Senin, 29 Agustus 2011

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


PADA MULANYA ALLAH (ELOHIM) MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI. [KEJADIAN 1:1]
Kapan dan sudah berapa lamakah Tuhan ada? Tuhan sudah ada dengan segala kuasa dan kemuliaan-Nya sebelum segala sesuatu ada. Alkitab mengatakan, “Pada mulanya Allah ….” (Kej. 1:1; Yoh 1:1). Keberadaan-Nya ialah dari kekal sampai kekal. Ia selalu ada, dulu, sekarang dan selama-lamanya. Alkitab mengatakan: “… dari selama-selamanya sampai selama-lamanya, Engkaulah Tuhan.” (Mazmur 90:2)
Siapakah Tuhan yang keberadaannya dari kekal sampai kekal itu? Dia bukanlah sekedar kuasa atau pengaruh yang dahsyat. Dia adalah Pribadi yang sering kita sebut dengan Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (Yesus Kristus) dan Allah Roh Kudus. Dialah yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Dia adalah Sang Pencipta (Bapa: 1 Kor 8:6; Anak: Yoh. 1:30; Roh Kudus: Kej. 1:2; Yes. 40:12-13).
Tanggapan kami:
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (dan terus mengurus ciptaan-Nya). [QS. As-Sajdah (32): 4]
Sesungguhnya Allah Tritunggal tidak pernah ada. Itu hanyalah khayalan yang dibuat-buat. Allah Tritunggal bahkan tidak pernah bisa dipahami dengan benar oleh ummat Kristen sendiri. Dia adalah paham yang sangat rumit dan mustahil. Kita akan coba bahas hal ini secara logika dan kitabiah.
Iman Trinitarian berkata bahwa Tuhan itu Tiga dalam Satu. Tetapi benarkah? Mari kita jawab menurut beberapa teori.
1. Bapa, Anak, dan Roh Kudus memiliki otoritas yang berbeda dan pengetahuan yang berbeda. Di satu sisi, Bapa adalah Mahamengetahui; di lain sisi, pengetahuan Anak dan Roh Kudus adalah terbatas. Trinitarian meyakini bahwa Yesus tidak tahu kapan tepatnya kiamat itu terjadi (Mat. 24:36). Yesus hanya tahu alamat atau tanda-tanda kiamat, sebagaimana Nabi Muhammad saaw juga telah mengetahui akan tanda-tanda akhir zaman. Dengan demikian pastilah ketiga Pribadi ini memiliki ‘kepala’ yang berbeda. Jika mereka tetap mengatakan bahwa Allah itu Satu Esensi. Maka mungkin yang dimaksud itu adalah Allah itu Tiga (‘kepala’) dalam Satu (‘tubuh’). Jadi, Tuhan dalam teori ini adalah suatu ‘monster’ berkepala tiga. Dan ini adalah konsep yang konyol.
2. Bapak, Anak, dan Roh Kudus tidak hanya berbeda dalam otoritas dan pengetahuan, akan tetapi juga berbeda dalam esensi. Sekarang coba lihat Mat. 3:13-17. Di situ dijelaskan bahwa Bapa mengurapi Anak dengan Roh Kudus. Apakah Anda mau berkata bahwa Allah mengurapi Diri-Nya Sendiri dengan Diri-Nya Sendiri? Ini adalah paham yang lebih konyol.
