Selasa, 11 Oktober 2011

Belajar Alkitab : Yesus, apakah “Tuan” atau “Tuhan”?

Beberapa keanehan yang dapat kita temukan dalam penyebutan seorang Yesus, dalam ALKITAB TERJEMAHAN LAI adalah sbb:
Dalam Yohanes 4:11 versi Lembaga Alkitab Indonesia dikatakan, “Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”.
Bagaimana mungkin perempuan Samaria menyapa seorang yang belum dikenalnya dengan sebutan “Tuhan”? Bukankah sebutan “Tuhan” selalu menunjuk pada Sang Pencipta?Bagaimana mungkin seorang wanita yang tiba-tiba kedatangan seorang asing yang kehausan dan belum dikenalnya akan memanggilnya dengan sebutan “Tuhan”?
Persoalan selanjutnya ditemukan dalam 2 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakankematian Tuhan”. Bagaimana mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang Pencipta, dapat mengalami kematian dan menjadi mayat? Mungkinkah Pencipta Langit dan Bumi dapat mati?
Demikian pula dalam Lukas 24:3 dikatakan,”…dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus”. Tuhan menjadi mayat? Mayat Tuhan? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa ada agama bertuhankan mayat…
Persoalan-persoalan teologis yang mengemuka ini harus disikapi dengan ilmiah, melakukan analisis teks bahasa, baik Ibrani maupun Aramaik serta Greek sebagai bahasa yang dipergunakan pertama kali untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus Sang Mesias atau Isa Al Masih. Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang spekulatif…
Merujuk pada Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim), yang lazim dikenal oleh Kekristenan dengan sebutan Kitab Perjanjian Lama, baik yang berbahasa Ibrani maupun Greek yang dikenal dengan sebutanSeptuaginta serta berbahasa Aram yang dikenal dengan sebutanPshitta, maupun Kitab Brit Khadasha atau Kitab Perjanjian Baru, baik yang berbahasa Ibrani seperti Shem Tov, Du Tillet, Munster, serta berbahasa Aramaik yang disebut Pshtita serta berbahasa Greek yang biasa disebut dengan Euanggelion, ada beberapa gelar atau sapaan yang harus kita ketahui, yaitu : Adon, Adonai, Elohim (Ibr) atau Maran, MarYah, Alaha (Aram) serta Kurios, Theos (Greek)
Adon, Adonai, Elohim:
(The Theological Wordbook of The Old Testament, R. Laird Harris, etc., Moody Press Chicago, Illinois, 1980)
ADON. Lord, Lord, LORD, master, owner….
Adon biasanya digunakan pada pria. Sarah memanggil Abraham/Ibrahim dengan sebutan “adon” ..tuanku (Kej 18:12)
18:12 Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?”
Abraham memanggil malaikat (Kej 19:2).
19:2 serta berkata: “Tuan-tuan, silakanlah singgah ke rumah hambamu ini, bermalamlah di sini dan basuhlah kakimu, maka besok pagi tuan-tuan boleh melanjutkan perjalanannya.” Jawab mereka: “Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang.”
Budak Abraham berulang memanggil tuannya (Kej 24).
The pharaoh of Egypt was called by this title (Gen 40:1), as well as Joseph his “vizier” (Gen 42:10).
40:1. Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu
42:10 Tetapi jawab mereka: “Tidak tuanku! Hanyalah untuk membeli bahan makanan hamba-hambamu ini datang.
Ruth used it of Boaz before they were married (Ruth 2:13).
2:13 Kemudian berkatalah Rut: “Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku
Hannah addressed Eli the priest by this term (1Sam 1:15).
1:15 Tetapi Hana menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati;
Saul’s servants called him by the title as well (1Sam 16:16).
16:16 baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi
Likewise, officers less than the king, such as Joab, had this appellation (2Sam 11:9).
11:9 Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya.
In 1Kings 16:24 there is the unique reading “Shemer, ‘owner’ of the hill, Samaria.”
16:24 Kemudian ia membeli gunung Samaria dari pada Semer dengan dua talenta perak. Ia mendirikan suatu kota di gunung itu dan menamainya Samaria, menurut nama Semer, pemilik gunung itu.
The prophet Elijah bore the title “lord” (1Kings 18:7).
18:7 Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: “Engkaukah ini, hai tuanku Elia?”
However, there are numerous passages, particularly in Psalms, where these forms, which are the only ones to apply to men, refer to God.
Exodus 34:23 combines “the Lord, YHWH, the God of Israel” (ha Adon yhwh Elohe Yisrael).
Deuteronomy 10:17 uses both the singular and plural in the construction “Lord of lords” ha Adoni ha Adonim; cf. Psa 136:3).
In Psa 8:1 [H 2] God has the title “YHWH our Lord” (YHWH Adonenu).
The Messiah bears this title in Psa 110:1.
ELOHIM is the assumed root of El, Eloah, and Elohim, which mean “god” or “God.”
Kurios and Theos:
(Analytycal Greek New Testament, Timothy & Barbara Friberg, 1994)
KURIOS : strictly, a substantive of the adjective kurios(strong, authoritative); hence, one having legal power lord, master; (1) in a nonreligious sense; (a) one controlling his own property owner, lord, master (MK 12.9); (b) one having authority over persons lord, master (LU 12.43); (2) as a form of address showing respect sir, lord (JN 4.11); (3) in religious usage, as a designation and personal title for God (MT 1.20) and Jesus Christ (JN 20.18) (the) Lord; translation of the Hebrew adonai, which in the public reading of Scripture replaced the tetragrammaton YHWH
THEOS: (1) as the supreme divine being, the true, living, and personal God (MT 1.23; possibly JN 1.1b); (2) as an idol god (AC 14.11); feminine goddess (AC 19.37); (3) of the devil as the ruling spirit of this age god (2C 4.4a); (4) as an adjective divine (probably JN 1.1b); (5) figuratively; (a) of persons worthy of reverence and respect as magistrates and judges gods (JN 10.34); (b) of the belly when the appetite is in control god (PH 3.19)
Dari analisis tekstual diatas, sebutan Adon atau Adonai dalam bahasa Ibrani, setara dengan sebutan Mar, Maran dalam bahasa Aram dan setara dengan sebutan Kurios dalam bahasa Greek.
Sementara sebutan Elohim dalam bahasa Ibrani, setara dengan sebutan Elah atau Alaha dalam bahasa Aram dan Theos dalam bahasa Greek. Sebutan Adon, Mar, Maran dan Kurios, dapat dikenakan kepada manusia, orang terhormat, raja, tuan tanah, orang kaya, bangsawan, dll namun juga dapat dikenakan untuk menyapa Sang Pencipta. Sementara sebutan Elohim, atau Alaha, Elah atau Theos, hanya patut ditujukan bagi yang “dipertuhan”. Dalam konteks paganisme, tentunya patung dewa-dewa dapat disebut elohim atau theos. Sementara dalam konsep monoteistik, sebutan Elohim atau Theos, menunjuk kepada Pencipta Langit dan Bumi…..yaitu Tuhan Semesta Alam Pencipta Langit dan Bumi..
Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus dalam naskah Greek Perjanjian Baru, seharusnya diterjemahkan dengan sebutan “Tuan”. Maka pernyataan, “Legei hautoi Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin bathu phosen houn ekheis to udoun to zoon” (Yokh 4:11) seharusnya diterjemahkan

“Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”.
Demikian pula pernyataan, “Eiselthousai de oux euron to soma tou Kuriou Iesou” (Luk 24:3) pun seharusnya diterjemahkan, ““dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat tuan Yesus”.
Jika LAI tidak meluruskan kerancuan penggunaan terjemahan “Tuhan” bagi “Kurios” Yesus, maka dalam pembacaan teks Alkitab, akan menimbulkan kekacauan. Contoh berikut dapat memberikan gambaran. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemah 1 Korintus 8:6 sbb:
“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Jika anda membaca teks Aramaik dan Yunani 1 Korintus 8:6, maka dibedakan antara frasa, “khad hu Elaha” – “eis Theos” dan frasa “wekhad Marya Ieshua” -“eis Kurious Iesous”. Perhatikan istilah Aramaik “Elaha” dan “Marya” serta istilah Greek “Theos” dan “Kurios”. Sangat jelas bahwa sebutan “Elaha” atau “Theos” ditujukan pada Bapa dan sebutan “Marya” atau “Kurios” ditujukan kepada manusia bernama Ieshua. Dan sebutan “Marya” maupun “Kurios”, seharusnya diterjemahkan “Tuan”, sekalipun sebutan itu dapat ditujukan pada Pencipta maupun ciptaan.
Ada usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa komunitas Kristen, untuk menghilangkan penggunaan nama Allah dalam terjemahan Kitab Suci, dengan sebutan Tuhan. Namun dikarenakan mereka telah memiliki pra paham mengenai sebutan “Tuhan” bagi Yesus, maka ketika menerjemahkan 1 Korintus 8:6 mereka terjebak dalam kerancuan yang luar biasa kacau. Perhatikan terjemahan Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan yang diterbitkan mengatasnamakan Jaringan Pengagung Nama Yahweh sbb: “namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Di mana letak kerancuan yang luar biasa tersebut? Dengan adanya frasa, “satu Tuhan” yang ditujukan untuk Bapa dan frasa “satu Tuhan” yang ditujukan untuk Yesus, maka dapat menimbulkan persepsi bahwa ada “dua Tuhan” yang setara dalam keyakinan Nasrani.
Kerancuan yang sama kita dapati ketika membaca Ibrani 7:14, “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam”. Bagaimana mungkin Tuhan memiliki garis genealogis kesukuan dengan manusia? Terjemahan yang masuk akal dan wajar adalah, “Tuan kita [Adonenu] berasal dari suku Yahuda”.
Untuk itu penyebutan Yesus sebagai “Tuan”, selayaknya dituliskan dalam seluruh terjemahan atau saat membaca 4 versi Kitab Injil. Mengapa? Karena semua orang yang bercakap-cakap dengan Sang Nabi, baik para murid maupun orang-orang yang simpati atas pengajaran beliau, memahami sebutan dalam bahasa Ibrani “Adon” atau dalam bahasa Yunani “Kurios”, tiada lain bermakna “Tuan” atau“Seseorang yang memiliki kedudukan terhormat baik secara sosial maupun religius”. Contoh penerapan kata “Tuan” adalah percakapan wanita Samaria yang hendak mengambil air sumur dengan Sang Nabi yang belum dikenalnya, sbb:
“Kata perempuan itu kepadanya: “Tuan, engkau tidak punya timba, dan sumur ini amat dalam; dari manakah engaku memperoleh air hidup itu?” (Yoh 4:11).
Mana yang lebih bisa diterima akal dengan terjemahan di bawah ini :
“Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
Disesuaikan dari sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150171903395104