan ini tanpa melihat akibat yang mereka lakukan. Niat baik para pemuda yang ingin memberi sumbangan untuk kepentingan Palestina dan mau mengorbankan dirinya telah dimanfaatkan. Dan, karena cara yang dilakukan ini tidak sejalan dengan nilai-nilai Al-Qur'an, keberhasilan tidak pernah tercapai.
Karena hal ini, kekuatan pendidikan yang besar harus disatupadukan dan disebarluaskan di antara semua rakyat Palestina, khususnya para pemuda, untuk menolak sikap bodoh dan fanatisme serta mengajarkan pada mereka nilai-nilai Al-Qur'an. Sekolah-sekolah, universitas, kampanye pendidikan massal dapat membantu meningkatkan kesadaran mereka dan akan menjadi sumbangan yang sebesar mungkin pada persoalan mereka. Kita menyebutkan hal ini karena ketika mereka mengenal Islam sesungguhnya yang digambarkan dalam Al-Qur'an, ketika mereka mempelajari bahwa Islam adalah agama damai dan perbaikan, ketika mereka memahami politik dunia dengan kesadaran yang dibawa oleh Al-Qur'an, mereka akan mengerti bahwa bom bunuh diri dan pembunuhan orang tak bersalah di kafetaria atau bis tidak hanya salah, tapi juga bukan pemecahan masalah. Akan jauh lebih mudah mencapai pemecahan dengan tenggang rasa dan musyawarah, kebijakan masuk akal, inisiatif diplomatik di seluruh dunia, dan perjuangan pemikiran yang sejalan dengan nilai-nilai akhlak Al-Qur'an.
Banyak peperangan di abad kedua puluh, serta banyak kejadian yang telah menandai awal abad kedua puluh satu, dengan jelas memperlihatkan bahwa kekerasan tidak dapat menolak kekerasan, dan bahwa kebrutalan tidak dapat menolak kebrutalan. Satu-satunya cara untuk menghentikan kekerasan adalah dengan keagungan etika Al-Qur'an: rendah hati, tenggang rasa, perdamaian, dan berpikir jernih, untuk memenangkan pemikiran dan tindakan rakyat serta seluruh dunia.
Kesimpulan
Apa yang kita idam-idamkan, bersama-sama semua orang yang berpikir jernih dan adil, adalah segera berdirinya negara perdamaian dan keamanan di Palestina yang akan memuaskan kedua belah pihak. Namun perdamaian seperti itu, jika mengingkari hak-hak orang-orang tak bersalah dan menjerumuskan mereka untuk hidup dalam kelaparan dan kekerasan, hanya akan menguntungkan satu pihak. Lebih penting lagi, perdamaian seperti itu hanyalah khayalan, karena tidak akan menciptakan kepuasan dan keamanan; sebaliknya, itu akan mengakibatkan perselisihan dan kekacauan. Sebuah lingkungan yang memuaskan kedua belah pihak hanya akan muncul jika rencana perdamaian yang diusulkan memastikan adanya pelestarian keadilan, persamaan, dan hak asasi manusia sepenuhnya.

Suatu demonstrasi dengan peti mati yang menggambarkan semua warga Israel dan Palestina yang terbunuh selama Intifadah Al-Aqsa sekali lagi menunjukkan kebrutalan perang ini. Orang-orang terus tewas sekalipun demonstrasi ini terus merebak. Seorang perempuan tua yang duduk di kursi dalam foto ini tengah merenung membayangkan kerabat-kerabatnya yang telah terbunuh. 

Sepanjang beberapa masa dalam sejarah, umat Yahudi, Kristen, dan Islam telah hidup bersama dalam damai di Palestina. Masih dimungkinkan untuk menciptakan perdamaian seperti itu kembali.
Siapa pun semestinya dapat berjalan-jalan dengan aman dan damai di jalan-jalan Tanah Suci (Al Quds).
Syarat untuk perdamaian seperti itu adalah dengan cara Israel menarik diri dari wilayah yang ia duduki di tahun 1967; Yerusalem Timur dijadikan kota terbuka untuk semua masyarakat, namun di bawah kendali Palestina, Otoritas Palestina diakui sebagai pemerintah merdeka; dan rakyat Palestina yang terusir dari tanahnya diberikan hak untuk kembali. Padahal, Resolusi PBB 242 dan 338 menghimbau agar semua syarat ini dipenuhi. Dengan Kesepakatan Oslo 1993 rakyat Palestina sepakat memberikan 78% tanahnya kepada pemerintah Israel. Tuntutan mereka sekarang adalah berusaha mempertahankan hak mereka untuk hidup di tanah sisa yang 22% saja itu. Meskipun kedua belah pihak setuju bahwa sebuah negara merdeka Palestina telah akan didirikan pada 1999, perkembangan berikutnya justru melahirkan kebijakan Israel yang jauh lebih menindas. Israel terus melanggar keputusan PBB dengan membangun pemukiman baru, mengusir rakyat Palestina dari wilayah tempat tinggal mereka, dan membatasi kebebasan bergerak mereka. Mentalitas orang-orang radikal Israel maupun Palestina harus berubah jika menginginkan perdamaian abadi bisa diwujudkan.