3. Dari dua teori di atas terbuktilah bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus bukanlah satu esensi yang sama. Berarti ada tiga esensi. Tiga esensi yang berbeda karakter dan berbeda tempat. Lalu bagaimana bisa disebut satu esensi, satu pribadi, atau satu karakter. Jadi jelaslah bahwa Bapa berbeda dengan Anak dan Roh Kudus. Dan setiap yang berbeda dengan Bapa, maka dia bukanlah Allah. Maka Anak dan Roh Kudus tidak bisa disebut Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dan perbedaan esensi itu menyebabkan ketiganya tidak bisa disebut tunggal. Maka tidak ada Allah Tritunggal, sebab memang tidak ada tiga Allah yang membentuk satu Allah. Akan tetapi yang ada hanyalah Allah Tunggal, bukan Allah Tritunggal. ALLAH itulah Ilah kita, ALLAH itu Esa. Inilah sebabnya pada cover luar, kami tuliskan HUWA ALLAH AHAD, HUA ELOAH EHAD. Sebab dua kata ini memiliki makna yang sama. Yaitu: DIA ALLAH ILAH YANG ESA; HUA ALLAH YANG ESA.
4. Sepanjang Alkitab, Yesus tidak pernah menyebut dirinya sebagai Allah. Justeru dia menolak untuk disebut sebagai Allah. Dan Alkitab sendiri menjelaskan bahwa Yesus bukanlah Allah, sebab sifat Yesus sangat berbeda dengan Allah.
a. Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.” [Markus 10:18] Ayat ini jelas menunjukkan bagaimana Yesus menolak untuk disebut yang baik, sebab yang baik itu hanyalah Allah, sedangkan Yesus bukanlah Allah.
b. Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta; bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. [Bil. 23:19] Sedangkan menurut Kis. 2:22 dan Luk. 22:69, Yesus adalah seorang manusia dan anak manusia. Maka Yesus bukanlah Allah. Allah Mahasuci dari kelemahan yang ada pada manusia, mustahil Allah merubah Diri-Nya menjadi manusia yang berdaging atau berhawa nafsu. Allah adalah Yesus? Yesus adalah Allah? Itu adalah hal yang konyol!
c. Allah tidak dapat dicobai. [Yakobus 1:13] Sedangkan menurut Ibrani 2:18, Yesus telah menderita karena pencobaan. Mengapa Yesus dapat menderita dan dapat dicobai jika dia memang Allah? Siapakah yang berani mencobai Allah? Untuk apa mencobai Allah? Mencobai Allah adalah hal yang sia-sia, sebab Allah tidak akan mengalami kejatuhan. Yang patut dicobai hanyalah manusia biasa yang berdaging. Dan Allah bukanlah manusia, dan Allah tidak dapat dicobai. Allah bukanlah Yesus, dan Yesus bukanlah Allah.
d. Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta; bukan yang dapat mati, sehingga Ia merubah rencana-Nya. [Bilangan 23:19 NRSV] Dalam versi ini disebutkan bahwa Allah bukanlah yang dapat mati. Sedangkan Yesus, menurut iman Kristen, telah mati untuk menebus dosa. Jika Yesus tidak mati, menurut iman Kristen, maka dosa waris tidak terhapuskan. Yesus mati, menurut iman Kristen, dan Allah tidak dapat mati menurut Alkitab NRSV. Maka Allah bukanlah Yesus, dan Yesus bukanlah Allah. Sebenarnya masih banyak perbedaan-perbedaan yang menunjukkan bahwa Allah bukanlah Yesus, dan Yesus bukanlah Allah.
5. Yahweh adalah yang memberikan Roh Kudus (Pneuma Hagion) kepada orang-orang Israel. Hal ini menunjukkan bahwa Yahweh dan Roh Kudus adalah dua pribadi yang terpisah. Tidak ada ayat yang benar-benar menyatakan doktrin Tritunggal, keberadaannya dibangun dari asumsi dan dengan menyatukan ayat. Ketika pneuma hagion mengacu pada roh yang Tuhan beri sebagai anugerah/hadiah, maka dia bukanlah Allah. Sehingga tidak ada oknum ketiga dalam ketuhanan, dan dengan sendirinya tidak ada Tritunggal. Jadi roh kudus itu adakalanya (1) Nama Bapa, (2) kuasa Tuhan yang sedang bekerja, atau (3) anugerah Allah berupa roh (spirit) yang diberikan kepada orang beriman. Dalam Kis. 2:38 dijelaskan bahwa Petrus berkata, “kamu akan menerima karunia roh kudus.” Apakah Allah itu seperti parcel/bingkisan yang bisa dikirim dari langit ke bumi? Tentu saja Allah tidak seperti itu. Jelaslah, roh kudus dalam Kis. 2:38 bukanlah Allah, melainkan roh yang suci (kudus) yang dianugerahkan Allah kepada orang-orang beriman.