Jelaslah, pemerintahan Israel saat ini tidak dapat memberikan perdamaian, karena pada jantungnya ada ideologi rasis yang menganggap orang Palestina sebagai “binatang berkaki dua.” Kelompok Palestina ekstrimis yang memilih kekerasan mengakibatkan hambatan penting lainnya. Dalam kemacetan ini, orang-orang yang punya nurani dan perasaan harus muncul di kedua belah pihak dan bekerja sama dengan dukungan semua orang yang mendukung keadilan, persamaan, dan perdamaian. Hanya dengan begitu Palestina bisa menjadi sebuah tanah yang di dalamnya orang-orang dari berbagai ras dan agama dapat hidup bersama dalam damai dan ketertiban.

Halaman website majalah Tikkun Rabbi Michael Learner. Rabbi Learner mendesak agar peristiwa di Palestina tidak dibiarkan dikuasai oleh kaum radikal di kedua belah pihak.
Orang-orang yang bisa membawa perdamaian ke tanah Palestina dan ke seluruh Timur Tengah dengan demikian adalah orang-orang yang memahami bahwa semua manusia, tanpa memandang ras, adalah hamba Tuhan yang sederajat, dan harus mampu menilai manusia dan bangsa-bangsa hanya menurut nilai-nilai akhlak mereka. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas dan takut pada Tuhan karena inilah sikap yang Tuhan perintahkan. Inti Yudaisme, Kristen, dan Islam adalah cinta dan persaudaraan. Persatuan orang-orang yang beriman pada Tuhan dan menjaga aturan-aturan-Nya akan membawa perdamaian dan stabilitas tidak hanya pada Palestina, melainkan pada banyak wilayah bersengketa lain di dunia.
ISRAEL HARUS MENARIK DIRI DARI DAERAH PENDUDUKAN 
Selama Perang 1967, Israel menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat. Pendudukan ini berlanjut. Dua syarat dasar perdamaian di Timur Tengah adalah jika Israel menarik diri dari Daerah Pendudukan dan jika Palestina mendapatkan kembali tanahnya. Dengan Kesepakatan Oslo, Otoritas Palestina sepakat hanya mendapatkan 22% dari tanah turun-temurunnya dan memberikan sisanya 78%
kepada Israel. Namun Israel kembali meneruskan keberadaannya di tanah Palestina dan melanjutkan pembukaan pemukiman baru di sana.
Dan ada alasan untuk bisa berharap tentang ini. Dalam tahun-tahun belakangan, telah ada peningkatan jumlah orang Yahudi dan Kristen yang mendorong perdamaian di Timur Tengah. Misalnya, Rabbi Michael Learner, redaktur majalah Amerika Tikkun, adalah pemimpin keagamaan terkenal yang dikenal karena pandangan moderatnya. Ia berpendapat bahwa pendudukan Israel itu tidak etis, menyebabkan orang Palestina tetap tertindas, dan kerusakan keimanan Yahudi. Ia yakin bahwa membawa perdamaian ke Timur Tengah akan sangat sederhana jika peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak dikendalikan oleh kelompok-kelompok radikal dan ditentukan dengan kerjasama orang-orang moderat. Kepala Rabbi Inggris Jonathan Sacks mengkritisi kebijakan Israel dan menghimbau sikap moderat Rabbi untuk Hak Asasi Manusia, sebuah gerakan pro-perdamaian, yang menghimbau diterapkannya ajaran sejati Yudaisme, seperti belas kasih dan kedermawanan.
Beberapa anggota kependetaan Kristen bekerjasama untuk perdamaian di Timur Tengah, khususnya orang yang tinggal di Yerusalem. Misalnya, Uskup Michael Sabbah berkata dalam pidatonya di Bethlehem pada 31 Desember 2001 bahwa “perdamaian berarti keadilan untuk rakyat Palestina, keadilan adalah akhir pendudukan. Dan akhir pendudukan dan keadilan adalah keamanan untuk orang Israel,"119 dan mengkritik Ariel Sharon yang memilih melakukan kekerasan.