Dalam Lukas 1:35 dikatakan: “Malaikat menjawab, ‘Roh Kudus akan datang atas kamu, dan kuasa yang Maha Tinggi akan menaungi kamu. Sehingga yang kudus dilahirkan akan disebut Putra Allah’“
Ayat ini dan Mat. 1:18-20 membuat Yesus Kristus menjadi Putra Roh Kudus, namun semua acuan lain kepada Yesus membuat dia Putra Bapa. Apakah Yesus mempunyai dua bapa? Tentu saja bukan. Di dalam arsip kelahiran Kristus, “Roh Kudus” adalah cara lain untuk mengacu pada Allah itu sendiri, dan bukan pribadi ketiga di dalam Tritunggal. Ini menghapuskan “masalah” manakah pribadi di dalam Tritunggal yang benar-benar menjadi bapa Yesus. Juga di dalam Kis. 5:3, “Roh Kudus” adalah nama lain untuk Tuhan.
6. Dalam Yoh. 20:28 dikatakan bahwa Tomas menyebut Yesus sebagai Allahku. Tetapi Yesus tidak pernah menunjuk dirinya sebagai “Allah” di dalam pengertian yang absolut. Bahasa Yunani menggunakan kata theos, (“Allah” atau “Dewa”) dengan suatu maksud lebih luas dibanding saat ini. Di dalam bahasa dan kultur Yunani, “ALLAH” (semua naskah awal Alkitab telah ditulis dalam huruf kapital semua) adalah suatu sebutan deskriptif yang berlaku untuk bidang otoritas/kekuasaan, mencakup Gubernur Roma (Kis 12:22), dan bahkan Setan (2 Kor. 4:4), dan juga Musa (Keluaran 7:1). Kata itu telah digunakan seseorang dengan otoritas ilahi. Itu tidaklah terbatas pada pengertian kemutlakannya sebagai nama pribadi untuk Tuhan yang tertinggi seperti yang kita gunakan dewasa ini.
DAN RAKYATNYA BERSORAK MEMBALASNYA: “INI SUARA ALLAH DAN BUKAN SUARA MANUSIA!” [KIS. 12:22]
YAITU ORANG-ORANG YANG TIDAK PERCAYA, YANG PIKIRANNYA TELAH DIBUTAKAN OLEH ALLAH ZAMAN INI [2 KOR. 4:4]
BERFIRMANLAH TUHAN KEPADA MUSA: “LIHAT, AKU MENGANGKAT ENGKAU SEBAGAI ALLAH BAGI FIRAUN, DAN HARUN, ABANGMU, AKAN MENJADI NABIMU. [KEL. 7:1]
Adalah umum pada waktu itu untuk menyebut wakil Allah sebagai “Allah,” dan Perjanjian Lama punya banyak contoh mengenai itu. Ketika Yakub berjuang dengan “Allah,” itu telah jelas bahwa sebenarnya ia bergumul dengan seorang malaikat (Hosea 12:4).
Banyak pakar Trinitas yang mengakui bahwa tidak ada pengetahuan tentang Doktrin Tritunggal pada saat Tomas berbicara seperti itu. Jika para murid percaya bahwa Yesus adalah “Allah” di dalam pengertian yang banyak dilakukan Kristian, mereka tidak akan “melarikan diri” beberapa hari sebelum ia ditangkap. Pengakuan dua murid yang berjalan ke Emmaus menunjukkan pemikiran para pengikut Yesus pada saat itu. Mereka berkata bahwa Yesus “adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah…dan mereka menyalibkan dia; tetapi kita telah berharap agar ia adalah yang akan menebus Israel” (Lukas 24:19-21). Alkitab menjelaskan bahwa para murid ini berpikir bahwa Yesus adalah seorang “nabi.” Tidak ada bukti dalam Injil yang menunjukkan bahwa para murid Yesus percaya bahwa dia adalah Allah, dan Tomas tidaklah memunculkan suatu theologi baru.
7. Dengan penjelasan-penjelasan di atas, terbukti bahwa Allah itu bukan Tritunggal. Allah itu Tunggal, ada pun Yesus dan roh kudus bukanlah Allah.
8. Ada banyak ayat yang dipaksakan untuk mendukung Trinitas, akan tetapi tetap saja tidak berhasil. Diantaranya 1 Yoh. 5:7-8. Akan tetapi jika kita melihat Alkitab Terjemahan Lama, maka ayat itu berbunyi: Karena tiga yang menjadi saksi di surga, yaitu Bapa dan Firman dan Rohulkudus, maka ketiga-Nya itu menjadi Satu dan ada tiga menjadi saksi di bumi, yaitu Roh dan air dan darah, maka ketiganya itu menjadi satu tujuan. [1Yoh. 5:7-8] Ayat ini mengatakan ‘satu tujuan’, ‘satu kesaksian yang sama’, bukan satu wujud atau satu substansi.
Dalam Yoh. 10:30 dikatakan “Aku dan Bapa adalah satu.” Ayat ini juga tidak bisa digunakan untuk membuktikan bahwa Yesus dan Bapa membentuk satu Tuhan. Sebab satu di sini maksudnya adalah satu tujuan. Orang Indonesia sangat mengerti arti semboyan Bhineka Tunggal Ika, Berbeda-Beda Tetapi Satu. Apakah satu substansi? Tentu saja bukan, melainkan satu tujuan, memiliki tujuan yang sama, memiliki maksud yang sama, memiliki keinginan yang sama, memiliki kehendak yang sama.
Coba bandingkan dengan Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 18: “Allah memberi kesaksian bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Di dalam Yohanes 17:11,21 dan 22, Yesus berdoa kepada Tuhan agar para pengikutnya akan menjadi “satu” seperti dia dan Tuhan adalah “satu.” Kita berpikir adalah jelas nyata bahwa Yesus tidaklah berdoa bahwa semua para pengikutnya akan menjadi satu eksistensi atau “unsur” sama halnya ia dan Bapa adalah satu eksistensi atau “unsur.” Kita percaya bahwa maksudnya adalah: Yesus sedang berdoa bahwa semua para pengikutnya menjadi satu tujuan sama halnya ia dan Tuhan adalah satu tujuan, suatu doa yang belum dikabulkan.
9. Romo Soedarmo dalam bukunya menyatakan bahwa Trinitas tidak dapat dimengerti: “Agama Islam bercorak rasionalitas, artinya rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu Trinitas ditolak, sebab tidak dapat dimengerti, bahwa 3 adalah 1 dan bahwa 1 adalah 3. Kita tentu insyaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti” (Ikhtisar Dogmatika hal 114).
10. a. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”[QS. Al-Maidah (5): 72]
b. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah adalah oknum ketiga dari Trinitas”, padahal sekali-kali tidak ada Ilah yang benar selain Ilah Yang Esa. [QS. Al-Maidah (5): 73]
c. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Al-Masih yang telah Engkau utus. [Yoh. 17:3]
Ayat ini adalah merupakan syahadat, kesaksian, kredo, bahwasanya tiada Ilah selain ALLAH, dan Yesus adalah utusan ALLAH. Sebagaimana syahadat dalam Islam adalah: aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain ALLAH, dan Muhammad adalah utusan ALLAH. Yesus mengakui bahwa dirinya bukanlah Allah, melainkan hanya utusan Allah.
d. Kata Yesus: “… aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu.” [Yoh. 20:17] Jika Yesus itu Allah dan sama seperti Bapa, mengapa ia telah membedakan dirinya dengan Bapa dengan berkata: “Bapa, Allahku.” Maka jelaslah bahwa Yesus hanyalah utusan Allah, dan bukannya Allah itu sendiri.