Keadaan ini juga membebankan tanggung jawab pada Muslimin, yang harus menanggapi persoalan ini dengan nurani dan rasa keadilan. Banyak ayat yang menekankan pentingnya keadilan karena Al-Qur'an memerintahkan Muslimin untuk memperlakukan musuh sekalipun dengan adil, seperti yang kita baca dalam: "... Janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Mesjid Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka)…” (Al-Qur'an, 5:2)Allah memerintahkan agar mereka berperilaku adil pada penyembah berhala sekalipun ketika melawan musuh dalam perang. Perintah ini diulangi dalam ayat lainnya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qur'an, 5:8)
Satu-satunya jalan agar perdamaian bisa datang ke Timur Tengah adalah mempunyai pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Qur'an dan Taurat, di kedua belah pihak baik Muslim maupun Yahudi. Pemerintahan seperti itu harus mampu menciptakan sebuah pedoman untuk orang-orang dari seluruh ras dan agama untuk hidup bersama, bukan mengambil alih tanah dan mencoba mengusir penduduknya. Pendeknya, pemerintahan itu harus bertindak sebagai pengawal tanah ini. Wilayah Palestina itu cukup luas untuk Muslimin, Yahudi, dan Nasrani untuk hidup bersama, dan tanah itu cukup subur bagi mereka untuk hidup tenteram. Kelompok mana pun yang menyatakan hak tunggal atas Palestina tidak hanya berlawanan dengan kenyataan sejarah, namun juga mengarah pada berlanjutnya perselisihan dan perang, seperti terlihat dalam sejarah terakhir, di tanah ini, yang dianggap suci oleh pengikut tiga agama yang percaya satu Tuhan. Setiap orang harus bisa beribadah sesuai yang mereka inginkan: Yahudi di sinagog, Muslimin di mesjidnya, dan Kristen di gereja. Mereka harus mampu meninjau dan mengkaji tradisi mereka, serta menciptakan kehidupan bersama berdasar saling menghormati. Sumber ekonomi harus digunakan untuk sekolah, universitas, dan rumah sakit, bukan untuk senjata dan bom.


99- Fikret Ertan, "Israil'in Emniyeti" (The Security of Israel), Zaman Turkish Daily, 14 Oktober 2000. tanda penegasan ditambahkan 100- Fikret Ertan, "Israil'in Emniyeti" (The Security of Israel), Zaman Turkish Daily, 14 Oktober 2000. tanda penegasan ditambahkan 101- Sam Kiley, "Rabbi Tells of Coversation with Messiah," The Times, Tuesday 10 April 2001, tanda penegasan ditambahkan.102- These figures cover the period of September 2000 - 20 March 2001. They are based on the data provided by organizations such as the Red Cross, UN. (www.hdip.org)103- Ma'ariv, Oktober 8, 2000. 104- Rachelle Marshall, "Palestinians Come under Siege as They Struggle for Independence," The Washington Report on Middle East Affairs, Januari-Februari 2001, hlm. 8-9, tanda penegasan ditambahkan.105- Uri Avnery, "Sharon: A Practical Manual," The Palestine Monitor, 24 Februari 2001.106- Hallahmi, The Israeli Connection, hlm. 238-240. 107- Yediot Ahronot, November, 14, 1975, tanda penegasan ditambahkan.
108- "The Torah Demands Justice for Palestinians" presented by Rabbi Dovid Weiss of NKIAt Time Square in Manhattan on Friday afternoon, Juni 1, 2001. http://www.netureikarta.org/speeches.htm
109- "Palestinian Terrorism - The Israel Side," Bridges for Peace Website, http://www.bridgesforpeace.com/publications/dispatch/signsoftimes/Article-2.html.
110- Sahih Muslim Hadiths
111- Abu Dawud Hadiths112- Musnad of Ibn Hanbal Hadiths113- Musnad of Ibn Hanbal Hadiths114- Sahih Bukhari Hadiths115- The New York Times, Februari 3, 2002, tanda penegasan ditambahkan .116- Frank Gardner, "Restoring Faith in Islam," BBC News, Desember 26, 2001.117- Frank Gardner, "Restoring Faith in Islam," BBC News, Desember 26, 2001.118- Zaman Turkish Daily, 15 September 2002.119- Speech of the Latin Patriarch Michel Sabbah during the Peace and Justice March from Bethlehem to Jerusalem, Desember 31, 2001, www.afsc.org/ispal/letbeth/patriarch.htm