11. Matius 20:23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”
Dari ayat tersebut bisa kita lihat betapa Yesus dan Bapa adalah dua substansi berbeda yang memiliki kesadaran dan otoritas yang berbeda. Jika Yesus dan Bapa adalah satu Substansi, tentu Yesus memiliki kesadaran dan otoritas yang sama untuk bisa menentukan seseorang duduk di sebelah kirinya atau di sebelah kanannya.
Doktrin Kristen Trinitarian:
Berbeda dengan Tuhan, alam semesta ini memiliki titik permulaan. Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini. Ia menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada dan seluruh keberadaan alam semesta ini bergantung kepada Tuhan. Kejadian 1:1 menyatakan: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Kata ‘menciptakan’ disini tidak berarti memindahkan/menghadirkan sesuatu yang sudah ada ke tempat lain yang pada mulanya tidak ada sehingga menjadi ada, tetapi membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (ex nihilo). Jadi tanpa bahan. Bagaimanakah cara Tuhan menciptakan langit dan bumi? Ia menciptakannya dengan Firman-Nya.
“Oleh Firman Tuhan langit dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentara-Nya.” [Mazmur 33:6]
Firman Tuhan itu berkuasa! Firman Tuhan itu juga bersifat menciptakan, karena segala sesuatu yang difirmankan-Nya itu semuanya terjadi. Alkitab mengatakan:
“Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada.” [Mazmur 33:9]
“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah ….’” Kej. 1:3,6,9,11,14,20,24,26
Tanggapan kami:
Dengan Nama Allah segala sesuatu menjadi ada, dengan Nama Allah segala sesuatu tetap ada, dan kepada Allah segala sesuatu akan kembali. Allah, jika Dia berkehendak untuk Menciptakan sesuatu, maka cukuplah dia berfirman: “Kun, Jadilah,” maka jadilah apa yang Dia kehendaki itu.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. [QS. Ya Sin (36): 82]
Tidak ada perbedaan mengenai hal ini antara Islam dan Kristen, kecuali mengenai siapa Allah itu. Dan hal tersebut telah dijelaskan sebelumnya. Hanya saja Anda harus menggaris bawahi kata ‘firman’ dan kata ‘jadilah’. Sebab kedua kata ini punya makna yang cukup besar dalam pembahasan-pembahasan berikutnya.
Doktrin Kristen Trinitarian:
Karena segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, maka siapakah yang memiliki semua dan segala sesuatu? Tentu ini berarti bahwa segala sesuatunya adalah milik Tuhan karena Dia adalah Pencipta segalanya.
Mengapa Tuhan menciptakan segala sesuatu ini? Ia menciptakannya untuk kemuliaan-Nya. Alkitab mengatakan:
“… yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku ….” [Yesaya 43:7]
“… segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” [Kolose 1:16]
Melalui ciptaan-Nya, Tuhan juga telah menyatakan kuasa, kemuliaan dan hikmat-Nya. Alkitab mengatakan:
“…langit menceritakan kemuliaan Tuhan dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” [Mazmur 19:1]
Karena Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu, maka Dia sajalah yang patut atau layak dipuji dan disembah. Apakah arti penyembahan itu? Penyembahan adalah ungkapan kasih, penghormatan dan ketaatan yang patut diberikan kepada Tuhan. Kita tidak boleh menyembah manusia, malaikat, makhluk ataupun benda-benda lain. Alkitab mengatakan:
“Engkau harus menyembah Tuhan, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” [Matius 4:10]
“Ya Tuhan, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa, sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” [Wahyu 4:11]
Tanggapan kami:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [QS. Ali Imran (3): 190]
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. [QS. Adz-Dzariyat (51): 56]
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. [QS. Al-Baqarah (2): 21]
(Firman Allah kepada Musa:) Sesungguhnya Aku ini (EGO EIMI), Akulah Allah, tidak ada Ilah yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [QS. Tha Ha (20): 14]
Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU (EGO EIMI).” [Keluaran 3:14]
Alam semesta adalah tanda akan adanya Pencipta. Alam semesta adalah cara Allah untuk memperkenalkan Diri-Nya, seakan Ia berfirman: “Inilah Aku (EGO EIMI), Yang telah menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.” Segala ciptaan yang ada di langit, di bumi, dan yang berada di antara keduanya memperkenalkan Allah kepada kita. Dengan demikian, segala sesuatu yang diciptakan itu adalah ayat, tanda, firman, kalimah, logos TUHAN. Begitu juga Yesus, dia adalah logos TUHAN, firman TUHAN, kalimah TUHAN, sebab dia telah memperkenalkan TUHAN kepada kita. Begitu juga para nabi dan para rasul utusan Allah, mereka semua telah memperkenalkan Allah kepada kita. Begitu juga Nabi Muhammad saaw. Nabi Muhammad saaw pernah ditanya oleh para shahabat, bagaimanakah Allah itu? Di satu kesempatan nabi bersabda, “Janganlah kamu fikirkan Sang Pencipta, tetapi fikirkanlah ciptaan-Nya.” Sebab dengan memikirkan ciptaan-Nya, kita akan mengenal betapa Mahakuasa Sang Pencipta. Dan di lain kesempatan Nabi saaw bersabda sebagimana yang telah disabdakan Yesus kepada hawariyun, “Jika kamu sudah melihat aku, kamu sudah melihat ALLAH.” (Yohanes 14:9) Sebab apa yang disabdakan para Nabi bukanlah keluar dari dirinya sendiri, tetapi dari ALLAH Yang telah mengutus mereka.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [QS. An-Najm (53): 4 ]
Apa yang aku katakan kepadamu, tidak aku katakan dari diriku sendiri, tetapi Bapa. [Yohanes 14:10]
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun Muhammad Rasulullah saaw adalah manusia biasa yang diberikan wahyu. Mereka bukanlah Tuhan itu sendiri, melainkan utusan-Nya. Jika Yesus itu Allah, mengapa ia tidak punya kuasa untuk berbicara dari dirinya sendiri? Maka jelaslah bahwa Yesus bukanlah Allah itu sendiri, melainkan utusan-Nya. Segala ciptaan adalah ekspresi dari Sang Pencipta, sebagaimana syair adalah ekspresi dari sang pujangga, melalui syair kita mengenal sang pujangga.
Lalu apa maksudnya Yesus di dalam Bapa, dan Bapa di dalam Yesus? Ini adalah frase yang biasa digunakan saat itu, dan tidak bisa diartikan secara harfiah yang mengacu kepada Tritunggal. Coba bandingkan dengan Yohanes 14: 20, Yesus berkata: “kamu di dalam aku dan aku di dalam kamu.” Apakah murid-murid Yesus adalah Yesus, yang dengan demikian mereka juga Allah? Tentu saja tidak bisa diartikan secara harfiah seperti itu. Sekali lagi, Tritunggal itu hanya khayalan yang dipaksakan.
Kemudian, kita diciptakan Allah adalah untuk menyembah berbakti kepada-Nya, sebab kita adalah ciptaan-Nya, milik-Nya, hamba-Nya. Sebagai hamba, tentu haruslah tunduk patuh kepada Tuannya. Itulah Islam, tunduk patuh dan berserah diri kepada ALLAH Al-Ahad, bukan Allah Tritunggal.:manut::manut::manut: